"Kemana lagi kau akan membawaku, Leo?" Ucap Eva sarkas sambil memutar kedua bola matanya kesal.
"Mr. Bergin meminta Anda untuk bersiap di penthouse miliknya, Miss. Jam 7 malam, beliau akan menjemput anda." Jelas Leo.
"Ck. Dia tidak memberitahuku secara langsung. Malah berpesan padamu." Gumam Eva membuat Leo menyunggingnya senyum tipis.
"Apa perlu saya hubungi beliau, Miss?"
Eva langsung gegelapan.
"Ha?! A-ah! Tidak. Aku hanya penasaran, sebenarnya apa rencana lelaki itu."
Leo tersenyum.
"Percayakan semuanya pada beliau, Miss. Selama beberapa tahun saya bekerja dengannya, Mr. Bergin tidak pernah mengecewakan siapapun, kecuali jika ia di kecewakan terlebih dahulu."
Tiba tiba, Eva menjadi gelisah mendengar perkataan Leo. Bagaimana jika Allan memang sudah mengetahui jati dirinya?? Apa reaksi Allan nanti ketika tahu bahwa selama ini dirinya berbohong. Apa itu akan mengecewakannya?
"Miss?? Anda tidak apa apa?" Tanya Leo sambil melirik kaca spion, memeriksa apakah Eva baik baik saja.
"Ya. Aku baik."
"Bagaimana dengan jawaban anda, Miss?? Iya atau tidak?"
Eva terlihat melongo.
"Iya. Mak-maksudmu, apa?"
Leo tersenyum geli sambil melirik kaca spion.
"Anda sudah mengatakan iya tadi Miss."
"Tidak! Maksudku, apa kau bertanya sesuatu padaku sebelumnya??" Tegas Eva.
"Iya. Ku rasa kau mendengarnya walaupun pikiran mu tidak berada di sana, Miss." Kekeh Leo.
Eva menatap tajam kearah lelaki itu.
"Jangan tertawa! Apa yang kau tanyakan padaku tadi?"
"Hanya masalah kecil, Miss. Saya hanya bertanya, jika Mr. Bergin meminta anda untuk menjadi pendamping hidupnya walau tidak secara langsung, apakah anda akan menerimanya? Dan jawaban anda adalah iya."
Eva merengut tak suka.
"Kau menanyakan hal itu di saat yang tidak tepat, Leo. Kau mau ku tembak?"
"Percayalah jika jawaban tersebut murni dari hati anda." Potong Leo langsung membuat Eva terdiam.
"Cih, tau apa kau soal hatiku?"
Leo kembali menatap kaca spion.
"Saya memang tidak mengetahui hati anda, Miss. Tapi saya tahu betul, bagaimana hati Tuan Allanard Bergin terbentuk."
Mendengar perkataan ambigu Leo, membuat Eva balas menatapnya dengan tatapan bingung.
Leo tersenyum kecil.
"Nah, tugas anda mencari tahu apa maksud dari perkataan saya tadi."
***
New York, US
Allanard Bergin Penthouse,
6.54 pm.
Allan memngancingkan tuxedonya ketika ingin menaiki lift. Di depan lift, sudah berdiri orang kepercayaannya, Leo.
"Bagaimana?"
Leo tersenyum.
"Semuanya sudah siap, Sir. Anda bisa membawa Nyonya Steven untuk pergi."
Allan mengangguk kecil, kemudian berjalan menaiki lift. Ketika sudah tiba di depan pintu penthousenya, belum sempat ia memencet pasword, pintu sudah terbuka dari dalam. Eva yang membuka pintu terkejut melihat Allan berada di baliknya.
"Astaga! Kau mengejutkanku!" Ucap gadis itu sambil mengelus dadanya pelan.
Tak hanya Eva, Allan lah yang lebih terkejut. Ia menatap tampilan Eva tanpa berkedip sedikitpun. Eva terlihat...manabjukkan. Tak lama, Allan tersadar dan berdehem, memecahkan suasana.
"Ekhem. Kau sudah siap??"
Eva menatap Allan dari atas hingga bawah sembari memindai. Allan tampak sangat gagah dengan tuxedo hitam, dengan dasi panjang berwarna dongker, serta jam rolex yang melingkar di tangan kanannya.
