Lingga, benar-benar ke Wc sejatinya. Mengusap wajah dan membasahi rambutnya dengan air keran westafel, untuk menghilangkan sensasi gerah. Namun, setelah dari sana, Lingga menyimpang ke kantin untuk beli es puter mang Siwon. Sekali, mengadem. Urusan cat mengecat, serahkan dulu pada komplotannya.
Lingga, memasuki kantin dengan santainya. Masih dengan singlet hitam saja yang di kenakan. Tanpa rasa malu, jika saat ia memasuki kantin semua mata menjadikannya sebagai pusat perhatian.
"Mang tawon! Beli es tellernya satu!" teriak Lingga. Suaranya yang lantang itu menguasai kantin. Namun, Lingga masa bodoh. Kemudian, ia duduk sendirian.
Sekedar informasi, cowok bernama Lingga Sambara itu memang suka memanggil mang Siwon menjadi mang Tawon. Karena katanya, Siwon terlalu keren untuk mamangnya yang badannya kerdil. Siwon artis korea yang di kenal kan, tinggi. Lain itu, juga jago nyanyi. Kalau Mang Siwon penjual es puter di kantin sekolah mah enggak. Sekalinya nyanyi, bikin rusuh telinga orang. CEMPRENG DAN TAK BERNADA. Boro-boro nyanyi, dia napas aja Fals!
Tak lama dari itu, pesanannya datang. Mang Siwon memberikan pesanan Lingga dan cowok itu pun segera menerimanya.
Lingga, menyambut es teller itu dengan senyum pepsodent. "ANYEONG MANG TAWON!"
"BUKAN ANYEONG! TAPI, GAMSAHAMNIDA!"
"Ya apalah itu deh, mang! Pokoknya, GRACIAS!"
Mang Siwon yang tidak tahu arti Gracias pun bertanya pada Lingga yang kini sudah menyantap es teller. "Itu apa artinya? Mamang Siwon mah kagak ngarti!"
Lingga tersenyum miring dan menjawab, "Makanya, mang Tawon belajar bahasa Bali dong! Jangan bahasa korea mulu yang di pelajarin! Cintailah bahasa tanah air, mang!"
Mang Siwon terkena tipu. "Oh, jadi itu tadi tuh bahasa Bali?"
"Bukan! Bahasa, beli!"
"Oalah! Kamu tuh suka bercanda! Kalo gituh, mang Siwon bakal belajar bahasa Bali juga, deh. Biar semakin lokal!"
Lingga hampir saja tersedak. Maksudnya, semakin lokal?? Selama ini, apakah mang Siwon merasa dirinya bule? Kalo iya, ini mah bule dari mana? Jonggol!
"Mang, kalau ngomong suka ngadi-ngadi lah! Mang Siwon tuh nggak nyadar apa kalo lebih dari lokal? Bahkan, kata lokal aja tidak cukup," kata Lingga.
"Terus apa dong?"
Lingga pun berhenti menyeruput es tellernya. Otaknya saja tak mampu berpikir julukan apa yang pas untuk mengganti kata Lokal kepada mang Siwon.
Saat, tengah berpikir keras. Tiba-tiba seseorang menggebrak mejanya. Lingga pun kaget dan menoleh. Ternyata orang yang menggebrak meja adalah, Menang.
"HEH! JADI ORANG CERDIKIAWAN BANGET YA LO, GA!"
GEDEBRAK
GEDEBRUK
GEDEBREK
Setelah Menang, di susul pula oleh yang lainnya. Untung, Padu, dan Kaming.
Lingga, cuek saja. "Entar aja lah, mang! Entar, saya pikirin lagi kata apa yang cocok selain lokal untuk mang Tawon," kata Lingga.
"SIAP DEH KALO GITU!" kata mang Siwon dengan gerakkan memberi hormat segala. Lalu, pergi.
Kini, mereka berlima kembali bersama dalam satu meja panjang. Bau keringat bermacam-macam, menyeruak ke dalam lubang hidung Lingga. Ah, sialan! Lebih bau dari bau mulutnya mpok Yoona, penjual warung yang ada di depan sekolahnya.
