Rui sudah lama menanti momen ketika Couloseum Fregrace dibuka, sungguh sangat lama dan kesabarannya yang berlimpah memegang peranan penting. Dia akan menuju kebebasan yang dia impikan, menatap langit secara langsung dan menikmati keindahan alam.
Dikurung selama 200 tahun, sebagai makhluk dari dunia lain, Rui mempertahankan penampilan mudanya, atau lebih tepatnya dia hampir abadi, memiliki umur sepanjang naga tertua dan kekuatan yang menyaingi Penyihir Agung.
Dia tidak beruntung karena ditangkap oleh inti dimensi Couloseum Fregrace, kekuatannya dibatasi sehingga dia tak bisa kabur.
Selain itu, Rui mengisi waktunya di Couloseum Fregrace dengan mempelajari Artefak-artefak yang dikoleksi oleh inti dimensi serta rahasia yang disembunyikan. Mungkin inti dimensi dapat disebut sebagai penjaga, pemilik sebenarnya Couloseum Fregrace kemungkinan adalah dewa.
Penjaga memiliki tabiat buruk dengan menangkap sembarangan berbagai sumber kekuatan luar biasa di luar sana, kemudian memberikan kesepakatan kepada manusia rakus untuk mengambil alih akses dalam pembelian dan kesenangan orang-orang serakah.
Tanpa undangan dan petunjuk dari manusia yang dia berikan akses, tak ada siapapun yang dapat memasuki Couloseum Fregrace.
Rui mendapati informasi tersebut dari relief dan mural yang tergambar di setiap sisi dinding pembatasan wilayah dalam dan juga gerbang ke dunia luar. Selain dia, takkan ada yang mau repot-repot mempelajari Couloseum Fregrace, tawanan lainnya sibuk melakukan segala cara agar dapat terus hidup dan sehat secara mental.
Setiap tawanan diperbolehkan menjelajah ke mana saja di dalamnya, Rui yang selalu bertindak sendirian bertemu beberapa makhluk dalam berbagai bentuk yang tampak ramah dan juga menyedihkan dikarenakan erosi mental. Jika Rui tak memiliki ketahanan mental yang super kuat, maka dia pasti berayun-ayun sebagai orang-orangan sawah dalam Couloseum Fregrace.
Sangat sedikit, dapat dihitung dengan jari untuk makhluk yang masih dapat bertahan hingga pembukaannya setelah 200 tahun. Meskipun Rui tak terlalu peduli pada siapapun, dia sedikit berharap tawanan lainnya memperoleh kebebasan.
Waktu pembukaan tiga hari lagi, perbedaan waktu dunia luar dan Couloseum Fregrace hampir tidak ada, itu kehendak penjaga, jika penjaga mau maka Couloseum Fregrace akan membekukan waktu dan juga makhluk di dalamnya selama yang diinginkan.
"Penjaga itu telah berlari liar cukup lama, jika aku bisa menemukan pemilik tempat ini, aku akan membuatnya menyesali karena menempatkan penjaga itu di sini!" gumam Rui disertai ancaman terselubung.
Rui menelusuri koridor dingin bersemu kebiruan seperti istana es menuju area di mana pintu masuk dan keluar berada, tepat di tengah Couloseum Fregrace, area pelelangan yang akan dipimpin oleh manusia kontrak penjaga.
Kerah menjengkelkan yang mengurangi kekuatannya berfluktuasi ketika dia mendekati area tengah, ada kemungkinan kerah itu akan mencekiknya saat dia melarikan diri dengan cara kasar. Oleh sebab itu, Rui harus menunggu seseorang atau siapapun itu membelinya dan dia akan kabur setelahnya, atau jika memang dia tak bisa kabur dengan cara damai dengan pembelinya, maka dia akan membunuhnya.