"Ap-apa?? Ya. Aku sudah siap." Ucap Eva kemudian berjalan keluar dari pintu.
Allan mengangguk pelan.
"Ayo." Ucapnya menyodorkan lengan kanannya pada Eva, membuat wanita itu menatapnya bingung.
Dengan isyarat mata, Allan memerintahkan Eva untuk menggandeng lengan kanannya. Menghembuskan nafas pasrah, Eva melingkarkan lengannya di lengan kanan Allan. Tak sadar, hal itu membuat Allan tersenyum tipis. Sangat tipis.
Sebuah mobil sport sudah terparkir rapi di depan lobi. Mobil berwarna putih dengan sedikit corak hitam itu turut menyamakan tema baju mereka. Eva dengan gaun simple berwarna putih, sedangkan Allan dengan tuxedo hitamnya.
Di perjalanan, entah kenapa kegelisahan Eva semakin menjadi jadi. Dengan ragu, ia menatap ke arah Allan.
"Kita akan kemana?"
Allan tersenyum tipis tanpa melirik ke arahnya.
"Kau akan tahu."
***
Luxury Hotel's
8.05 pm,
Mobil sport Allan berhenti di sebuah karpet merah, tepatnya di depan Luxury Hotel's.
Allan keluar terlebih dahulu, kemudian membukakan pintu untuk Eva. Ia menyodorkan tangannya, dan di terima oleh Eva dengan terpaksa, sebab beberapa reporter serta paparazi memenuhi jalan sepanjang red carpet. Allan menyerahkan kunci mobil pada petugas yang akan memarkirkan mobilnya.
Eva mengeratkan pegangannya pada lengan Allan, membuat lelaki itu paham dengan kegelisahan wanita itu.
"Bersikaplah percaya diri." Bisik Allan ketika mereka melangkah menuju hotel.
Eva melirik kearah Allan sebentar. Entah mendapat kekuatan dari mana, Eva mulai berjalan dengan percaya diri, mendongakkan kepalanya acuh. Hanya satu pintanya. Jangan sampai mereka semua mengenali siapa ia sesungguhnya. Penampilan ini membuat dirinya mau tak mau dapat menghancurkan segalanya.
Akhirnya, mereka masuk ke dalam hotel, menuju ballroom besar, tempat di adakannya sebuah pesta megah. Allan berhenti berjalan, kemudian berbalik menatap Allan.
"Ini pesta perusahaan. Ku harap kau menikmatinya. Tapi sebelum itu, aku ingin memberikanmu sebuah kejutan." Ucap Allan mengeluarkan aura devil yang membuat Eva bergidik ngeri.
Allan lanjut membawa langkah Eva menuju lelaki paruh baya, yang sedang memunggungi mereka. Lelaki itu tampak sedang berbincang hangat dengan beberapa kolega bisnis. Tapi....Eva sepertinya familar dengan punggung itu.
Perhatian para kolega bisnis teralihkan akibat Allan dan Eva berada di belakang pria itu.
"Oh, bukankah kau Allanard Bergin?" Ucap salah satu dari mereka.
Lelaki paruh baya yang memunggungi mereka perlahan membalikkan badan. Saat mereka bertatapan muka, Eva terlihat menenang tak sadar jika ia meremas lengan Allan kuat.
Allan tersenyum manis di hadapan pria paruh baya itu. Meski begitu, tangan kirinya refleks mengelus tangan Eva, memberikan ketenangan.
"Selamat malam, Mr. Stefangush. Senang berjumpa denganmu."
Pria yang di panggil Allan dengan "Mr. Stefangush" itu menatapnya tersenyum, setelah sebelumnya menatap ke arah Eva sekilas.
"Selamat malam juga, Allan. Suatu kehormatan bagiku untuk bertemu seorang pebisnis nomor satu di negeri ini." Balas pria itu seraya mempertahankan senyum manisnya.
Tatapannya kini beralih ke arah Eva dengan senyum tipis.
"Apa kabar, Nak? Sudah lama kita tidak berjumpa."
Deg!
-PrincessEscape-
——————————————————
-All good boys go to heaven, but bad boys bring heaven to you-
——————————————————
I HOPE YOU LIKE IT!!
Thank you for always suport me!!
See you in next chapter!!
XoXo!
@deerouxx
@FranklinPrincess
Inst : @Qiqi_rz