Chapter 5 - 05

Langkah kaki membawa sekelompok murid cowok-cowok itu berjalan menelusuri koridor sekolah menuju kelas. Lingga Cs, dan sebagian pasukan Abassa berjalan menguasai koridor, layaknya pasukan tempur yang siap untuk bertarung. Sepanjang perjalanan itu di hiasi dengan canda, tawa, dan guyonan oleh mereka. Bahkan, beberapa dari cowok-cowok itu melayangkan gombalan kepada murid cewek yang asik duduk-duduk di taman depan kelas. Tak tinggal, melayangkan pula siulan demi siulan dan kedipan demi kedipan.

Kebetulan para cowok-cowok itu satu jurusan yang sama, yaitu IPS. Hanya saja kelasnya yang berbeda-beda. For information, untuk jurusan IPA kelas mereka ada di kampus A. Sedangkan, untuk jurusan IPS ada di kampus B. Jadi, wajar. Mereka kini bersama-sama berjalan menuju kelas di kampus yang sama.

Lingga memimpin jalan, cocok sekali cowok itu di katakan Lee Min Ho versi lokal. Sudah ganteng, tinggi,  kapten basket, anak orang kaya lagi. Siapa yang tidak kenal dengan sosok Ayahnya, Sambara Gunandhya? Seorang pengusaha kaya di Jakarta. Hanya satu kekurangan seorang Lingga, yaitu kelakuannya. Ya, kelakuannya kadang di bawah normal dan mulutnya yang pedas suka bikin orang sakit hati!

Sesekali Lingga menyibak-nyibakkan rambutnya yang mulai panjang itu ke belakang. Membuat kaum hawa di buat deg-degan saat melihat adegan itu. Cool!

"Duluan!"

"Duluan, woy!"

"Duluan masuk!"

"Duluan!"

Itu ujar dari para cowok yang sudah sampai di kelas duluan dan di balas dengan kata, "YOI!"

Lingga Cs pun berpisah dengan teman-teman yang sudah sampai di depan kelas.

Tak selang berapa langkah, kini mereka juga sudah sampai di kelas 11 IPS 1, kelas yang paling terkenal menyimpan banyak orang-orang usil, tengil, petakilan, dan biangnya rusuh. Barulah, di sambung dengan IPS 2, 3, 4, & 5.

Menang berteriak heboh, membuat suaranya menggema di seluruh sudut ruang kelas. Ketika, melihat kelasnya sendiri sangat berantakkan. Bahkan, beberapa kursi terjungkit balik.

"ASTAGAA!!!!" teriak Menang. Lalu, ia berkata lagi dengan berpantun, "ADA ORANG NGASIH MAKAN KAMING!"

"CAKEEEEEEPPPP!!!!!"

"INI KELAS APE KANDANG KAMBING!"

Untung menimpal, "YA KAMBINGNYA ELU!"

"EH! CONGOR LO YA, TUNG! GUE LAKBAN ENTAR! NGATAIN GUE AJA LO!" jawab Menang. Kemudian, mengedarkan matanya lagi ke seisi kelas. "BERANTAKKAN BANGET UDAH KEK RAMBUTNYA KAMING!"

Padu menyambung pula.

"NGGAK BERATURAN BANGET NIH KELAS, PUYENG GUE LIATNYA!" kata Padu yang kini berkacak pinggang di depan kelas.

Kaming sudah siap mengambil penghapus papan tulis dan langsung di gosokkan ke mulut Menang yang mengatainya tadi.

"CIUM NIH!"

Menang kaget dan menepis tangan Kaming. Hingga, penghapus papan tulis itu terlempar ke bawah lantai dan tepat jatuh di ujung sepatu Padu. Padu pun segera mengambilnya.

"ASEW BANGET LO MING AH! MULUT GUE ITEM DEH!" Kini, Menang berlari menuju cermin yang tergantung di belakang kelas. Mengecek mulutnya yang barangkali sudah hitam akibat gosokan penghapus papan tulis oleh ulah, Kaming.

