Ke esokan Harinya pagi-pagi sekali Satya menunggu Adila di halte yang biasa mereka bertemu. Namun sosok kekasihnya itu tak kunjung datang juga padahal hari sudah cukup siang, akhirnya Satya memilih untuk pergi ke kantor Adila, dan menemuinya secara langsung.
"Apa Adila benar-benar marah padakau. Sial,"celetuk Satya, saat dirinya melajukan mobil ke arah kantor Adila.
Disatu sisi Adila memilih untuk di antar langsung oleh Fadhil sampe Kantornya.
Fadhil sedikit heran, karna tak biasanya Adila minta antar pada dirinya sampai kantor. Ini pertama kalinya untuk Fadhil begitupun Adila.
Adila sengaja minta Antar pada Fadhil karna hari ini dia tidak ingin bertemu dengan kekasihnya itu. Sampe batas waktu yang entah sampai kapan bagi Adila.
Kini mobil Fadhil mulai memasuki Area kantor Adila, namun tak disangka Satya sudah berdiri dan memperhatikan mobil Fadhil dari kejauhan.
"Menyebalkan, kenapa dia harus ke kantorku,"grutu Adila pelan.
Fadhil mendengar celetukan Adila hanya diam, dan pura-pura tidak mendengar.
"Apa sebenarnya mereka sedang bertengkar. Apa itu yang membuat Adila kemarin bersedih. Jadi apa mungkin sebenarnya Adila mencoba menginap di rumah kekasihnya. Sial kenapa aku malah memikirkan hal itu,"Gumam Fadhil dalam hati.
"Pukul 17.00 sore nanti kamu jemput aku. Ingat pukul lima tak boleh telah,"perintah Adila, lalu keluar dari mobil.
Fadhil yang mendengar ucapan Adila hanya mengertukan dahi atas sikaonya yang se enaknya menyuruh dia.
Kini kedua mata Fadhil memperhatikan langkah Adila setelah keluar dari mobil. Fadhil melihat Satya mencoba menarik lengan Adila namun Adila menepisnya, terlihat jelas kalo Adila sedang marah-marah pada kekasihnya itu. Sedangkan Satya terlihat seperti orang yang meminta Maaf dan terus mengikuti langkah Adila sampai Adila masuk ke dalam gedung.
"Aku sudah cukup telat melihat pertunjukan sepasang kekasih ini, sebaiknya aku berangkat kerja sekarang." Ucap Fadhil melirik ke arah jam tangannya.
Kini Fadhil memilih melajukan kembali mobilnya ke arah kantor tempat dirinya bekerja.
Sesampanya di kantor, entak kenapa fikiran Fadhil masih membayangkan pertengkaran Adila dan kekasihnya itu yang terus terngiang-ngiang di kepalanya.
"Sam datang ke ruanganku sekarang juga,"tegas Fadhil di dalam sambungan telepon kepada orang kepercayaanya.
Dengan sigapnya Samuel langsung datang ke ruangan Fadhil.
"Sepertinya Ada hal mendesak, apa aku melakukan kesalahan?"tanya samuel menghadap Fadhil.
"Tidak sam, apa kau punya kenalan orang yang bisa memata-matai seseorang?"tanya Fadhil datar.
"Apa kau serius dengan Ucapanmu itu? Haahahah,"ujar samuel menertawakan Fadhil.
"Berhenti bercanda, aku serius dengan apa yang ku ucapkan,"Fadhil.
"Okey, okey, baiklah siapa yang akan kamu mata-matai?"
"Adila."
"What! Adila."seruu samuel merasa heran.
"Bukankah kau tak mencintainya. Bagaimana mungkin kamu akan memata-matai dirinya?"
"Entahlah. Aku memang tidak mencintainya. Tapi wajah Adila selalu mengingatkan diriku akan Aira. Terkadang aku juga menganggap Adila adalah Aira.
Bagaimana mungkin aku bisa melupakan sosok Aira, sedangkan semua yang dimiliki Aira ada di dalam diri Adila." Ucap Fadhil sembari mengusap kasar wajahnya.
Singkat cerita Fadhil menceritakan Alasan dirinya kenapa sampai ingin memata-matai Adila. Fadhil hanya mencari tahu kenapa Adila sampai marah sebesar itu dengan Satya. Dan ingin mencari tau juga hubungan mereka sejauh apa.
Setelah mendengar penjelasan Fadhil. Sam langsung menyuruh beberapa ahli mata-mata untuk menyelidiki hubungan Satya dan Adila.
"Aku tunggu perkembanganmu sampai malam Sam. Jangan sampai kau mengecewakan diriku,"Tegas Fadhil Lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Siap Bos! tidak usah kwatir,"saut Samuel dengan ekspresi yakinnya.
******
Di satu sisi Satya terus saja meminta maaf sampe ke dalam kantor Adila. Bahkan satya rela bertekuk lutut di hadapan banyak orang.
"Waaw bukankah itu pacar Adila,"
"Iya benar, itu pacar Adila."
"Apa yang pacarnya lakukan, sampe mau bertekuk lutut seperti itu yah?"
"Cowo setampan, dan sekeren itu, mampu bertekuk lutut di hadapan Adila waww, aku juga pengen."
"Wajar saja lah, Adila juga bukannya disini primadona kantor,"Ucapan beberapa orang kantor bergunjing.
Wajar saja orang-orang bergosip seperti itu, karna mereka tidak tau kalo Adila sudah menikah dengan lelaki lain. Hanya Ana saja yang mengetahui pernikahan tersembunyi itu.
Karna malu, dan jadi pusat perhatian orang-orang kantor. Adila pun, memaafkan Satya dan menyambut tangannya, dan menyuruhnya berdiri.
"Iya, aku maafin kamu. Kita bicarakan ini nanti, karna aku harus bekerja sebelum atasanku menegur,"tegas Adila.
"Baiklah kalo begitu, Thanks babby. you already want to forgive me."Ujar Satya menggenggam kedua tangan Adila.
"Oke, kalo begitu aku masuk dulu,"tegas adila melepaskan tangan Satya dan meninggalkannya.
Setelah mendapatkan maaf dari kekasihnya Satya kembali pergi meninggalkan kantor Adila.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.