"Bener-bener ya lo, Ga. Bilangnya ke Wc, tahunya malah belok ke kantin! Nggak ngajak-ngajak gue lagi!" kata Padu sambil melirik teman-teman yang lain.
"Untungnya, si Menang nyadarin kita. Coba kalo enggak?!"kata Kaming.
"Kalo enggak kenapa?" timpal Lingga santai, lalu menyeruput es tellernya lagi.
"Kalo enggak. Ke enakkan elonya, gila!" sambung Kaming.
Untung berkata, "Sekarang jangan lagi-lagi deh percaya ama nih anak!" kata Untung sambil melirik Lingga dari samping. "Otaknya, otak banded!"
"PEDULI GUE? ENGGAK!" timpal Lingga di iringi kekehannya. "Lagian, gue emang ke Wc beneran kok, tadi. Kalo, enggak percaya tanya aja sama POP," kata Lingga dengan lirikan mata yang mengarah pada Untung Luganda.
Ya, saat keluar dari Wc pria. Lingga, berpapasan dengan, Pop. Pop, cewek yang suka adu mulut sama temannya, Untung. Hampir tiap hari, ada aja yang di ributin. Sampai, satu sekolahan sudah hafal betul, jika kedua manusia itu di ibaratkan tom&jerry, versi nyata.
Untung, mengebrak meja.
GEDEBRAK!
"IDIH! NGAPAIN LO SEBUT-SEBUTIN NAMA TUH CEWEK! MERINDING KAN JADINYA TELINGA GUE!" kata Untung dengan emosi yang tiba-tiba tak terkendali. Kini, dirinya menjadi perhatian.
"SANTAI AJA NAPE SIH, TUNG!" sambar Menang. "CUMA NYEBUT NAMA TUH CEWEK AJA, LAGAK LO UDAH KEK ORANG YANG LIAT IKAN ASIN DI COLONG SAMA KOCENG OREN!"
Padu menyambung, "Tahu nih! Biasa aja kali!"
Kaming berkata, "LAGIAN, NIH YA TUNG! LINGGA CUMA NYEBUT NAMA TUH CEWEK AJA LO UDAH KEK MAU NELEN ORANG! AMPE SEGITUNYA NGGAK SUKA SAMA TUH CEWEK. HERAN GUE."
"AWAS, TUNG. ENTAR BENCI TUH BISA JADI SUKA!" kata Padu mengejek.
Lingga terkekeh. "SERU KALI YA. KALO UNTUNG PACARAN SAMA SI POP! BISA PERANG MULU, NIH SEKOLAH UDAH KAYAK KONSER AYU TINGTONG ENTAR!" kata Lingga.
"BENER TUH, GA. GIMANA KALO SEANDAINYA UNTUNG BAKAL BERJODOH SAMA SI POP ICE! ALAMAT, BAKAL ADA LEBARAN KERA!" sambung Kaming.
Semua tertawa meledek.
Untung yang tidak terima kembali menggebrak meja. Dan, kali ini lebih kuat. Semua yang tertawa terdiam.
GEDEBRAK!
"HEH! JANGAN NGACO DEH LO PADA! SORRY BERRY STOBERI! GUE SUKA SAMA SI POP ICE! APALAGI SAMPAI BERJODOH, AMIT-AMIT JABANG BAYI!" kata Untung sambil memperagakkan gerakkan mengelus-elus perutnya seperti ibu hamil.
"AMPE LEBARAN KERA NIKAH AMA PATKAI! GUE NGGAK AKAN SUDI!" kata Untung kembali.
Padu tersenyum miring. "Awas, Tung! Mungkin, hari ini elo nggak suka sama tuh cewek. Nanti, siapa tahu semua berbalik!"
"ENGGAK AKAN!" kata Untung mantap, tegas, dan lantang.
Menang memelet. "HILIH! GAYAAN LO, TUNG!"
"EMANG BENER GUE! YAKIN, NGGAK AKAN MUNGKIN SAMPAI GUE SUKA SAMA SI POP ICE! BAHKAN, SAMPAI LINGGA PUNYA GEBETAN, GUE NGGAK AKAN MUNGKIN JATUH CINTA SAMA ORANG MODELAN KAMING!" kata Untung.
