Chereads / Destinies : Origin / Chapter 5 - Fantastic 4

Chapter 5 - Fantastic 4

Adzim pov

Hari berganti pagi dan akupun bangun. Aku melihat Falco sedang duduk di tangga menuju ke garasi, dan akupun menyapanya.

Adzim:"pagi"

Falco:"pagi, bagaimana tidurmu?"

Adzim:"cukup nyenyak, bagaimana denganmu?"

Falco:"aku tidak tidur"

Falco:"bisakah kamu membangunkan yang lainya"

Aku penasaran kenapa dia tidak tidur, tapi aku tidak menanyakannya. Aku lalu pergi membangunkan Qori terlebih dahulu karena lebih mudah.

Adzim:"Qori bangun"

Qori kemudian bangun sambil mengucek matanya.

Qori:"owh, pagi Dzim"

Setelah itu aku mencoba membangunkan Adit dan Fian.

Adzim:"Adit, Fian bangun"

Garis bawahi kata mencoba, karena aku gagal membangunkan mereka dan mereka malah mendengkur makin keras.

Qori lalu datang sambil membawa bantal.

Qori:"kamu gaakan bisa membangunkan mereka dengan cara itu Dzim"

Qori lalu langsung memukuli Adit dan Fian dengan bantal yang dibawanya.

Qori:"woi bangun, udah pagi, bangun"

Fian dan Adit terbangun dengan panik.

Fian:"gawat kita diserang, Adit bersiaplah"

Adit:"baik"

Qori lalu melempar bantal tadi ke wajah mereka.

Qori:"bangun"

Adit:"owh hanya Qori"

Fian:"lain kali kalau mau ngebangunin, make cara yang halus dong"

Qori:"Adzim udah nyoba, tapi gagal"

Adzim:"itu benar, cepatlah bersiap siap, kita akan segera berangkat"

Setelah bersiap siap, kami berkumpul di garasi.

Saat sampai di garasi kami terkejut, karena di belakangnya Falco ada banyak sekali mobil dari berbagai jenis berjajar.

Falco:"owh kalian sudah bangun"

Fian:"apa apaan dengan puluhan mobil itu?"

Falco:"anggota yang akan kita rekrut kali ini tidak hanya satu orang, jadi tidak mungkin menampung mereka dalam satu mobil"

Falco:"kalian boleh memilih dan memakai mobil apapun yang kalian sukai"

Adit & Fian:"benarkah? Apapun?"

Falco mengangguk.

Fian:"kalau begitu aku pilih Audi silver itu"

Adit:"aku BMW biru itu saja"

Falco lalu melemparkan kunci mobil yang mereka pilih.

Falco:"Qori? Adzim?"

Qori:"aku bareng Adit saja boleh gk?"

Falco:"silahkan"

Adzim:"kalo aku"

Adzim:"aku bareng kamu saja gapapa kan?"

Falco:"gak masalah"

Fian:"yah aku sendirian dong"

Kami pun lalu masuk ke mobil masing masing. Aku dan Falco menggunakan mobil yang selalu dia gunakan, sebuah Koeningseg yang berwarna merah. Setelah itu, kamipun berangkat. Setelah melewati kaca, kami sampai di sebuah kota, dan ternyata kami berada di Manhattan. Mobil kami memimpin dua mobil di belakang dan kami sampai di sebuah gedung yang cukup besar dan tinggi. Ada angka 4 besar terpasang di puncak gedung, dan ada tulisan Baxter Building dibawahnya. Kami masuk ke dalam gedung itu, tapi baru saja sampai di lobi, kami tiba tiba mendengar suara.

???:"berhenti disana"

Kami lalu mencari sumber suara itu, tapi kami tidak menemukan siapapun selain kami yang berada di lobi.

???:"huh kalian?"

Suara itu datang lagi, lebih dekat, tapi kali ini dia terdengar bingung.

Falco:"kamu mengenal mereka bukan?"

Falco:"kami disini hanya ingin bicara kepada kalian"

Falco:"dan tenang saja, kami sama sekali tidak dirasuki Dementor"

???:"kamu bisa melihatku?"

Falco:"benar"

Fian:"kamu bicara dengan siapa?"

Falco:"maaf, bisakah kamu memperlihatkan dirimu"

Falco:"Inayah"

Kemudian Ina tiba tiba muncul didepan kami.

Ina:"bagaimana kamu tau namaku?"

Aku dan Qori langsung berlari dan memeluk Ina.

Adzim & Qori:"Ina"

Ina:"Adzim, Qori, aku juga merindukan kalian"

Ina melihat kearah Fian dan Adit.

Ina:"kalian berdua juga"

Kami lalu melepas pelukan kami.

Adzim:"kami sedang mengumpulkan orang orang yang memiliki kemampuan melebihi manusia biasa untuk menyelamatkan dunia, maukah kamu bergabung?"

Ina:"tentu, apasih yang tidak untuk sahabatku"

Falco:"dimana yang lainya?"

Qori:"masih ada yang lain?"

Ina:"mereka ada di atas, aku bisa mengantar kalian"

Ina lalu melihat kearah Falco.

Ina:"tapi sebelum itu, siapa kamu?"

Adzim:"owh dia Falco, tenang saja kita bisa mempercayainya"

Adzim:"dia juga pernah menyelamatkanku dua kali saat di Italia"

Ina:"karena Adzim bilang begitu, aku juga akan mempercayaimu"

Falco:"terima kasih"

Kami lalu mengikuti Ina ke lantai paling atas di bangunan ini.

Ina:"teman teman, kita kedatangan tamu"

Kami lalu melihat Anjas sedang duduk di sofa sambil bermain PS.

