Chereads / Princess Escape / Chapter 8 - Princess Escape - 7

Chapter 8 - Princess Escape - 7

"Mrs. Steven?"

Eva langsung berdiri dari duduknya.

"Ya. Itu aku."

Wanita paruh baya itu menurunkan sedikit kacamatanya menatap intens Eva dari atas sampai bawah.

"Apa kau yakin ingin bertemu dengan Mr. Bergin?"

"Yeah. Maksudku, ya. Aku harus bertemu dengannya, karena sebenarnya kami sudah punya janji." Ucap Eva berusaha menampilkan senyum manisnya, kemudian melihat penampilannya. Ya. Bukan baju formal. Tentu saja hal itu menarik perhatian para pekerja di gedung ini. Eva terlihat tidak begitu penting, dan seperti anak yang masih bersekolah? Entahlah!

"Um... ya. Look, aku tau penampilan ku buruk, tapi jangan beritahu aku tentang hal itu." Sambung Eva meringis. Wanita paruh baya itu tetap menatapnya.

Eva menghembuskan nafasnya pasrah.

"Terserah apa katamu. Yang penting, hubungi Mr. Bergin sekarang karena Belva Steven ingin bertemu dengannya, secepatnya. Sampaikan hal itu pada bos mu, aku tak ingin menunggu terlalu lama."

"Jadi sekarang kau yang memerintahku, Kiddo?" Sahut wanita itu membuat Eva terdiam menahan kesal. Wanita ini. Tak mudah di goyahkan.

"Well, kau sudah tau peraturannya nona muda. Jika kau benar benar membuat janji secara resmi dengan beliau, aku akan senang hati mengantarkan mu padanya."

"Tinggal hubungi melalui telepon apa susahnya?" Geram Eva.

"Maafkan aku, Mrs. Steven. Kau lebih tampak seperti orang tersesat dari pada seorang tamu."

"Hei. Listen. Aku membutuhkan Mr. Bergin sekarang. Hidup dan matiku ada ditangannya, jadi tolong." Eva memasang wajah puppy eyes dengan mata berkaca kaca.

"Please call him."

Perempuan paruh baya itu menghembuskan nafasnya.

"Allright. Aku akan meneleponnya. Silahkan tunggu."

Wanita itu berlalu menuju bagian belakang meja resepsionis membuat Eva tersenyum bahagia. Tunggu? Apa dia baru saja tersenyum bahagia?? Karena apa?? Karena bertemu dengan Allan? Mustahil! Pasti karena bisa mengalahkan wanita itu. Ya! Pasti itu.

Tak lama, wanita itu kembali keluar.

"Silahkan menunggu. Mr. Bergin sedang rapat dan akan selesai sekitar satu jam lagi. Jika kau mau, kau bisa menunggu di ruang tunggu lantai 70. Itu lantai dimana ruangannya berada." Ucap wanita itu seraya menyerahkan sebuah kartu seperti kartu debit miliknya.

"Gunakan lift yang menurutmu paling mewah. Lift itu akan langsung membawa mu kesana menggunakan kartu ini."

Eva dengan cepat mengambil kartu itu dari tangan sang wanita resepsionis.

"Thank you. You know what?? Sepertinya kau butuh liburan untuk menyegarkan pikiran. Keriputmu semakin banyak." Kekehnya.

Mata wanita itu menatapnya sambil tersenyum masam.

"Well, mungkin aku akan memasukkannya ke daftar harianku. Thank's."

***

"Baiklah, ada bantahan atau saran mengenai ini??"

Diam. Semuanya fokus pada pekerjaan mereka masing masing.

"Sekali lagi ku tanyakan pada kalian, apakah ada saran atau bantahan?? Aku tak ingin mengulanginya. Jika kalian ketahuan berbelok arah di pertengahan jalan, maka bersiaplah."

Diam. Tetap tidak ada yang mengangkat tangannya.

"Baiklah. Ku anggap kalian setuju. Dan ini juga berlaku untuk para investor. Perlu di ingat aku tak akan membedakan derajat kalian. Seorang penghianat akan ku berlakukan sama. So, jangan pernah untuk mengajakku bermain." Ucap Allan dingin namun penuh penekanan, membuat seluruh peserta meeting merasa takut.

"Aku akhiri disini. Enjoy your day!"

Setelah berpamitan, Allan orang yang pertama kali meninggalkan ruang meetingnya.

"Sir."

Sapaan Leo di belakangnya membuat Allan menghentikan langkahnya.

"Seseorang telah menunggu Anda di ruangan Anda."

Allan mengangkat satu alisnya.

"Who?"

"Belva Steven, Sir. Wanita itu ingin bertemu dengan Anda."

Mendengar nama yang di sebutkan Leo membuat raut datarnya menjadi senyuman tipis.

"Antarkan aku padanya."

Allan segera melangkahkan kakinya menuju ruangannya di ikuti oleh Leo di belakangnya. Dengan perlahan, ia membuka pintu ruangannya, memperlihatkan seorang wanita yang sedang membelakanginya dengan celana Jeans dan juga kemeja. Wanita itu sibuk menyentuh barang barang yang ada di atas meja kerjanya dengan rasa penasaran.

"Apa kau pernah di ajarkan untuk tidak menyentuh barang milik orang lain, Miss?"

Sontak suara Allan membuat wanita itu terlonjak kaget. Wanita itu memutar badannya menghadap Allan sambil memegang dadanya.

"Kau mengejutkan ku, Asshole." Ucapnya pelan.

Allan mendengus.

"Sudah lama aku tak mendengar julukan itu, Steven."

Allan lalu memandang ke arah Leo, memberi kode bahwa Leo harus keluar dari ruangan itu. Leo menunduk memberi hormat kemudian keluar dari ruangannya.

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

Raut wajah Eva yang tadinya biasa biasa saja berubah menjadi marah mengingat kelakuan Allan.

"Aku tak pernah menyetujui menjual kafe ku padamu, tuan Arrogant! Kau tau, aku bisa saja memasukkanmu kepenjara akibat pemalsuan tanda tangan."

Allan tersenyum miring.

"Show me."

Eva menggeram.

"Kau boleh saja membuat ku menderita. Tapi jangan pernah libatkan Jane!"

"Oh, dan sekarang kau yang mengaturku, hm?"

Aksi tatap menatap terjadi. Andaikan saja mata keduanya bisa mengeluarkan laser, maka kerusakan besar sudah pasti terjadi.

"Well, I tell you something, Miss. Aku di bina untuk memerintah, bukan untuk di perintah. Apa kau paham?"

Eva menggeram kesal.

"You're an Asshole!"

Allan mengangguk pelan sambil tersenyum miring.

"I am. Jadi, katakan langkah apa yang akan kau lakukan selanjutnya. Especially, untuk menyelamatkan saudara mu itu."

-PrincessEscape-

——————————————————

-Can I turn back the time?-

——————————————————

I HOPE YOU LIKE IT!!

Thank you for always suport me!!

See you in next chapter!!

XoXo!

@deerouxx

@FranklinPrincess

Inst : @Qiqi_rz