Perkataan itu membuat Lingga dan Kaming, tersinggung.
"KENAPA BAWA-BAWA NAMA GUE?! MAKSUD LO APAAN SAMPAI GUE PUNYA GEBETAN SEGALA, HUH?!" kata Lingga.
"TAHU NIH! KENAPA JUGA BAWA-BAWA NAMA GUE?! JANGAN MENTANG-MENTANG TUH CEWEK KULITNYA ITEM KAYAK GUE. LO SAMA-SAMAIN YA?!" kata Kaming.
"Pada nggak ngaca lo pada! Gini ya, untuk Lingga. Temen gue yang nggak pernah terdengar desas-desus deket sama cewek. Wajar aja gue bilang begitu," kata Untung sambil menyentuh pundak kiri, Lingga. "Entahlah, lo normal kan?"
"JAGA BACOT LO YA!" sambar Lingga dan mendorong wajah Untung ke belakang.
Untung berdesis.
"GUE NORMAL! EMANG GUE MENANG YANG SUKA BALLET!" kata Lingga.
"HEH! KENAPE NAMA GUE DI BAWA-BAWA! EMANGNYA KENAPE KALO GUE SUKA BALLET!" protes Menang pada Lingga. "LAGIAN GUE BELAJAR BALLET, KARENA SUKA BLACKPINK!"
"Aneh lo!" timpal Lingga.
"BIAR AJASEH! SIRIK NGOMONG LO!"
Lingga bergedik. Padu, geleng-geleng kepala.
"Gue waras! Ngapain, sirik sama elo yang suka ballet! Ngaco lo!" jawab Lingga.
"Tapi, kalo gue bayangin si Pop jauh lebih cocok sama Kaming deh!" kata Padu sambil melihat wajah Kamingsun.
Kaming, kaget.
"NAH, ITU! BARU PAS!" kata Untung dan Menang, kompak.
"ENAK AJA LO PADA! NGGAK MAU GUE SAMA YANG KAYAK GUE. MAU NYARI YANG CERAH DIKIT. UNTUK, MEMPERBAIKI GENERASI!" timpal Kaming.
Menang menyambar, "KETURUNAN, BEGO!"
Lingga tertawa. "SECARA NGGAK SADAR KAMING MENGHINA DIRINYA SENDIRI!"
Semua tertawa.
"ASIALAN LO PADA!"
"MING, DENGER YA!" Padu menengahi. "Jangan pernah menilai seseorang hanya karena penampilan luar, apalagi fisik! Lo bakal salah besar, kalo nilai orang hanya karena itu aja!"
"GUE NGGAK NILAI DIA DARI LUAR, KOK! HANYA SAJA, GUE MENGINGAT PESAN EMAK GUE YANG BILANG, CARI CEWEK YANG CERAH, PUTIH, BENING BIAR ENTAR NGGAK BURIK KAYAK ANAK EMAK. EH!" Kaming kaget dengan ucapannya sendiri.
Semua tertawa.
"EMAK LO BILANG KEK BEGITU, MING?" kata Lingga dengan tawaannya.
"AHAY! EMAK SENDIRI NGATAIN ANAKNYA BURIK! SEDIH AMAT DI NISTAIN EMAK SENDIRI!" sambung Untung.
"TERNYATA NGGAK CUMA GUE, ADA JUGA ELO YANG NEMENIN, MING!" kata Menang tak sadar. Justru, ucapannya itu kembali mengundang kegaduhan di meja itu.
Semua tertawa lagi dan keadaan pun berbalik mengejek, Menang.
"GUE PUNYA TEMEN KOK PADA GOBLOK-GOBLOK, YAK?" kata Untung dengan tawanya dan satu tangan menyentuh perutnya.
"EMANG DASAR, DUNIA KALO NGGAK ADA ORANG BEGO TUH ENGGAK AKAN ADA ORANG PINTER EMANG!" sambung Padu mengejek.