Anjas:"apa kita bisa mempercayai mereka?"

Ina:"mereka adalah teman teman kita yang dulu (gk semuanya sih), lagipula mereka sedang mengumpulkan tim untuk menyelamatkan dunia"

Anjas:"tim huh?"

Anjas lalu berdiri dan berjalan kearah kami.

Anjas:"baiklah aku ikut, tapi hanya jika kalian memilihku sebagai pemimpin"

Fian:"jangan bermimpi kau Anjas, dengan sifat seperti itu kau tidak akan bisa menjadi pemimpin"

Anjas:"Fian huh? Apa kau ingin mengajakku bertarung?"

Anjas menantang Fian, dan Fian maju menerima tantangan itu.

Fian:"tidak masalah, sepertinya kau lupa siapa yang menghajarmu di pertarungan terakhir kita"

Anjas:"kau masih saja membuatku kesal"

Anjas melempar bola api kearah Fian, tapi Fian menghindar. Ina membuat kubah tembus pandang untuk melindungi kami. Fian muncul di belakang Anjas. Anjas langsung melempar bola api, namun Fian terus menghindarinya.

Anjas:"jangan terus menghindar dasar pengecut"

Fian:"hanya itu saja kemampuanmu?"

Anjas semakin marah dan melemparkan semakin banyak bola api.

Ina:"Anjas berhenti melempar bola api"

Qori:"Fian, kamu juga berhenti menantangnya"

Tapi mereka tidak berhenti, dan ada sesuatu di dekat kami terbakar karena pertarungan mereka. Aku melihat api itu dan entah kenapa kepalaku menjadi pusing, dan semuanya menjadi gelap.

Adit pov

Ada sesuatu di dekat kami yang terbakar. Adzim melihat benda itu, lalu dia pun langsung pingsan. Beruntung, ada Falco disana yang menangkap Adzim.

Qori & Ina :"Adzim!!!"

Fian sepertinya mendengar teriakan mereka dan menengok kearah kami. Sedangkan Anjas malah tersenyum dan berusaha memukul Fian dengan tinju apinya. Setelah itu aku melihat Agus datang, dan mengubah tangannya menjadi batu, lalu menangkap tinjunya Anjas. Tak lama kemudian Artha juga datang.

Artha:"Anjas, apa yang kamu lakukan"

Anjas:"tapi dia yang mulai"

Fian:"bukan, tapi kau yang mulai"

Artha:"aku tidak peduli, kita bukan lagi anak anak, jadi berhentilah bertengkar mengenai hal yang tidak penting"

Artha lalu berjalan kearah Falco yang mencoba menyadarkan Adzim.

Artha:"cepat bawa Adzim ke sofa"

Falco lalu menggendong, dan meletakan Adzim di sofa.

Ina:"sepertinya dia mengingat kejadian itu"

Falco:"kejadian apa?"

Adit:"dulu, kekuatannya Adzim pernah lepas kendali dan membakar sebuah kafe"

Aku lalu menundukan kepalaku.

Adit:"di kejadian itu, salah satu teman kami menjadi korban"

Yang lainya juga ikut menundukan kepala.

Adit:"itu adalah terakhir kalinya kami semua berkumpul"

Falco:"aku turut berduka cita"

Qori:"terima kasih"

Qori lalu melotot kearah Fian dan Anjas.

Qori:"dan kalian berdua"

Adzim pov

Aku terbangun dan kepalaku terasa sakit. Aku lalu menyadari kalau aku berada di sofa. Aku melihat Qori menampar lalu memarahi Fian dan Anjas. Sebenarnya apa yang terjadi.

Ina:"Dzim, kamu sudah sadar ternyata"

Adzim:"ugh, apa yang terjadi?"

Ina:"kamu pingsan dan pria itu yang menggendongmu ke sofa"

Ina menunjuk kearah Falco yang sedang berbicara dengan Adit, Artha dan Agus.

Adzim:"owh Falco"

Ina:"jadi namanya Falco"

Tak lama kemudian, Fian, Anjas, dan Qori menghampiri kami.

Fian & Anjas:"Dzim, kami minta maaf"

Adzim:"tidak papa, lagipula sekarang aku juga sudah baik baik saja"

Falco dan yang lainya juga datang menghampiri kami.

Falco:"bagaimana keadaanmu Dzim?"

Adzim:"aku sudah baik baik saja, terima kasih telah menggendongku"

Falco:"sama sama"

Adzim:"jadi bagaimana hasilnya?"

Artha:"kami semua akan bergabung dengan kalian"

Adzim:"bagus"

Adit:"aku ingin tanya, kenapa kalian berempat memakai kostum yang sama dang tinggal di tempat yang sama?"

Agus:"karena kami adalah tim"

Artha:"iya, kami adalah Fantastic Four Beta Team"

Adit:"owh"

Setelah itu kamipun kembali ke markas. Artha dan Agus ikut ke mobilnya Fian, Anjas dan Ina ikut ke mobilnya Adit dan Qori. Sedangkan aku hanya berdua dengan Falco.

Falco:"apa kamu benar benar sudah baik baik saja?"

Falco:"aku dengar dari Ina kamu punya trauma tentang kebakaran?"

Aku tersenyum kearahnya.

Adzim:"tenang saja, lagipula kejadian itu sudah cukup lama"

Tapi tentu saja senyuman itu palsu, tidak mungkin aku bisa melupakan apa yang telah kuperbuat, tidak mungkin aku melupakan dia.

Falco:"aku tau senyuman itu palsu, tapi aku akan membiarkannya untuk saat ini"