Setelah pergi meninggalkan Rossali, adilapun bergegas masuk ke dalam kamar dan membanting puntu dengan begitu keras.
"BRAKKK.."Suara pintu begema akibat bantingan keras.
Adila benar-benar tidak mempedulikan sekeliling ketika dia merasa marah atau kecewa.
Sampai-sampai suami dan ayahnya yang sedang berbincang-bincang di balkon merasa kaget dengan suara bantingan yang begitu kencang.
Seketika ayah Adila dan Fadhil pun, mencari sumber suara yang menggelegar itu.
"Apa itu Adila yang membanting pintu?"tanya daddy yang masih fokus menatap ke arah sumber suara.
"Sepertinya begitu Dad, daddy tunggu disini, biar Fadhil yang menghampiri adila,"ujar Fahil.
Fadhil mencoba melangkah ke arah kamar dan meninggalkan ayah Adila yang masih bersantai di balkon.
Kini langkahnya semakin dekat dengan pintu kamar. Perlahan Fadhilpun menarik napas dan menghembuskannya. Lalu mengetuk pintu kamar.
Setelah beberapa kali mengetuk pintu kamar, Adila tidak merespon smaa sekali.
Akhirny Fadhil mencoba untuk masuk dan membuka pintu yang tidak terkunci sedari tadi.
Fadhil melihat adila yang tidur tengkurap seperti sedang menangis.
"Apa aku boleh masuk?"tanya fadhil perlahan.
"Bukankah kau sudah masuk, kenapa juga meminta ijin,"ujar adila bernada ketus.
Fadhil terdiam, memikirkan apa yang harus dia lakukan dan ucapkan, Fadhil ingin bertanya namun takut salah, tapi akhirnya Fadhil memberanikan diri untuk bertanya pada Adila.
"Aku tidak tau apa yang terjadi denganmu tapi, kamu bisa bicara atau bercerita padaku,"ucap Fadhil berdiri dekat pintu.
Adila masih dalam posisi awalnya, dia benar-benar tidak menghiraukan ucapan yang keluar dari mulut Fadhil
"Kamu bisa jadikanku sebagai temanmu, jika kau mau,"ujar Fadhil.
Mendengar ucapan ke dua Fadhil adilapun langdung bangun dan memutar tubuhnya menatap Fadhil.
"Jangan harap aku mau jadi teman berbagimu, aku tidak sudi. Kamu fikir aku begini karna siapa Hah. Ini semua karna ulahmu."tegas Adila membulatkan kedua matanya.
"Kenapa lagi denganku? Apa aku berbuat salah."tanya Fadhil penasaran.
"Hah, kamu pura-pura tidak tau tau pura-pura bodoh."tegas adila dengan menampakan senyuman sinis.
"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, tolong jangan berbelit,"ujar Fadhil.
"Pura-pura tidak tau, pura-pura tidak mengerti jelas-jelas kamu sendiri yang menyuruh ibuku untuk pindah rumah, dan tinggal berdua denganmu dasar manusia penjilat, psikopat."tegas adila.
"Adila cukup, sudah cukup kau memakiku, selama dua bulan dan aku hanya diam mendengar setiap ocehanmu. Kamu fikir dalam pernikahan ini hanya dirimu yang di rugikan, Kamu salah besar. Kamu kira aku bahagia menikah dengan perempuan sepertimu, yang biasanya setiap hari selalu memaki, dan marah-marah padaku. Bagiku kamu adalah wanita egois yang memikirkan diri sendiri ." Ucap Fadhil dengan nada yang sedikit meninggi.
Mendengan ucapan Fadhil seketika adilapun terdiam dan tidak mampu bicara apa-apa lagi.
Ini pertama kalinya Adila melihat kemarahan Fadhil yang begitu besar, dan berteriak padanya.
"Bahkan dirimu tidak tau gimana rasanya ditinggalkan oleh kekasihmu yang amat kamu cintai seumur hidupmu, bahkan kamu tidak mengerti cinta sebenarnya seperti apa. Kamu tidak mengerti arti sebuah pengorbanan seperti apa.
Kamu fikir kekasihmu itu serius denganmu selama ini. Kalo memang kekasih yang kau puja-puja itu benar-benar serius mencintaimu, suruh dia datang menghapku dan kedua orang tuamu."tegas Fadhil.
"Yah aku akan menyuruhnya untuk datang menghadapmu dan orang tuaku. Kamu akan melihat bagaimana kekasihku sangat mencintaiku."tegas Adila dengan yakinnya.
Fadhil yang mendengar ucapan Adila dengan begitu lantang dan penuh keyakinanpun tidak bisa berkata apa-apa selain membuktikan ucapan Adila.
dengan Amarah yang masih menggebu-gebu Adila menyurub Fadhil untuk keluar dari kamarnya. Adila benar-benar tidak mau melihat sosok Fadhila ada di kamarnya.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Bantu komen di bawah yah.