Pertama kali Cail mencocokkan informasi antara efek yang dibawa ramuan dan juga pengetahuan pemilik tubuh sebelumnya, rasa terkejutnya bertambah. Beberapa hal ternyata tak sesuai deskripsi di novel "Ways of Heroes"!
Itu berarti, ada kemungkinan kecil dunia ini bukan dunia novel itu atau ada banyak variabel pengganggu. Setidaknya perbedaan kecil tak bisa dihindari, mengingat bahwa dia adalah salah satu variabel.
Setelah eksperimen awal yang menghasilkan tiga calon chimera, Haruzel dengan penuh semangat memperlakukan kelinci percobaannya di lantai khusus dalam menara yang mirip dimensi luar. Sihir spasial tingkat tinggi.
Dengan itu, Cail menyakini bahwa Haruzel bukan hanya Alkemis Apprentice. Dia pastilah memiliki posisi lebih tinggi atau kekuatan lebih besar daripada yang terlihat.
Dimensi luar mencakup hutan, gubuk kecil, air terjun, dan juga tebing. Pemandangan alam impian, selera Haruzel benar-benar patut diapresiasi karena lantai khusus ini dibuat berdasarkan keinginannya, lebih tepat jika disebut pencangkokan dan mereplikasinya.
Dan Cail sekarang berada di tepi tebing yang menjorok ke sungai di bawah air terjun. Suara desiran dedaunan pohon di belakangnya mengangkat jiwanya kembali ke tubuh. Sementara itu, tiga anak lain berdiri berjejeran dengannya membentuk barisan siap melompat ke dasar jurang.
Haruzel melayang di depan mereka seraya menyilangkan kedua tangannya saat mengangguk mengkonfirmasi waktu.
Pengujian pertama pada subjek eksperimen yang berhasil bertahan, khususnya Cail. Haruzel menaruh perhatian lebih besar padanya.
'Tidak mudah untuk mengakomodasi keunikan campuran itu, subjek yang sangat menarik,' pikir Haruzel ketika menatap tajam tiga anak lainnya.
Ketiganya tak bisa dibilang biasa saja, justru itu pernyataan meremehkan. Mereka bukan manusia lagi, mereka mempunyai kemampuan khusus sebagai calon chimera yang bertahan pada tahap awal.
Anak pertama yang awalnya memiliki rambut coklat kehitaman itu kini memutih, dia mengalami apa yang disebut penuaan meskipun wajah dan tubuhnya tetap sama. Bagian tubuh dari manusia yang paling sensitif pada perubahan adalah rambut atau bulu tubuh, lapisan terluar.
Anak kedua sedikit lebih baik, warna putih tidak begitu mencolok dan menjorok ke abu-abu. Anak terakhir sama dengan yang kedua. Ekspresi mereka mati rasa seperti boneka yang digantung berbeda dari Cail yang mata violetnya masih memancarkan cahaya.
"Lompat!"
Kerah di leher menyala, mengirimkan percikan listrik yang menusuk langsung ke otak. Pasung di tangan dan kaki telah dilepas karena bagaimanapun mereka tak 'kan bisa kabur. Di balik kerah tersebut ada tato pembatas kebebasan mereka.
Perintah tadi tak bisa ditolak. Cail mengepalkan kedua tangannya dan bersiap melompat menuju kematian atau mungkin peluang baru. Dia tidak yakin. Kekuatan yang didapatnya dari ramuan itu belum sepenuhnya meresap, dia belum sempat mempraktikkan atau mencoba yang ringan.
'Aku harus mengetahui alasanku bertransmigrasi!' Sesuatu yang dia buang di belakang pikiran akhirnya menampakkan diri.
Karena dia bukan lagi 'Yoo Han' dan dia juga bukan 'Cail asli'. Kepribadian barunya mencampurkan pengalaman dua kehidupan. Walaupun yang satu terkesan samar berupa fragmen-fragmen membingungkan. Sementara yang lain mengandung rahasia terdalam di lubuk hatinya.
Cail meneriakkan motivasi barunya saat kakinya mendorong maju dan kehilangan pijakan di udara. Dia adalah yang pertama memulai diikuti tiga anak lainnya yang melakukannya pada saat yang sama.
Jatuh dengan kecepatan tinggi, udara yang menusuk tubuh, perasaan seolah jiwa melayang ke langit, dan keakraban aneh dalam tubuh mereka turut menyertai ujian.
Ketinggian kira-kira dua puluh meter dengan aliran sungai yang deras dan bebatuan di dasar, praktis menjadi acara bunuh diri massal yang sukses jika mereka manusia biasa.
Byurrr!
Sraaak!
Gluppp!
Cail merasa seperti dicincang ketika dia menabrak permukaan air dan menerobos ke dasarnya. Pada saat itu, dia menyadarinya.
