Rosali terdiam karna merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya barusan. Ini pertama kalinya juga Rossali menampar Adila, Namun Asbar pun, tidak menyalakan tindakan rossali itu. Karna memang sikap adila yang sudah keterlaluan dan berlebihan.
Saat Rosali hendak beranjak dari duduk, dan mengejar Adila. Tiba-tiba langkahnya terhenti karna suaminya itu menghalangi.
"Sudahlah sayang, biarkan Adila sendiri dulu. Dia bukan anak kecil yang harus di bujuk setiap kali melakukan kesalahan. Biarkan dia berfikir kesalahannya,"tegas Asbar.
Mendengar ucapan Suaminya, Rossali pun, kembali duduk dan teriam. Rossali benar-benar bingung dengan apa yang harus dia lakukan saat ini.
"Hubungi Fadhil, bilang padanya untuk segera menemuiku. Aku ingin bicara padanya."tegas Asbar dengan wajah datar.
Dengan patuhnya Rossalipun langsung menghubungi Fadhil. Dan ketika panggilan tersambung, Asbar meraih telepon tersebut . Dan tak lama panggilan itupun di angkat oleh Fadhil.
"Hallo Fadhil, ini daddy. Bisakah kita bertemu di luar?"ucap Asbar.
"Yah dad, tentu bisa,"saut Fadhil di sebrang sana.
"Baik tunggu aku di One Fifteenth Coffee, satu jam lagi,"tegas Asbar, lalu menutup panggilannya.
Disisi lain Fadhil merasa sedilit cemas karna menerima telepon dari ayah mertuanya. Membuat fadhil terus bertanya-tanya.
Akhirnya Fadhil pun, bersiap-siap, dan berangkat ke tempat yang sudah di tentukan sebelumnya.
Sesampainya di caffe, fadhil melihat mertuanya yang sudah duduk di kursi yang sudah di pesan.
"Dad, maaf menunggu,"ucap Fadhil mengampiri lalu mencium tangan Asbar.
"Duduklah,"perintah Asbar, menyuruh Fadhil duduk.
Kini Fadhil langsung duduk, tak lama dia pun memesan coffe untuk dirinya dan Asbar.
"Dad, boleh aku bertanya kenapa dady menyuruhku bertemu disini?"tanya Fadil penasaran, karna memang sedari tadi Fadhil terus saja bertanya-tanya dalam hatinya.
Sejenak Asbar terdiam sejenak mendengar apa yang di ucapkan Fadhil, dengan wajah datar tanpa ekspresi Asbarpun menghebuskan napas panjangnya, lalu menatap Fadhil.
"Fadhil, dady sebenarnya tidak pantas menanyakan pertanyaan ini padamu, Apa selama ini Adila sering menyakiti Hatimu?"tanya Asbar yang tidak melepaskan padangan pada sosok menantunya itu, dengan tatapan sayu.
Dari tatapannya begitu banyak penyesalan dalam wajah Asbar. Dirinya merasa gagal karna tidak bisa mendidik Adila dengan baik.
"Dad, ini cuma masalah waktu, aku yakin Adila akan bersikap lebih baik padaku"saut Fadhil.
"Fadhil, kau anak yang baik. Tidah heran kalo kedua mertuamu begitu menyayangimu."
"Dad, jangan bicara seperti itu."
"Fadhil, kedatangan daddy kesini ingin bicara serius denganmu. Kalo kamu sudah tak sanggup dengan hubunganmu bersama Adila, daddy tidak akan marah padamu. Kamu bisa menyerahkan Adila kembali pada kami,"ucap Asbar.
Fadhil terdiam dan sedikit merundukan pandangannya. Fadhil benar-benar tidak bisa menjawab ucapan mertuanya itu.
"Fadhil, kamu tidak usah jawab sekarang ucapanku. Kamu bisa memikirkannya terlebih dahulu,"tegas Asbar.
Melihat Fadhil yang terdiam, akhirnya Akhirnya Asbarpun memilih untuk hengkang dan berpamitan.
"Dad,"panggil Fadhil. Seketika Asbar pun, menghentikan gerakannya dan langsung menoleh ke arah Fadhil kembali.
Seketika Fadhil berdiri dan mengajak Asbar kembali duduk.
"Dan, mana mungkin aku menghancurkan pernikahan yang sakral dan suci ini. Aku tau Adila gadis baik, sebenarnya asal daddy tau kami sedang membuat perjanjian, tapi perjanjian itu belum Adila sepakati,"ucap Fadhil.
"Apa? Perjanjian? Perjanjian apa?"tanya Asbar bertanya-tanya karna heran.
"Perjanjian untuk saling mengenal selama lima bulan dad. Tapi kalo selama lima bulan kami tidak mempunyai rasa, satu sama lain, Aku akan menyetujui permintaan Adila apapun itu. Termasuk permintaan Adila untuk bercerai,"ucap Fadhil menceritakan.
Sejenak Asbar terdiam, seperti merenungi setiap kata yang di ucapkan Fadhil.
"Baiklah kalo memang itu yang terbaik. Daddy akan bantu kalian untuk bisa saling mengenal sebisa mungkin. Tapi daddy minta padamu, untuk kembali ke rumah."ujar Asbar.
"Hemm, baiklah. Tapi Fadhil tidak bisa pulang sekarang. Mungkin nanti malam baru bisa pulang,"ucap Fadhil.
"Yasudah, kalo begitu daddy pamit pulang dulu, jaga dirimu baik-baik,"tegas Asbar menepuk sebelah pundak Fadhil, lalu pergi. Begitu pula Fadhil, tak lama menyusul kepergian Asbar.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Hallo sahabat Ayyana .
Ayy mohon untuk selalu Like dan komen
Trimakasih.
Ig. Ayyana haoren.