"WOY, LO LO PADA UDAH NGERJAIN PR MATEMATIKA NGGAK???" kata Untung dengan suara yang di besarkan agar semua teman sekelasnya itu mendengar.

"BELOOOOOOM!!!!"

"INI BARU MAU NGERJAIN..!!"

"UDAH!"

Mata Untung melotot kepada temannya yang bilang sudah menyelesaikan PR. Sehingga, Untung berdiri dari duduknya, menghampiri temannya yang sudah mengerjakan PR tersebut sambil berjalan melompat-lompat dari bangku satu ke bangku yang lainnya.

Lingga dan Kaming berdecak kesal dengan Untung yang seenak jidatnya menginjak bangku duduk mereka sehingga meninggalkan jejak sepatu yang berpasir. Sialan!

Kini, Untung sudah berada di meja temannya yang sudah mengerjakan Pr, yaitu Banana. Dengan gaya yang terlihat seakan hendak menelan orang hidup-hidup.

"LO TADI BILANG UDAH NGERJAIN PR?"

"IYA," jawab Banana dengan santai, tanpa melihat wajah Untung.

"SIAPA YANG SURUH LO NGERJAIN?"

"KAN MAU DI KUMPUL NANTI," jawab Banana lagi. Kali ini, sambil mengunyah ciki kentang.

"NGGAK BOLEH!" sambar Untung.

Mendengar suara Untung yang bilang begitu membuat Lingga dan yang lain menoleh, melihat Untung yang kini seolah menginterogasi Banana. Mereka terkekeh.

Banana menggebrak meja.

GEDEBRAK!

"LOH KENAPA NGGAK BOLEH?!" Banana memandang Untung dengan ekspresi tidak suka.

"KARENA YANG LAIN BELUM PADA NGERJAIN, DAN CUMA LO AJA YANG UDAH BIKIN!"

"LOH?? KALO ITU SALAHIN KALIAN. KENAPA JUGA BELUM NGERJAIN PR?!" jawab Banana. Kemudian, kembali mengunyah ciki kentangnya. Sambil menonton video korea dari handphone milik teman sebangkunya. Sejatinya, Banana sedang asik nonton eh si Untung Luganda mengacaukan konsentrasinya.

"POKOKNYA NGGAK ADA YANG BOLEH NGUMPUL TUGAS. KALAU MASIH BANYAK YANG BELUM NGERJAIN. SETUJU KAWAN-KAWAN!!!" kata Untung layaknya pemimpin demo.

"SETUJUUUUUU!!!!!"

Banana melotot kepada Untung. Ah. sialan!

Untung tersenyum miring. "SEMUA ANAK KAGAK ADA YANG NGUMPUL, GUE HARAP LO JUGA!" Untung menjeda sebentar. "KARENA, MOTTO KELAS KITA ADALAH..."

"SUSAH SENANG SEPEJUANGAN!" jawab sekelas dengan serentak dan lantang. Hingga, kelas sebelah dapat mendegar suara mereka.

"BARANGSIAPA YANG MELANGGAR ATURAN, DIA ADALAH SAMPAH!"

Banana merasa tersinggung. Apakah Untung barusaja mengatainya sampah?? Banana, marah. Cewek itu meletakkan cikinya dan berdiri tegap seakan menantang Untung untuk berlaga.

Sekelas melihat aksi Banana heboh. "ASEK PERANG DI MULAI!"

"KENAPE LO?!" kata Untung galak.

Banana, menggulung lengan seragamnya ke atas. "YANG SAMPAH ITU LO!"

"HEH! GUE BUKANNYA NGATAIN ELO SAMPAH! MEMANG DASARNYA MOTTO KELAS KITA ITU BUNYINYA, SUSAH SENANG SEPERJUANGAN, BARANGSIAPA MELANGGAR ATURAN ADALAH SAMPAH!" jelas Untung.

Banana, menahan emosinya. Tangannya pun kini sudah mengepal.