Setidaknya, menurut perkiraan Rui, status sebagai budak dari Couloseum Fregrace akan menyeretnya ke bawah dalam kelemahan untuk waktu yang lama, hingga dia secara perlahan mengikisnya lalu melenyapkan kerah tersebut.
Rui melewati ruang kaca kaleidoskop bayangan, yang mencerminkan dirinya dalam setiap gerakan. Rui berhenti sejenak menatap pantulan dirinya, dia harus menyesuaikan penampilannya, itu bagus baginya menjadi anak kecil.
Rambut biru aquamarine layaknya laut dalam berayun lembut ketika Rui memotongnya menjadi pendek, dia mengatur poninya sedikit menutupi mata kirinya yang berbeda warna. Iris mata kanannya seperti permata saphire. Sementara itu, mata kirinya yang unik dengan bentuk kornea layaknya jarum jam tipis berwarna kuning keemasan.
Hanya budak yang berasal dari Couloseum Fregrace yang mempunyai kemewahan dalam penampilan terbaik selama mereka dapat bertahan dalam kurungan dan erosi mental.
Akhirnya, Rui meyakinkan diri dengan penampilan tersebut lalu melangkah melewati ambang batas ruang kaca kaleidoskop bayangan dan sampai di tempat yang diperuntukkan baginya oleh penjaga.
***
Bagian utara Kerajaan Marina yang dekat dengan perbatasan daerah terlarang beriklim dingin membekukan, selayaknya musim dingin abadi di sini. Memang inilah yang menyebabkan daerah terlarang dan area di sekitarnya sangat berbahaya dalam artian bagi manusia biasa dan juga yang belum mencapai ranah setara dengan penyihir urutan ke-7.
Penyihir tertinggi disebut Penyihir Agung, dan itu mirip setengah dewa, tentunya tak ada alasan bagi Penyihir Agung yang hanya berjumlah tujuh orang di Benua Alteria untuk datang ke Couloseum Fregrace yang melelang sesuatu yang terlarang.
Penyihir Agung memiliki pendirian tersendiri dan pagoda kediaman Penyihir Agung jauh lebih menakjubkan daripada Couloseum Fregrace. Pagoda Penyihir Agung dapat dianggap serambi kediaman dewa.
Cail menatap kristal es panjang yang menghalangi jalannya, kristal es tersebut merupakan pintu masuk. Cail membuka Undangan kemudian mendekatkan segel sihir di dalamnya ke simbol tipis yang nyaris tak terlihat dalam ukiran kristal es yang saling bersilangan. Cahaya kristal menyinari sekitar seolah memantulkan sinar bulan biru yang mengintip dari balik awan gelap di angkasa.
Cail tinggal menanti izin masuk dari dalam, beberapa jam lagi akan dibuka. Cail menoleh ke sana-sini dan melihat pengunjung lain yang membentuk perkemahan sederhana sebagai jebakan. Orang-orang yang menuju Couloseum Fregrace bukan sembarangan, setidaknya mereka minimal merupakan penyihir urutan ke-7 dan di bawah Penyihir Agung.
Status yang setara yakni Master Pedang, Master Tombak, Alkemis Senior, Master Elementalis, dan Esper urutan ke-7.
Cail tak ingin menyinggung orang lain tanpa alasan yang jelas, dia mencari tempat singgah sementara di sisi lain yang sepi. Ketika Couloseum Fregrace dibuka, Cail secara otomatis akan ditarik ke dalam langsung berteleportasi ke tempat duduk di Couloseum Fregrace yang sesuai nomor Undangannya.
Cail bersembunyi di bawah naungan dua pohon yang terjalin, dia menyihir api merah untuk menghangatkan diri, itu mirip bayi elemental api kecil yang melayang. Salju di bawahnya meleleh membentuk genangan air, sehingga Cail menyelubungi api kecil nan panas tersebut dengan penghalang kristal bulat lalu memegangnya.
