Chereads / Jodoh dan Takdir / Chapter 24 - bab 24. Pertemuan

Chapter 24 - bab 24. Pertemuan

Entah apa yang menbuat Fadhil mengajak Adila ke Bahnhofstrasse Zurich. Dan Adila pun, tidak mengetahui Alasannya.

Sampai pada akhirnya Taxi yang mereka tumpangi sampai ke tempat tujuan.

"Apa dia sengaja mengajaku ketempat seperti ini, agar dia bisa menyiksaku karna tidak bisa berbelanja,"guman Adila dalam hati sembari memutar kedua matanya melihat jejeran toko megah berisi barang branded

"Apa kau mau belanja?"bisik Fadhil mendekati Adila, karena dirinya tau kalo sedari tadi, saat turun dari mobil mata Adila tidak bisa lepas dari barang-barang mewah yang berjejer rapih di dalam Toko.

"Apa kau menyindirku!"Ujar Adila.

"Tentu saja tidak, aku serius dengan apa yang ku ucapkan,"

"Jelas-jelas kamu sengaja mempermalukannku, padahal kamu tau sndiri aku tidak memiliki uang untuk berbelanja.

"Aku suamimu jadi kamu boleh membeli barang yang kau butuhkan. Aku akan membayarnya,"Tegas Fadhil.

"Hemm, apa dia serius dengan ucapannya. Duh Adila kamu bodoh sekali. Kemana harga dirimu, apa kau akan mempermalukan dirinu sendiri dengan menggunakan uang lelaki itu,"Gumam Adila dalam hati.

"Aku sedang tidak tertarik belanja, jadi simpan saja bujuk rayumu,"

"Kamu yakin, apa kau tidak akan menyesal. Lihatlah Adila disini banyak sekali barang mewah."bisik Fadhil terus saja merayu Adila.

"Yakin, kenapa tidak,"tegas Adila.

Fadhil terus saja merayu Adila untuk berbelanja, karna dulu Aira pernh bilang padanya, Kalo Adila perempuan yang gila Shoping.

Di tengah-tengah perdebatan antara Adila dan Fadhil, tak lama ada suara ponsel yang berdiring. Lalu Fadhil mengambil ponsel tersenut yang berada dalam kantongnya.

"Kekasihmu, bicaralah."Ucap Fadhil menyodorkan telepon genganya pada Adila, setelah melihat panggilan masuk, yang tak lain adalah satya.

"Aku sudah berada di Bahnhofstrasse Zurich, kamu dimana sayang?"yanya Satya dari balik ponsel.

"Aku ada di depan Toko Chanel kemarilah, aku gunggu,"Ucap Adila.

Fadhil yang melihat dan mendengar obrolan Adila di balik ponsel hanya menatap dengan tatapan datar.

"Adila, kau bisa bersikap manis pada kekasihmu, tapi kenapa tidak untuk hubungan ini, meski pernikahan kita bukan atas nama cinta, tapi pernikahan ini suci bukan mainan, kenapa Kamu tidak bisa menghargainya. Lihat saja Aku akan membuatmu mengerti tentang arti sebuah pernikahan, "Gumam Fadhil yang masih menatap Adila.

"Dia akan segera kesini, ini ponselmu,"Ujar Adila pada Fadhil.

Fadhil memilih duduk di tempat yang sudah tersedia sedangkan Adila mundar mandir menunggu kekasihnya itu.

Tak butuh waktu lama, lelaki berwajah datar dengan memakai bercelana jeans di padukan baju kaos putih dan mantel warna camel menambah kesan Smart casual. Kelaki itu yang tak lain adalah Satya.

Dia datang ke arah Adila, sembari melemparkan senyuman mengembang, begitu juga dengan Adila yang membalas senyuman itu.

Di sisi lain Fadhil seperti sedang.menonton adegan Drama korea pasangan kekasih yang hendak melepas rindu.

Namum saat Satya hendak memeluk Adila sebagai salam rindu, tiba-tiba saja Fadhil mendeham dan menghampiri pasangan sejoli itu. Lalu Adila dan Satya pun, menoleh ke arah asal suara tersebut.

"Apa kau Satya?"tanya Fadhil yang seolah-olah tak mengetahuinya. Padahal jelas-jelas Fadhil mengetahuinya meski hanya menatap dari balik jendela mobil.

"Yah, aku Satya kekasih Adila."Tegas satya datar

"Ohh jadi kamu kekasihnya Adila. Perkenalkan saya Fadhil suaminya,"Tegas Fadhil lalu Mengajak satya berjabat tangan. Seperti layaknya dua lelaki dewasa kini merekapun saling berjabat tangan.

"Apa kau suka Coffe, bagaimana kalo kita duduk sambil minum secangkir Coffe?"Sambung Fadhil mengajak Satya.

Mendengar ajakan Fadhil. Lalu satya dan Adila saling menoleh satu sama lain.

"Baiklah, Ayo," Ucap Satya menerima ajakan Fadhil.

****

Sesampainya di Caffe, kini merekapun mencari tempat duduk khusus untuk tiga orang.

Adila menjadi bingung dengan apa yang terjadi dan di rencanakan Fadhil, seolah-olah Adila yang menjadi orang ketiga dalam pertemuan ini, karna sedari tadi, Sepanjang perjalanan sampe ke Caffe Fadhil dan Satya tak berhenti-berhentinya mengobrol. Membuat Adila menggaruk-garuk kepalanya.

"Aku permisi ke toilet dulu,"Ucap Adila, lalu beranjak dari tempat duduknya.

"Hati-hati yah sayang, ingat ini di swiss bukan di indonesia," Ujar Fadhil sedikit melembutkan ucapannya.

Adila tak mempedulikan dengan apa yang di ucapkan Fadhil hanya menapakan wajah sinis sembari mengertakan giginya.

Sedangkan Satya yang tadinya dingin dibuat memanas dengan apa yang di ucapkan Fadhil pada Adila.

Lima belas menit kemudian, Adila pun kembali dari toilet.

"Dimana Satya?"tanya Adila memutar kedua bola matanya mencari sosok kekasihnya.

Fadhil tidak membalas ucapan Adila hanya menapakan wajah acuh sembari meneguk Coffe yang ditangannya lalu mengangkat kedua bahunya, seolah-olah tak mengetahuinya.

"Apa kau mengusirnya?"ucap Adila bernada kesal.

"Untuk apa aku mengusirnya. Dia pergi sendiri, mungkin dia ingin meninggalkanmu."Saut Fadhil sembari memutar jarinya di atas sisi cangkir.

"Aku serius bicara denganmu, kenapa kamu tidak menatapku, mana ponsel itu, aku ingin menghubunginya,"Tegas Adila meninggikan suaranya.

Lalu Fadhil memberikan telepon yang Adila minta tanpa menyulitkannya.

"Percuma dia tidak akan mengangkatnya,"ujar Fadhil.

Namun Adila tak mempedulikan ucapan Fadhil sama sekali dan mencoba terus menerus menghubungi Satya, tapi sayangnya Satya benar-benar tak mengangkat panggilannya itu.

Sebaiknya kita pulang, karna udara di luar akan semakin dingin ketika malam tiba,"Ajak Fadhil.

Kini Fadhil mencoba mencari dan menghentikan sebuah taxi lalu mengajak Adila untuk masuk. Sedangkan Adila masih mencoba menghubungi kekasihnya itu berulang kali.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung

Yang gak sabar Adila jadi bucin Fadhil. Tenang aja karna sebentar lagi akan ada season Adila merasa hatinya mulai luluh.

ingat untuk selalu tinggalin jejak kalian

Ig. Ayyana Haoren.