"DENGERNYA PISANG AMBON! KEBERSAMAAN DAN KEKOMPAKKAN NOMOR SATU! TITIK NGGAK PAKE KOMA! BYE!"

Setelah bilang begitu Untung kembali ke tempat duduknya.

"SOLIDARITAS TANPA BATAS!" teriak Untung lagi, yang kini sudah duduk di sebelah Lingga.

"HEH! COWOK BANGKRUT!" panggil Banana. Membuat Untung menoleh cepat karena kaget di katai, bangkrut!

"DENGER YA! KEKOMPAKAN ITU EMANG BAGUS! TAPI, KALO KOMPAK UNTUK MASUK KE DALAM LUBANG YANG SAMA, GUE SIH NO!!"

Setelah bicara begitu, Banana duduk kembali dan langsung mengunyah ciki kentangnya.

Untung, berkata dari bangkunya menimpali ucapan Banana dengan suara lantang, "HEH PISANG! KOMPAK DIKIT NAPA! SALING MENGERTI SATU SAMA LAIN, JANGAN EGOIS!"

Deg.

Deg.

Deg.

Banana berhenti mengunyah. Di raihnya air minum dan segera di teguk. "MAU LO APA SIH! NGAJAK GELUT?!! AYO SINI GUE LADENIN!"

Semua kaget dan itu lucu. Sekelas jadi tergelak.

"WAH WAH WAH! ADA MAINAN BARU NIH!!" pekik Menang dan Kaming, heboh.

Yang lain turut memeriahkan dengan memukul-mukul botol minum sendiri ke meja. Melihat Banana yang menantang Untung.

Plentang!

Plentung!

Lingga menimpal, "TUH TUNG! LO IYAIN APA KAGAK?! DI AJAK WARR NOH!"

Padu menyambung, "JAWAB TUNG, APE LO TAKUT AMA SI BANANA?"

Untung bangkit dan naik ke atas bangkunya sambil berkacak pinggang. "SORRY BERRI STOBERI! TAKUT SAMA SI PISANG GEPOK! TAPI, GUE NIH LAKI MAUNYA WAR SESAMA LAKI! LO, KALO PUNYA ABANG LAKI KEK! ADEK LAKI KEK! GUE JABANIN BUAT WAKILIN ELO DUEL AMA GUE!!" tutup Untung dengan gaya songongnya.

"MANTAPPP DI GOES MANG DI GOES!!" Heboh Lingga Cs dan teman yang lain.

Banana tersenyum miring. "OH YA?"

"IYE NAPE LO?!"

"KALO GITU! LO MAU DONG DUEL SAMA ABANG GUE. BTW, ABANG GUE ITU PELATIH TAEKWONDO LOH!"

DEG.

"BAHKAN ADEK GUE, ATLIT KARATE YANG KEMARIN WAKILIN JAKARTA UNTUK IKUT CABANG OLAHRAGA NASIONAL DAN MENANGIN JUARA PERTAMA!"

DEG.

"MAMPUS LO TUNG!" kata Padu.

"BUNTUNG LO JADINYA!" sambung Menang.

Untung berpikir pasti itu hanya akal-akalan Banana untuk menakut-nakutinya saja.

"FOR INFORMATION, BUKANNYA GUE MAU SOMBONG. TAPI!! GUE INI ANAK KARATE JUGA. JADI, GUE NGGAK MAU DI WAKIL-WAKILIN. GUE BISA KOK BELA DIRI GUE SENDIRI!"

"Widiih, emang iya si Banana anak Karate??" kata Kaming, penasaran.

Padu, yang tahu itu benar. Menjawab, "EMANG IYA!"

"WADUH!"

Untung bertanya, "TAHU DARI MANA LO, DU?"

"Tahu, karena gue juga ikut kelas karate yang sama kayak dia. Nggak gua aja kok, Lingga juga ikutan!"

"BENER TUH TUNG!"

