Eva sedikit gemetaran ketika melihat rahang Allan yang mengeras.
"Kau! Wanita keras kepala yang tidak tahu diri! Atau kau ingin aku hukum sekarang juga? Tidak bisakah kau mengikuti perintahku?" Tegasnya.
"B-but—I mean—"
"Okay. Great choice!"
Cup!
'WHAT THE HELL?!!! WHAT THE FUCK HE DOING?!!'
***
Eva berusaha mendorong Allan, yang kini sedang menekan tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka. Demi Tuhan! Wanita itu tak akan mau membuka mulutnya.
Merasa bahwa wanita itu tak akan membuka mulutnya, Allan dengan iseng mencubit keras lengan Eva, sehingga berhasil membuat wanita itu berteriak.
"Akh—"
Dan berhasil. Allan berhasil menjelajahi mulut Eva membuat wanita itu melakukan rontakkan lebih. Dengan kesal, Allan menahan kedua tangan Eva dengan satu tangan di belakang punggung wanita itu, dan tangan yang lain memperdalam ciuman mereka.
"Mhh, Stoph-it!! ALLAN!!"
Bagus. Teriakan besar berhasil membuat Allan menghentikan ciuman mereka. Melihat itu, Eva lalu mengambil nafas sebanyak banyaknya.
Wanita itu terengah engah, sambil menatap Allan tajam.
"What have you done!" Tegasnya penuh penekanan.
Allan menampilkan senyum smirknya.
"Sweet. Your taste is like a cotton candy. I like that."
"What the—"
"No no no. Apa kau ingin aku menciummu lagi, hm?"
Eva langsung terdiam. Terlihat dari wajahnya yang bersemu merah, antara menahan malu juga kesal.
Kemudian, suara tawa terdengar di kupingnya. Tawa itu layaknya tawa bahagia tanpa beban. Dengan nada suara berat, maskulin khas lelaki jantan.
Eva reflek mendongakkan kepalanya ketika ia menyadari tawa itu berasal dari Allan.
"Hahahaha! Kau. Polos sekali. Apa kau tidak pernah berciuman sebelumnya??"
"K–kau tertawa?"
Allan yang menyadari hal itu langsung terdiam.
"Ekhem." Ia kembali memasang wajah datarnya.
"Anggap saja kau mendapatkan bonus karena melihat aku tertawa."
Setelah mengatakan hal itu, Allan berdiri dan berlalu dari sana.
Eva yang baru pertama kali melihat tawa itu masih ternganga.
'Dia, bisa juga tertawa?'
***
Eva memutuskan untuk berjalan jalan sebentar menikmati keindahan pulau dewata milik Indonesia tersebut. Ia memutuskan berjalan kaki dari villa menuju kios kios jajanan serta gerai oleh oleh khas Bali.
Ya, beberapa saat yang lali, Eva baru menyadari bahwa dirinya sekarang berada di Bali. Pantas saja ia merasa familiar, sebab ia dan keluarganya pernah berkunjung kesini. Masa itu, sewaktu sang ayah memiliki urusan bisnis sekaligus beberapa ilmu bisnis untuk dirinya pelajari. Dan ia ingat, waktu itu ia berumur sekitar 15 tahun, sebagai satu satunya pewaris tahta serta perusahaan keluarga kerajaan Belanda.
"Kau memutuskan untuk berjalan jalan rupanya."
Sebuah suara membuat Eva terkejut. Walaupun keadaan sedang ramai dan padat, namun suara bass milik seseorang itu sangat dekat hingga ke telinganya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Eva kesal sambil memutar kedua bola matanya.
Allan mendengus.
"Aku baru saja bertemu dengan klien sekaligus teman lama ku. Tepatnya di restoran ini."
Eva memandang restoran di depannya. Well, ia hanya lewat. Tak berniat untuk mampir. Apalagi jika ia mengetahui Allan berada di dalamnya.
"Maaf saja. Tapi aku hanya ingin lewat. Kalau begitu, sampai jumpa di villa, asshole!"
Eva berlalu meninggalkan Allan dengan senyum miring devil miliknya.
"Goodmood, huh?"
Tanpa persetujuan Eva, Allan berlari menyusul di sampingnya membuat Eva kembali terlonjak kaget.
"What the heck?! Aku tidak mengatakan bahwa akan berjalan jalan dengan mu!!"
"Memang tidak. Kaki ku yang berjalan sendiri mengikutimu. Lagipula, aku sepertinya memang membutuhkan bantuanmu sebagai asistenku saat ini."
"Ini di luar bisnis, Allan. Why you act like a child everytime?"
"So, Miss. Apa kau ingin berdebat denganku setiap hari? Aku tidak masalah. Malah aku akan melayanimu dengan sangat baik." Balas Allan dengan senyuman manis penuh makna.
Tatapan Eva mulai menajam.
"Demi Tuhan!!! Tidak ada habisnya jika berdebat dengan mu!"
Allan terkekeh ketika melihat Eva kembali berjalan meninggalkannya.
"No comment."
Allan kemudian dengan segera menarik lengan Eva agar tidak pergi terlalu jauh dari hadapannya.
"Hei, kau mau kemana?? Tugas mu disini adalah untuk mengangkut barang belanjaanku nanti."
"What the?! Are you kidding me??!"
"Nope. 100% serious. Sudah ku bilang kan tadi." Jawab Allan dengan menampilkan senyuman devilnya.
"Fuck you, Allan!" Geram Eva yang di balas dengan kekehan oleh Allan.
Tiba tiba perhatian mereka teralihkan oleh gerombolan anak laki laki, orang pribumi di sini. Mereka tertawa sambil melirik ke arah Allan maupun Eva yang balik melirik mereka heran. Tak lama, beberapa anak anak tersebut mulai menggumamkan kata kata 'fuck you' sembari menunjukkan jari tengah mereka pada Allan maupun Eva. Setelah itu, anak anak itu berlari menjauh, seakan akan Allan akan mengejar mereka.
Eva yang melihat kejadian itu hanya melongo. Apakah anak anak tadi mengejeknya?
"Mungkin sekarang kau harus pelihara mulutmu agar tidak berbicara sembarangan." Timpal Allan sembari tekekeh geli.
"Apa mereka baru saja mengejekku?"
"Mungkin mereka meniru perkataanmu tadi. Well, orang orang di negara ini kebanyakan tidak terlalu mengerti bahasa yang kita pakai. Jadi, kau harus menjaga mulutmu agar tidak berbicara sembarangan."
Namun, tetap saja. Eva merasa malu karena kumpulan anak anak tadi jelas jelas mengejek dirinya!
-PrincessEscape-
——————————————————
-The crazy moment in my life is meet you-
——————————————————
I HOPE YOU LIKE IT!!
Thank you for always suport me!!
See you in next chapter!!
XoXo!
@deerouxx
@FranklinPrincess
Inst : @Qiqi_rz