Lingga menyambung, "Heran gue. Untung, gue ganteng. Terus, pinter juga! Nggak ada saingan tolol!"
Dari kejauhan, tanpa mereka berlima sadari jika keberadaan mereka kini di ketahui oleh Wakasek. Siapa lagi, kalau bukan Pak Jaksana selaku guru Sejarah yang memberikan mereka hukuman.
Pak Jaksana, emosi. Melihat kelima muridnya itu malah enak-enakkan duduk-duduk di kantin. Suara mereka pun terdengar paling besar menguasai kantin. Beruntung, dirinya sempat menengok ke lapangan. Kalo tidak, hemm ke enakkan dong lima kurcaci itu!
Dengan langkah besar sambil membawa sebuah mistar kayu panjang, Pak Jaksana menghampiri mereka berlima.
Semua penduduk sekolah yang ada di kantin sudah kabur, sebelum Wakasek masuk ke dalam kantin. Sehingga, kini kantin mendadak sepi. Hal itulah, yang membuat Lingga CS terdiam, karena merasa suasana berubah hening.
"NGAPAIN KALIAN DI SINI!"
PLAK
PLAK
PLAK
PLAK
PLAK
Satu persatu di pukul oleh Pak Jaksana dengan mistar kayu itu. Semua kesakitan dan merasakan pedas di punggung mereka. Jujur, Lingga CS kaget akan kedatangan Pak Jaksana yang tiba-tiba muncul tanpa di minta kehadirannya. Seperti, mantan.
Kini, semua menatap wajah Pak Jaksana, setengah takut.
"AMPUN PAK!" kompak mereka.
"ENGGAK ADA AMPUN-AMPUNAN!" jawab Pak Jaksana, galak.
"KITA HAUS KALI, PAK! MAKANYA KE KANTIN BUAT BELI ES!" kata Lingga.
"EH, LO DOANG GA! YANG MINUM, KITA MAH BELUM PESEN!" timpal Kaming yang langsung mendapatkan pelotottan dari Lingga. Sialan!
"SEKARANG SAYA MINTA KALIAN KEMBALI KE LAPANGAN! KALO ENGGAK MAU, SAYA TAMBAHKAN HUKUMAN KALIAN DENGAN MEMBENARKAN SEMUA GENTENG YANG BOCOR DI SEKOLAH, MAU?!"
"EH! JA-JANGAN, PAK!" sambar Menang.
"MASA KITA DI SURUH BENERIN GENTENG BOCOR JUGA?!" kata Kaming.
"IYA, JANGAN DEH PAK! KASIHAN, MURIDNYA LELAH SEBELUM LULUS DAPAT IJAZAH! BELUM WAKTUNYA KERJA KERAS!" kata Untung, ngarang.
"BANYAK OMONG! CEPAT, PERGI DARI SINI!"
"SIAP PAK!"
"SATU!"
"IYA PAK!" kompak mereka dan kini bangkit dari duduknya.
"DUA!"
"IYA PAK! YA.. TOYIBBA!"
"TI...!"
"KABUR BURUAN!!!"
"GA!"
PLAK.
Pak Jaksana masih saja memukul meja dengan mistar kayu panjangnya itu. Meski, kelima muridnya sudah pergi.
Mang Siwon, yang sejak tadi melihat mejanya di gebrak-gebrak jadi, cemas. Takut-takut, rusak.
Pak Jaksana menyusul kelima muridnya itu. Sampai di lapangan, orangtua itu berkacak pinggang dan berkata, "JANGAN LAGI-LAGI COBA UNTUK KABUR DARI HUKUMAN YA!"
"ENGGAK ADA YANG KABUR DARI HUKUMAN KOK, PAK!" jawab Kaming.
"BERANI JAWAB NYA KAMU, SEGERA!"
"HUFT!!!!
Semua yang mendengar perkataan Pak Jaksana menahan tawa, saat guru mereka memplesetin nama Kamingsun menjadi Segera!
( Emang begitu sih artinya )
Kaming, memicingkan matanya tajam pada teman-temannya dan mengumpat dalam hati.
🌵🌵🌵