Ini bukan air sungai biasa, ada sesuatu yang terasa berat dan mencekik saat mengambang dan akan berenang ke permukaan. Cail bisa melihat benang putih tipis seperti senar gitar transparan yang melingkupi aliran air dan menghalanginya menuju permukaan.
Dia tidak diikat, tetapi sangat sulit untuk bergerak, sedikit gerakan dan luka pun terbentuk tanpa ampun. Cail tidak repot-repot peduli pada tiga lainnya, dirinya sendiri lebih penting, dia juga tak berharap mereka dapat bertahan.
'Inikah cara untuk mengenal kekuatan macam apa yang kumiliki?' pikirnya.
Cail memusatkan pikirannya, berusaha mengingat kemampuan Cail asli dalam novel "Ways of Heroes". Harapannya terjawab.
⸢Mengubah tubuh menjadi proyeksi layaknya hantu.⸥
'Bagaimana menerapkannya? Tidak, aku tidak yakin itu adalah kemampuan awal yang tersedia saat ini.'
Cail kebingungan. Namun, dia masih mencoba memahami esensi proyeksi yang dijelaskan novel tersebut. Metodenya langsung terbayang disertai hinaan dari teks novel.
⸢"Apa yang diperlukan dalam proyeksi? Hah! Bayangkan ketika kau tidak memiliki otak!"⸥
Baris komentar mencela dari Cail asli menyudutkan garis pemikirannya. Sebenarnya, ucapan itu merupakan kunci tersembunyi dari kata-kata sarkastik khas dari kepribadian Cail asli.
Cail saat ini akhirnya mengerti apa yang dimaksudkan, seseorang yang tidak mengalaminya takkan tahu sensasinya.
'Percuma jika aku mati di sini setelah sejauh ini, setidaknya aku ingin bertemu protagonis meski hanya sekali.'
Sambil menggumamkan hal itu, Cail merasakan energi aliran air, senar transparan. Pernapasan yang dia tahan untuk waktu yang lama membengkak, dia bukan ikan sehingga dia tidak bisa bernapas dalam air!
Ada sensasi samar dari sesuatu yang tidak diketahui yang merembes keluar dari tubuhnya, Cail menganggap itu sebagai bentuk manifestasi dari ramuan itu.
Sedikit demi sedikit sensasi samar semakin jelas layaknya anggota badan, kemudian dapat dikendalikan. Cail membuka matanya yang telah dia tutup saat memulai merasakan kemampuan tersebut.
Dia pertama-tama membuat kakinya kehilangan bentuk fisik seperti senar transparan yang mengalir.
'Memang.'
Cail mengkonfirmasi hasilnya, dia tidak khawatir tak bisa mengembalikan kondisi normal karena dia yakin transformasi tersebut hanya dapat bertahan sementara dan secara otomatis akan berhenti ketika dia entah bagaimana merasa kehabisan energi untuk mempertahankannya.
Cail segera menerapkannya ke tubuh bagian atas sementara memadatkan kakinya. Dia hanya perlu menuju permukaan untuk bernapas. Gerakan kakinya memang dibatasi karena pengaruh senar transparan, tetapi Cail mengabaikan itu, lagipula dia hanya dapat mempertahankan kondisi setengah tubuh sekarang. Dia merelakan luka sayatan di sepanjang kakinya dan darah merah yang membasahi celana panjangnya.
Dengan pakaian tipis sebagai kelinci percobaan, Cail merasa sedikit bersyukur berkat itu.
Dia menyibak permukaan dan mengambil napas dalam-dalam, menoleh ke kanan-kiri untuk memeriksa sesama subjek.
Dia terkejut mendapati anak pertama sudah ada di permukaan lebih dulu darinya, ekspresi anak itu sangat dingin dan matanya yang berwarna kelabu menjorok ke atas.
Cail menunggu beberapa saat kemudian sampai dua anak lain juga berhasil menyelesaikan ujian ini.
'Aku meremehkan mereka. Heh.' Cail menyesalinya dan mengutuk dirinya sendiri.
'Mungkin aku perlu nama baru.' Dia memikirkan ide ini pada momen keluar dari lubang kematian.
Sambil mempertimbangkan hal tersebut, Cail tanpa sengaja berkontak mata dengan anak pertama yang dingin itu, anak lelaki yang terlihat seusianya. Kini, Cail melihat bahwa anak itu sama sekali tidak terluka, di bawah air yang sejernih langit, kakinya seputih mayat. Namun, Cail yakin bukan itu masalahnya, ketakutan yang tak terlukiskan membayangi hatinya.
Mendadak kalimat aneh muncul di benaknya. Sekali lagi tanpa keinginannya.
⸢Mata kelabu dingin sedalam laut mati dan kemampuan aneh yang tak bisa dipahami siapapun, dia tidak pernah mengalami luka. Eire, seorang pengelana terkuat.⸥
***