Namun fadhil tetap saja tidak mempedulikan ucapan adila, karna dirinya fokus pada sebuah sejadah dan sarung, guna menunaikan ibadah Sholat magrib.
Adila benar-benar semakin di buat kesal dengan sikap Fadhil yang tak pernah mengubris amarahnya. Dia hanya menapakan wajah datarnya.
"Aira, Inikah lelaki yang kamu bilang baik, humoris, selalu membuatmu tertawa, tapi bagiku dia lelakimu yang tidak jauh beda seperti seorang jombi."gumam adila dalam hati.
Adila benar-benar sudah tidak tahan dengan semua ini, akhirnya Adila memilih keluar kamar dan meninggalkan fadhil.
Di dalam amarahnya yang masih membuncah tiba-tiba saja adila berpapasan dengan ibunya.
"Hay sayang, kenapa cemberut,"Tanya Rosaali mengangkat dagu Adila.
"Hy mom, sejak kapan kamu pulang?"
"Baru saja pulang. jalanan begitu macet mangkannya mam pulang sedikit sore. Kamu belum jawab pertanyaanku, kenapa kamu cemberut begitu?"
"Aku sedang kesal mom, ya sudah aku tinggal dulu mom. Bay,"ujar Adila melangkah semakin jauh dari ibunya sembari melambaikan tangan.
Kini Adila masuk ke kamar tamu, guna menunaikan sholat lima waktunya terlebih dahulu.
Setelah selesai dan perasaanya lebih baik dan tenang Adila kembali masuk ke dalam kamar,
Melihat Fadhil sedang duduk dan asik dengan sebuah leptopnya, Adila pun menghampiri sosok tersebut,
"Aku ingin bicara denganmu, apa kau sedang sibuk?"tanya Adila
"Sedikit sibuk, tapi bicaralah, aku akan mendengarkannya"saut Fadhil datar dan masih sibuk dengan leptop di tangannya.
"Seperti itukah kau bicara pada orang lain. tidak sopan. Tidak baik jika kamu tidak membalas menatap orang yang sedang bicara demgamu,"ujar Adila sedikit geram.
"Percayalah, aku akan mendengarkan ucapanmu,"ujar Fadhil kembali menegaskan.
Mendengar ucapan Fadhil, adila merasa kesal dan langsung menutup leptop Fadhil.
"Aku ingin bicara serius dengamu, apa kau tidak mendengarkannya,"ujar adila menegaskan.
"Aku selalu mendengar ucapanmu meski tanpa harus menatapmu, bukankah setiap kamu mengajukan peraturan aku selalu menuruti dan melakukannya,"ujar fadli dengan santai.
Adila mendengar ucapan Fadhil hanya tersenyum sinis sembari memutar kedua bola matanya.
"Yah, Yah, tapi kali ini berbeda. Aku ingin bicara serius,"tegas Adila,
"Bicaralah, aku akan mendengarkannya dengan baik."saut Fadhil.
Seketila Adila menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.
Aku ingin kamu menceraikanku,"tegas adila dengan nada lantang.
Fadhil yang mendengar ucapan adila hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
Seketika tindakan fadhil membuat adila semakin geram.
"Kamu fikir ini lulucon, aku serius dengan ucapanku. AKU INGIN KITA CERAI,"Adila kembali mengulang perkataannya.
Fadhil benar-benar tidak mengubris ucapan istrinya itu sama sekali, hanya menampakan wajah datar tanpa ekspresi.
"Jawab aku, jangan hanya diam saja,"ujar Adila tiba-tiba menarik kencang tangan fadhil yang hendak menghindari adila.
"Aku tidak bisa melakukannya, pernikahan itu sakral. Bukan permainan,"ucap Fadhil yang membuka suara.
"Tapi aku tidak mencintaimu, mana mungkin aku dan kamu bisa hidup seperti ini terus menerus. Tanpa cinta, tanpa kecocokan, kamu tidak mencintaiku dan sebaliknya kamu juga tidak mencintaiku, untuk apa kita pertahankan sebuah pernikahan ini,"tegas Adila dengan amarah memuncak.
Seketika fadhil terdiam mendengar ucapan Adila, lalu melangkah perlahan mendekat pada tubuh Adila, membuat adila sedikit risih dan tegang, karna ini pertama kalinya fadhil menatapnya tajam tanpa berkedip sedikitpun.
"Apa yang kau lakukan, jangan macam-macam atau aku akan berteriak," seketika ucapan adila terhenti karna karna tiba-tiba saja adila terjatuh ke atas ranjang besarnya, dengan posisi terlentang, membuat adila semakin takut dengan tindakan fadhil yang sedikit arogan menurutnya saat ini, karna terus saja melangkah ke arahnya.
.
.
.
.
.
Bersambung.
TINGGALKAN JEJAK KALIAN. LIKE KOMEN