"JADI LO LO PADA IKUT KELAS KARATE, SEJAK KAPAN?"

"SEJAK DARI SMP! TAPI, UMUM. BUKAN DI SEKOLAH!"

Banana kembali menyahut dari bangkunya, "GIMANA JADI NGGAK?!"

"TENANG TUNG, GUE AMA YANG LAEN BAKAL IKUT NEMENIN LO KOK! JADI, PENONTON HORE!" kata Lingga.

"Asew lo!

Situasi kelas mendadak berubah tegang. Ketika, suara guru mereka menyeruak ke dalam telinga.

"UNTUNG LUGANDA, KENAPA KAMU NAIK-NAIK KURSI KAYAK BEGITU!"

Tiba saja buk Dori, datang. Semua murid jadi terdiam dan duduk manis di bangkunya. Untung, yang di tegur segera turun takut-takutan dan duduk manis menghadap lurus ke depan.

Semua murid menahan napas, ketika melihat buk Dori kini dalam mood singa! Terlebih matanya yang terlihat seakan mau keluar itu semakin menampakkan kesan seram. Di hiasi juga dengan konde di kepalanya. Semakin menyeramkan.

Sekedar informasi, buk Dori itu orang batak, Medan. Jadi, kalau dari gaya ia bicara terkesan galak dan kasar. Di tambah dengan wajahnya yang terlihat sangat garang, badannya pun besar. Ciri khasnya, selalu membawa mistar besi yang kecil untuk gaplok murid yang bandel, katanya. Kalau, sewaktu-waktu bertemu di jalan.

Untung menjawab dengan alasan yang di ketahui itu bohong.

"TADI ADA TIKUS BUK!"

Buk Dori kaget. "HAH?? ADA TIKUS DI MANA?!"

Nampak sekali guru mereka kini terlihat cemas. Buk Dori takut tikus rupanya!

"TADI BUK, SEKARANG UDAH NGGAK ADA LAGI!"

"KALO EMANG ADA TIKUS, KOK CUMA KAMU YANG NAIK KE BANGKU? APA CUMA KAMU DOANG YANG TAKUT TIKUS, YANG LAIN ENGGAK?!"

Banana mengangkat tangan. "TAKUT TUGAS DI KUMPUL, BUK!" katanya.

DEG.

Seisi kelas melotot kaget dan menoleh cepat ke arah Banana. Asialan! Bangkek emang! Yang di tatap biasa saja.

Buk Dori langsung paham. Wajahnya berubah sangat amat garang! Kini, sorotan matanya tajam memicing menatap seluruh wajah muridnya.

"Eh bangkek tuh pisang gepok!" umpat Untung geram yang bisa di dengar oleh Lingga.

"Alamat dapet hukuman lagi, baru aja kemarin kena hukum pak Jaksa. Masa kena lagi sih!" jawab Lingga, ikut berbisik.

"Kudu piye iki toh le!!" bisik Padu pada Menang.

"Au deh, auh deh! Emang kayaknya hidup nggak jauh-jauh dari hukuman!!" jawab Menang, ikut berbisik pula.

"SEMUANYA!"

Buk Dori menggertak, sehingga membuat semua kaget. Rasanya jantung seperti tertembak. DOOR!

"IYA BUK!"

"KUMPULKAN TUGAS SE-KA-RANG!"

"MAMPUS!"

"SATU!"

"MAAF BUK. BELUM SELESAI NGERJAIN-NYA! DI RUMAH BANYAK TUGAS DARI MAMA!!" jawab Lingga asal. Lalu, terkekeh sendiri. Untung yang berada di sebelah menahan tawa, karena buk Dori langsung meliriknya.

"SAYA JUGA BUK DORI, MAAF. SOALNYA, KEMARIN KOCENG SAYA MENINGGAL JADI KUDU YASINAN!" jawab Menang asal. Semua menahan tawa dengan menunduk-nundukkan kepala mereka.

Kaming menyambung, "SAYA JUGA BUK. BUKU TUGAS SAYA KE TELEN GILINGAN KELAPA TADI PAGI!"

