"Kenapa masih berdiri disitu saja, bukannya tadi kamu juga bilang lapar,"Ujar Adila hendak menyantap hidangan yang tersaji tadi.
"Sampai sekarang aku masih heran, apa benar ini termasuk ke dalam pelayanan restoran. Hemm,"Gumam Fadhil lalu berjalan ke arah meja makan.
Tak mau ambil pusing akhirnya Fadhil ikut menyantap makanan itu bersama Adila.
"Apa aku boleh memakai ponsel yang diberikan oleh daddy?"Tanya adila di sela-sela menyantap makamannya.
"Untuk apa?"
"Aku ingin menghubungi seseorang, dan kamu tidak punya hak untuk ini dan tak perlu tau,"Tegas Adila.
"Apa mungkim Adila ingin menemui kekasihnya itu,"Gumam Fadhil dalam hati.
"Kalo kamu ingin menemui kekasihmu, lakukan saja. Asalkan dengan syarat."Ucap Fadhil menatap tajam Adila.
"Kenapa kamu tau kalo dia ada disini? Apa selama ini kamu memata-mataiku,"Tegas Adila membalas tatapan tajam Fadhil layaknya mata elang yang mencari mangsa.
"Bukan hal sulit untuku mengetahuinya. Dari tatapan kamu sudah bisa mengatakan, kalo kamu jelas-jelas ingin menemuinya."Ucap Fadil yang kini menurunkan pandanganya ke arah makanan.
"Bagaimana kalo kita liburan bertiga! Jadi kamu tetap punya waktu untuku dan dirinya. Bukannkah kau sudah bilang akan mengenalkanku dengan dirinya."Sambung Fadhil memberi pilihan.
"Tidak mau. Aku tidak menginginkannya, apalagi kalo kamu mengganggu waktu kami berdua,"Tegas Adila bersikekeh.
"Baiklah kalo itu pilihanmu, aku tidak akan pernah memberikan ponsel ini padamu,"Ucap Fadhil mengangakat ponselnya ke atas lalu memasukannya kembali dalam kantong.
"Sial, bagaimana bisa aku terjebak seperti ini,"Gumama Adila dalam hati.
"Baiklah kamu punya waktu 5 menit untuk memikirkannya, kalo kamu tidak mau dengan syarat yang kuberi kita pergi liburan berdua saja. Lagi pula aku berhak akan dirimu, karna kamu Sah menurut Agama dan Hukum."Ucap Fadhil beranjak dari tempat duduk, lalu meninggalkan Adila yang masih tercengang.
"Aarrrggghhhh..! Sial, sial, kenapa hidupku sial begini,"Grutu Adila mengetuk-ngetuk meja makan, melampiaskan kekesalannya.
"Ingat tiga menit lagi waktumu dari sekarang,"Teriak Fadhil dari arah kamar.
"Kenapa orang itu senang sekali mendesaku, Aira aku mohon, kekasihmu tidak waras,"Ucap Adila bicara pada dirinya sendiri.
"Dua menit lagi Sayang waktumu untuk berfikir. baiklah kita liburan berdua, sepertinya memang kau menginginkan berduaan denganku,"Ucap Fadhil sembari menyadar di pintu dan menatap ke Arah Adila dengan tatapan Genitnya.
Fadhil sengaja melakukan ini. Karna dirinya ingin mengetahui berapa besar tekad Adila untuk bertemu dengan kekasihnya itu.
"Oke, baik Aku akan menuruti kemauanmu,"Saut Adila pasrah.
"Oke kalo begitu, tapi dengan Syarat,"
Adila menghembuskan napas panjang sembari memutar kedua matanya.
"Syarat apa lagi. Kenapa kamu suka sekali menyiksaku,"
"Tidak boleh pegangan tangan, tidak ada acara peluk memeluk, tidak ada rangkul merangkul, dan tidak ada cipika cipiki. "Tegas Fadhil.
"What, sekalian aja tidak usah bertemu, kalo kau memberi Syarat sebanyak itu,"
"Baiklah kalo itu yang kau inginkan, kita tidak usah menemuinya."
"Kenapa dia seenaknya begini, kenapa sikapnya jadi lebih berani, argg sungguh dia menyiksaku secara perlahan. Bisa-bisa akau mati mendadak,"Batin Adila.
"Aku tidak mau dengan syarat yang kau ajukan,"Tegas Adila.
"Oke kalo begitu, aku akan melaporkan Kekasihmu Satya pada pihak kepolisian di Swiss untuk menangkapnya karna melakukan penculikan pada istriku, gimana?" Ujar Fadhil menaikan kedua alisnya.
"Dia benar-benar sudah gila, dasar pes*kopat"gumam Adila.
"Apa, kau menyebutku apa tadi! Gila,"Tanya Fadhil.
"Tidak mungkin kau salah dengar,"Ucap Adila mengelak.
"Baiklah kita pergi sekarang, apapun maumu aku akan menurutinya, asalkan kau tidak melaporkan Satya," Tegas Adila.
"Okey selama kau menjaga jarak dengan dirinya."
Setelah menyetujui ucapan Fadhil. Kini Adila dan Fadhil pergi, dan mencari taksi untuk pergi ke Bahnhofstrasse.
Perlu diketahui bahwa Bahnhofstrasse Zurich merupakan salah satu kawasan pertokoan paling mahal di dunia karena menyediakan barang-barang eksklusif, bermerk, dan juga terkenal didunia.
Jadi Adila dan Fadhil memilih tempat itu untuk bertemu dengan Satya. Dan satya pun, menyetujui Ajakan Adila dan Fadhil.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.