Suara telepon terus berdering, aktifitas satya dan Adilapun terhenti.
"Biar aku melihat siapa yang telepon,"ucap Aira menatap Satya, lalu meraih ponsel yang ada di dalam Tasnya.
"Daddy. What."Gumam Adila kaget.
"Siapa babby?"Tanya Satya lalu menoleh ke arah layar ponsel Adila. Kemudian Satya menyuruh Adila untuk mengangkat panggilan Ayahnya terlebih dahulu. Karna Takutnya ada hal yang penting.
Adila terdiam, lalu tak lama menslide dan mengangkat panggilan ayahnya.
"Hallo daddy, kenapa meneleponku. Tak biasanya,"Tanya Adila.
"Daddy hanya ingin bilang, kalo daddy dan mamah kamu akan menginap ke Bogor untuk malam ini. Ada sodara kita yang sedang jatuh sakit,"Ucap Asbar memberitahu.
"Dadd, apa kau serius. Lalu nasibku bagaimana?"Tanya Adila.
"Kenapa kamu begitu cemas. Kamu punya suami, tentu saja Fadhil akan menemani dan menjagamu,"Tegas Asbar.
"Daddy juga udah hubungi Fadhil agar jemput kamu kerja. Lalu kalian bisa menghabiskan waktu berdua sebaik mungkin,"Ucap Asbar yang mela jutkan kembali perkataanya.
Dengan berat hati Adilapun menyetujui ucapan ayahnya. Lalu mematikan panggilan setelahnya.
"Ayah kamu bilang apa? Samape tuan putri yang cantik ini cemberut?"tanya satya mencoba menghibur Adila.
"Daddy pergi ke Bogor with mommy. "Ucap Adila dengan nada manja.
"Lalu apa yang kamu cemaskan, babby Hem,"Tanya Satya.
"Aku cuma gak mau kalo tinggal berdua dengan lelaki itu,"ucap Adila.
Seketika Satya dan Adila terdiam.
"Gimana kalo kamu nginap di apartemenku?"Ujar Satya.
"Tidak, tidak. Bagaimana mungkin. Aku bisa di bunuh hidup-hidup oleh daddy,"Teggas Adila.
"Sayang, kamu kan bisa bilang sama mereka kalo kamu menginap di rumah sahabatmu."Usul Satya.
Adila kembali terdiam memikirkan apa yang di ucapakan satya.
"Hemm, aku akan hubungi Fadhil agar tidak menjemputku,"
Mendengar jawaban Adila Satya tersenyum bahagia.
"Kenapa tersenyum begitu?"Tanya Adila menatap ke arah Satya.
"Tidak apa-apa. Hanya saja aku sangat bahagia mendengarnya. Akhirnya kamu punya waktu berdua lagi denganku,"Ucap Satya.
"Lalu apa yang akan kita lakukan setelah ini?"Tanya Adila.
"Baiklah Tuan Putri, aku akan menyelesaikan terlebih dahulu pekerjaanku, setelah ini kita makan, nonton gimana?"Tanya Satya sembari tersenyum.
"Baiklah, lalu bagaiaman dengan baju gantiku. Mana mungkin aku akan memakai pakaian ini sepanjang malam,"Tanya Adila.
"Kita kan bisa belanja semua keperluanmu babby,"ujar Satya sembari mengacak-ngacak rambut Adila perlahan.
Setelah selesasai bencincang-bincang, Satya kembali melanjutkan kerjaannya.
****
Tak terasa pekerjaan Satya pun, sudah selesai di kerjakan. Kini Satya dan Adila memilih untuk segera keluar dari kantor dan pergi ke sebuah mall.
Sesampainya di mall mereka makan di tempat favorit mereka dulu, nonton, dan juga berbelanja.
Mereka terlihat jelas seperti pasangan yang begitu bahagia. Dari bergandengan tangan, saling merangkul. Dan juga Satya begitu memanjakan Adila. Bahkan Adila juga bercerita tentang liburannya ke eropa di tengah-tengah obrolan mereka.
"Baiklah, kalo gitu aku juga akan pergi ke eropa dan boking hotel bersebelahan dengan kalian. Tapi ingat babby jangan sampai kamu bersetubuh dengan lelaki itu,"Tegas satya.
"Siap pak bos,"Saut Adila.
Setelah asik berbelanja, shoping, dan nonton. Kini mereka memilih untuk pulang ke Apartemen Satya.
Sesampainya disana Adila memilih untuk mebersihkan tubuhnya terlebih dahulu, sedangkan Satya menyalakan televisi sembari membuat coffe. Tak lama Adila keluar dengan pakaian yang sudah berganti.
Ini pertama kalinya Adila menginap di tempat satya. Meskipun Adila sudah menikah, Satya masih memajang photo mereka berdua di setiap sudut ruangan dengan menggunakan bingkai khusus, Itu membuat Adila tersentuh.
"Sayang, kamu bisa mandi sekarang,"Tegas Adila.
"Baik babby,"Saut Satya.
Setelah beberapa menit berlalu Satya keluat dengan menggunakan celana baggy dan kaos putih transfaran di tubuhnya. Ini pertama kali Adila melihat Satya menggenakan itu di hadapannya.
"Apa begini rasanya kalo aku menikah dengan Satya,"Guman Adila sembari menatap Satya.
"Hallo baby, apa kau melamun,"ucap Satya yang memecahkan lamunannya.
"Aku hanya berfikir seandainya kita bisa segera bersama dan menikah,"Ucap Adila.
"Itu akan segera terjadi, secepatnya aku akan menghadap kedua orang tuamu, lalu menikahimu,"Tegas Satya.
"Benarkah sayang!"tanya Adila tersenyum sumringah.
"Tentu, apa kau tidak percaya. Bukankah dulu juga kita sudah berencana untuk menikah. Bahkan kedua orang tuamu juga merestui hubungan kita dulu,"ucap Satya
"Iya, tapi dengan Syarat kamu pindah harus pindah keyakinan terlebih dahulu."
"Baby, bukannya di indonesia sudah banyak pasang mata yang menikah, tapi berbeda keyakinan. Kenapa itu harus jadi permasalahan untuk hubungan kita. Lagi oula kita bisa menikah di luar negri."Tegas Satya.
"Iya, tapi tidak dengan orang tuaku, mereka mempermasalahkan itu."
"Baiklah, akan kufikirkan terlebih dahulu. Yang pasti kita akan menikah."Ucap Satya mencoba meyakinkan Adila.
"Makasih banyak sayang,"Ucap Adila lalu memeluk Satya.
.
.
.
.
Bersambung.