"LO NUKANG DULU, MING. TADI PAGI, JADI TUKANG GILING KELAPA??" Sahut Padu. Di iringi tawaan sekelas.

Buk Dori merasa di permainkan! Raut wajahnya berubah menjadi merah padam. Semua yang di dalam kelas melihat perubahan itu dag-dig-dug. Kembang kuncup!

"Mampus lo pada!" kata Untung.

"KERJAKAN SEKARANG! SAYA KASIH WAKTU SEPULUH MENIT. KALO TIDAK SELESAI JUGA, SAYA HUKUM BERSIHKAN TOILET YANG ADA DI SEKOLAH!"

DEG.

Semua terkejut. Mana mau mereka di suruh bersihkan toilet sekolah. Terlebih toilet yang ada di dekat kantin. Baunya pesing, kotor, dan pemandangannya amat sangat jorok. Kantin itu pun sudah jarang di pakai, karena kondisinya yang demikian.

"SIAP BUK!!" serentak sekelas.

Semuanya pun gelagapan membuka tas dan mengeluarkan buku pelajaran Matamatika.

"WOY PENA GUE SIAPA YANG NGAMBIL!" Untung berkata dengan nada kesal.

Kejadian saat pelajaran Pak Jaksana terulang lagi.

"ADUH SIAPA YANG NGUMPETIN KOTAK PENSIL GUE!" Kini, Menang yang berkata dengan nada kesal sambil mengerayaki tasnya.

"INI KOTAK PENSIL SIAPA NIH, GAMBAR HELLO KITTY DI BAWAH LACI GUE!" Sahut salah satu anak yang duduk di belakang kelas.

"OO. JADI ELO YANG NGUMPETIN!" tuduh Menang.

"SEMBARANGAN LO KALO NGOMONG, EMANG ADA DI BAWAH LACI GUE. NGGAK TAHU JUGA KENAPA BISA!"

"SINIIN!" kata Menang. Lalu, merampas kotak pensilnya dari tangan temannya itu.

"Ga," panggil Padu. Lingga yang masih sibuk mengerayaki isi tasnya menjawab tanpa menoleh ke arah Padu yang duduk di belakangnya.

"APAAN?"

"Minjem pena lo dong, pena gue habis tintanya."

"Minjem ama si Kaming aja, Du. Gue aja masih nyari Pena!"

Padu menghela napas kecewa. Lalu, memanggil Kaming. Namun, sang empu yang di panggil juga tidak ada pena.

Padu berdecak kesal. "Ck! Heran gue, kenapa semuanya pada nggak ada pena sih! Niat sekolah apa enggak!"

"Heh, kaya lo ada pena aja!" timpal Menang.

"Nang, pinjemin gue pena kenape sih?!"

"Boleh, tapi pulang gue nebeng yak," kata Menang dengan senyum yang dibuat sok manis.

Karena tidak ada pilihan. "Yaudahlah!"

Lingga yang tadi mengerayaki isi tasnya. Di buat tertegun, dengan sebuah amplop bewarna merah muda. Cowok itu mengerutkan keningnya heran, dan sedikit penasaran. Di bukanya amplop itu, lalu membacanya sembunyi-sembunyi, agar tak nampak oleh buk Dori.

Deg.

Usai membacanya. Lingga, kembali melipatkan kertas dan memasukkannya kembali ke dalam amplop.

Untung menyenggol siku kiri Lingga, membuat cowok itu menoleh. "Baca apaan lo tadi?"

"Apaan, nggak ada!"

"Jangan dusta anda tuan! Gue liat! Lo dapet surat cinta kan?" kata Untung di akhiri senyum miring.

"Enggak penting."

"Coba gue liat!"

"UNTUNG LUGANDA, KERJAKAN TUGASNYA. JANGAN ASIK NGOBROL AJA!"

"MAMPUS!"

"Iya, buk!"

🌵🌵🌵