Chereads / Kebahagiaan Protagonis / Chapter 6 - Chapter 5 : Chimera (1)

Chapter 6 - Chapter 5 : Chimera (1)

Yoo Han menatap kosong pada cairan menggelegak yang ada di panci pot besar di depannya. Ketika dia melihat anak pertama yang dipaksa mencicipi cairan aneh yang beresonansi beragam warna, punggungnya berkeringat dingin.

⸢Menara terkutuk itu menciptakan monster yang disebut Chimera⸥

Tubuh Yoo Han gemetaran hebat, dia sangat takut, benar-benar takut. Namun, tatapannya tak bisa lepas dari percobaan itu. Anak berambut abu-abu yang dipaksa menegak cairan itu oleh Alkemis Apprentice Haruzel mengejang.

Hal penting yang Yoo Han lewatkan yaitu penampilan asli Cail. Dalam novel "Ways of Heroes", Cail digambarkan memiliki rambut hitam sepekat malam dan mata merah ruby dan terkadang merah darah, tetapi lihatlah dia sekarang jelas tidak cocok dengan deskripsi tersebut. Bukan berarti dia orang lain karena ingatan Cail sama dengan apa yang dijelaskan novel itu, yaitu alasan Cail asli tetap bertahan hidup meski menjalani penyiksaan.

Saat ini, penyebab penampilan Cail seperti yang digambarkan di novel akan segera terjadi. Dan Yoo Han lah yang mengalaminya.

'Apa aku akan menjadi Chimera?'

Cail mempunyai dasar yang kuat untuk kegilaannya, itu sangatlah masuk akal setelah Yoo Han membandingkan situasinya sekarang dengan Cail asli di novel.

Anak berambut abu-abu itu berguling-guling dengan tubuhnya yang kejang-kejang. Bintik-bintik hitam bermunculan di permukaan kulitnya dan bau busuk menyebar.

"Huh!" dengus Alkemis Apprentice Haruzel. Dia mengangkat tangannya dan seorang Alkemis pembantu menyeret anak itu pergi ke sisi lain ruang sihir spasial ini.

'Dia dibuang?'

Yoo Han semakin mengerut dan dia mundur perlahan ke belakang barisan hanya untuk diperhatikan Haruzel. Yang terakhir memiliki rencana berbeda padanya sehingga dia tidak mempermasalahkan Yoo Han mendapat giliran terakhir.

Ada lima anak yang sama seperti anak tadi, dua anak mengalami mulut berbusa dan mati di tempat, dan tiga anak masih sadar, tetapi mengerang terus-menerus sambil memegangi leher.

'Percuma, aku tidak bisa kabur!' cerca Yoo Han dalam hati.

Akhirnya, gilirannya tiba. Akan tetapi, Alkemis Apprentice Haruzel tiba-tiba memasukkan sesuatu yang aneh ke dalam panci pot itu, cairan di dalamnya mengeluarkan uap seperti racun. Yoo Han membelalakan matanya ngeri.

'Tidak, aku harus kabur dari sini. Aku harus!'

Dia dengan panik mencari celah di manapun itu, pikiran rasionalnya terkikis. Yang dia inginkan adalah hidup dan kematian yang wajar, dia tak mau menjadi monster.

Yoo Han menarik rantai di tangan, kaki, dan lehernya kuat-kuat. Meskipun usahanya sia-sia, setidaknya dia berusaha dan berharap ada keajaiban.

'Siapapun!'

Dia memikirkan Tarma, benar, pria itu pasti akan datang, kan? Ataukah kilasan ekspresi sesaat di wajah Tarma cuma khayalannya semata?

⸢"Kau benar-benar tahu tentang moralitas di dunia busuk ini, aku heran karena pikiranmu masih normal."⸥

Ucapan Cail asli kepada protagonis muncul di benaknya seketika. Itu adalah komentar sarkas Cail asli tentang protagonis yang mempedulikan begitu banyak orang.

⸢"Karena kau tak mau jadi rekanku, maka jadilah itu. Jangan khawatir, aku tak 'kan menjadi musuhmu."⸥

'Mengapa baris tersebut bermunculan tanpa kehendakku?'

Yoo Han menghentikan usaha melarikan diri dan mengusap pelipisnya yang berdenyut. Dia baru menyadari keanehannya sekarang.

Alkemis Apprentice Haruzel selesai memeriksa ramuan di panci pot itu, bahkan setelah ditambah bahan khusus yang dia kembangkan diam-diam, bentuk ramuan tidak berubah banyak. Dia akan mengujinya pada subjek yang menarik.

Yoo Han diseret dengan perlawanan yang berarti, dia terengah-engah dan menolak keras untuk membuka mulutnya.

Namun, pihak lain telah terbiasa melakukan trik paksa tanpa manusiawi. Segera, cairan panas dan busuk mengalir dari mulutnya ke bagian dalam tubuhnya.

'Hoek!'

Yoo Han ingin muntah, tetapi tidak bisa, rantai di lehernya mencegah hal itu dengan dengung menyakitkan di telinganya. Dia bahkan tak bisa bersuara!

'Tidak, tidak!'

Dia tidak mau menjadi Chimera, tetapi dia juga tak mau mati seperti anak-anak sebelumnya. Tak ada jaminan bahwa jika dia mati di sini dengan mengenaskan, dia akan bisa kembali ke dunia sebelumnya.

Menutup matanya dan merasakan ludakan energi tak terlihat di sekitar tubuhnya yang menusuk. Dia merasa jarum-jarum kecil menusuk tiap inci tubuhnya tanpa jeda. Tubuhnya mengejang otomatis menanggapi efek itu.

Yoo Han berguling-guling di lantai putih yang dingin di ruang spasial. Air matanya tak bisa berhenti keluar. Kepalanya serasa pecah dan dia bahkan berharap seseorang mencekiknya sampai mati sekarang juga.

Untuk beberapa waktu yang tak tertahankan, reaksinya memudar disertai perubahan besar, bukan hanya fisiknya, tetapi juga kondisi mentalnya.

Tiga anak lain yang berhasil bertahan juga mengalami transformasi. Rambut mereka memutih seolah penuaan menyerang mereka.

Hanya Yoo Han satu-satunya yang berbeda, dia terengah-engah dengan napas busuk dan mata violet yang seperti ikan mati. Di ujung rambut coklatnya berubah hitam seakan tinta dioleskan di sana.

"Hebat," seru Haruzel yang memandang Yoo Han penuh kekaguman.

Haruzel setengah berharap kalau anak unik itu mati karena apa yang telah dia masukkan adalah sisa-sisa makhluk yang terlarang untuk dibunuh.

Haruzel menemukan makhluk itu di daerah terlarang. Benar, dia berhasil masuk dan keluar dari sana.

Pikiran Yoo Han kosong, tetapi ingatannya masih ada dan sejelas penglihatannya saat ini. Warna-warni dalam visinya menguat seolah lukisan impressionis telah ditambahkan tanpa sengaja.

Mulai saat itu, dia menyerah pada dirinya sendiri sebagai 'Yoo Han'. Dengan menutup matanya lantas mengkonfirmasi aliran peristiwa yang baru saja terjadi, dia memutuskan dengan hati yang berat.

'Aku bukan Yoo Han lagi.'

***