"Cara pelelangan itu sangat unik, untungnya bukan dengan uang karena aku tak punya sepersenpun sebagai uang saku," ucap Cail pelan, napasnya meniup asap tipis dari suhu yang dingin.
⸢Saling bertarung antara sesama penawar yang menginginkan barang tersebut. Kemungkinan terbunuh cukup tinggi karena aturannya longgar, selama penawar lain tidak menyerah, maka pertarungan harus berlanjut hingga tersisa pemenang.⸥
"Aku tahu, berhentilah," keluh Cail pada teks novel yang mengingatkannya lagi. "Sepertinya dewa yang melakukan ini sedang bosan."
"Oi!"
Cail tersentak pada suara tiba-tiba dari atasnya, dia mendongak ke asal pemanggil.
Mata merah delimanya berkerut, Cail sangat terkejut melihat salah seorang teman protagonis di sini. Bagaimana dia tahu? Kesan yang ditinggalkan karakter itu menyamai Cail asli dan juga karakteristik yang jelas dikenal Cail.
Orang itu Evans, Master Tombak yang berasal dari ras Beast. Mata Cail berkedut saat pria itu terjun ke sebelahnya sambil menggerakkan dua telinga imut di kepalanya. Cail kesulitan mengingat apakah Evans memang menghadiri pelelangan Couloseum Fregrace ataukah perubahan ini sebabkan olehnya, yakni efek kupu-kupu?
"Kau berbicara sendiri sejak tadi membuatku takut, kawan. Kau juga datang ke sini untuk mendapatkan Artefak berharga, kan?" tanya Evans yang penasaran.
Cail mengangguk samar, berusaha menjauhi orang yang dia harap tak pernah dia temui. Alasannya?
⸢"Enyahlah kau, monster. Tak'kan kubiarkan kau dekat-dekat dengan Rui!" Evans mengancam dengan menodongkan tombaknya ke leher Cail.⸥
'Yah, benar, itulah alasannya, sialan!' Cail mengutuk dalam hati.
Dia menarik tudung jubahnya semakin ke bawah demi menutup wajahnya dan aura yang tak mengenakkan. Jubah merah yang Cail pakai berfungsi mencegah auranya keluar tanpa sadar.
"Hei, apa kau penyihir? Api kecil itu luar biasa, itu hangat meski kecil. Bolehkah aku ikut menghangatkan diri di sini? Aku tidak bisa menggunakan sihir, jadi boleh, kan?" Evans mengganggunya lagi.
'Omong kosong, kau tak mungkin menjadi Master Tombak tanpa kekuatan sihir, pembohong sialan!' Namun, Cail tidak ingin bermusuhan saat ini.
Evans menggosok tangannya di dekat api yang melayang dengan senang hati. Dia melirik orang berjubah merah dengan lambang serigala perak dari sudut matanya.
'Lambang itu... Aku merasa pernah melihatnya entah di mana, hnmm.' Evans mengembangkan ketertarikan pada orang berjubah yang misterius itu.
"Oh, kawan, kau tak mau memberitahu namamu?" tanya Evans. "Aku Evans Beryl, seperti yang kaulihat, aku dari ras rubah putih, bagaimana denganmu?"
'Jangan tanya, aku juga tak mau tahu tentangmu.' Cail menolak berbicara, dia berdiri menatap bulan biru yang sekarang berukuran setengah. 'Untungnya bukan bulan Purnama. Memang, waktu yang sesuai untuk pembukaan.'
Energi di lingkungan sekitar berubah signifikan tanpa aba-aba, Cail sedikit menaikkan sudut bibirnya.
'Masa berburu dan melepaskan protagonis. Aku akan mendapatkan banyak kekuatan dan darah lagi.'
Couloseum Fregrace membuka gerbangnya. Semua pengunjung di luar menghilang satu demi satu. Cail mengacuhkan Evans yang berteriak kegirangan ketika tubuhnya diselimuti kabut kristal putih yang dingin. Api kecilnya padam.
***
[