Chereads / LEO si DUKUN S-1 / Chapter 5 - PUTUS ASA

Chapter 5 - PUTUS ASA

Ini kata pepatah, keluar dari mulut harimau masuk ke mulut buaya. Gadis hantu tadi tidak tahu darimana, tiba tiba sudah berada didepan Leo. Tidak tahu harus menangis atau tertawa, keberuntungan Leo sepertinya sudah kadar luarsa.

SAY...

Belum juga selesai gadis hantu itu bicara, dipotong Leo.

Kakek tua ini yang nyulik aku!

Lihat!

Leo menunjuk kearah kakinya yang dicengkeram oleh kakek itu. Gadis itu melirik ke arah belakang sesuai dengan apa yang ditunjuk Leo.

Boomm!

Kemarahan gadis hantu meledak, rambut bekobar dengan mata terpancar niat membunuh. Langsung melesat terbang menghantam kakek. Leo benar benar terpana, gadis hantu ini memang mudah di bohongi. Sekarang mereka mulai berkelahi dibelakang. Teriakan demi teriakan terdengar menggema. Kedengarannya cukup sengit, namun Leo tidak berniat menyaksikan.

Jika keduanya mati bersama terdengar bangus, itupun kalau mereka bisa mati. Satu yang pasti, manapun yang berhasil menang dan bertahan, tetap saja musibah. Tidak ada yang perlu dipikirkan lagi, segera Leo menyingkir dari situ.

Menyelip nyelip melalui sisi rumah, Leo berusahan menghindari dekat dengan perumahan, apalagi jalanan. Walaupun ada keributan dari hantu gadis dan kakek, hantu lain terlihat tidak terpengaruh.

Satu tempat yang bisa Leo pikirkan saat ini. Itu juga tidak jauh dari posisi dia sekarang. Tidak juga dekat perumahan warga, gudang penggilingan padi. Walaupun menurut logika umum, hantu takut dengan rumah ibadah. Permasalahannya, jika hendak menuju ke gereja, Leo harus melewati tempat dimana kedua hantu tadi berkelahi. Itu hal terakhir yang pengen dilakukan oleh Leo saat ini.

Merangkak pelan melalui semak dan pepohonan, Leo bergerak dengan sangat hati hati. Jika keadaan benar benar aman baru Leo keluar semak dan bergerak lagi. Menurutnya rumah sudah bukan bagian aman kali ini.

Tiba disekitar gudang, Leo tetap tidak bergerak. Leo tahu kampung ini bukanlah kampung baya. Melalui semua hal keanehan ini, wajar kalau ini bukan kampung baya sebenarnya. Hanya saja, pembentukan dungeon ini mirip dengan baya. Memiliki monster berupa hantu. Jika itu hantu beneran, tingkah mereka tidak seperti preman. Main pukul dan niat bunuh membabi buta.

Jika ini memang mirip Baya, Gudang penggilingan ini seharusnya milik umum juga. Dengan kata lain tidak dikunci. Benar saja, melihat pintu depan dari semak, Leo memastikan tidak ada gembok disana. Namun Leo juga tidak bisa memastikan ada atau tidak hantu disana.

Kletak!

Leo melempar sebuah kerikil mengenai pintu gudang. Leo terus menatap pintu dan tetap menunggu dengan tenang. 1 menit berlalu, 2 menit, sampai menit ke 3. Tidak ada tanda tanda keberadaan hantu. Merasa aman Leo bangkit dan mulai merangkak pelan menunju gudang. Tidak luput mata tetap mawas kiri dan kanan. Kalau kalau ada hantu yang muncul tiba tiba.

Krekk!

Eh?

Aaaaaaa

Baamm!

Leo terjerumus kedalam lubang sedalam 1 meter.

Aduhh!

Hahahahaha

Seketika Leo terjerumus kedalam lubang, terdengar tawa seseorang yang semakin menjauh.

Apa apaan lubang ini!

Ketika Leo masih meringis dengan badannya yang sakit. Tanpa sepengetahuan Leo, sebuah kepala nonggol melalui pintu gudang. Kepala seorang ibu yang menoleh kiri dan kanan. Seakan akan merasa ada sesuatu yang terjadi. Tapi dia tidak melihat siapa pun.

Sejak kapan ada lubang depan gudang!

Sial!

Leo terdiam sesaat, seingat dia ada semacam suara orang yang tertawa ketika dia jatuh. Cuma, Leo merasa agak ragu, bagaimanapun juga dia terfokus kejatuh. Bangkit dan berjongkok Leo melihat sekitar, ini seperti lubang kuburan. Khawatir ada lagi yang nonggol tiba tiba, Leo secara perlahan mengintip keatas. Sekilas Leo tidak melihat apapun.

Melirik ke arah pintung gudang. itu tetap seperti semula. Melirik kearah jalan, sekilas hantu tetap bergentayangan. Kebelakang juga tidak ada apa apa. Leo mulai merangkak keluar dari lubang. Melangkah pelan seperti ninja Leo mendekati pintu gudang.

Tok! Tok! Tok!

Ada orang?

Kebiasaan hari hari orang dikampung, kalau bertamu selalu mengetuk pintu. Apakah itu terkunci atau terbuka. Karena tidak ada sahutan. Leo bergerak kesamping, dalam waktu berikutnya kepala wanita itu nonggol lagi dari pintu. Tampak sedikit kesal, namun dia kembali lagi kedalam.

Sedangkan Leo tidak menemukan sesuatu disamping, kembali lagi kedepan pintu. Perlahan Leo hendak membuka gagang pintu. Sampai ketika anak mata melihat sesuatu dari balik pohon ujung sana. begitu Leo menoleh untuk memastikan, tidak ada apa apa disana.

Sayang?

Suara hantu Gadis mulai terdekat dekat dari sini. Leo kembali menggigil ketakutan.

Jangan bilang si kakek itu kalah secepat ini?

Segera Leo berlari kesamping gudang menuju ujung kampung. Kali ini Leo berniat ke Gudang generator listrik kampung. Letaknya agak keujung dekat tepi sungai. Seperti biasa, Leo bergerak dipinggiran perumahan arah pepohonan. Tiba tiba pandangan Leo berubah, tanpa disadari kini memandang tanah.

Baammm!

Leo jatuh tekapar ditanah.

Hahahahaha

Meringis kesakitan, Leo mengusap tangan yang tergores. Memegang dadanya yang sakit terhempas.

Ini bukan kebetulan lagi!

Sambil mencoba bangkit Leo menoleh kebelakang. Ada sesuatu disana, untuk memastikan Leo berjalan mendekati. Itu adalaha tali kambing. Tali besar yang diikat antar pohon.

Mata Leo mulai melirik kesekitar. Tidak salah lagi, ada yang berulah. Mungkin ketawa yang pertama tidak begitu jelas. Kali ini Leo benar benar mendengarnya. Seolah olah ketawa ini menertawai Leo yang jatuh ke perangkap.

Badak ee!

Apa sekarang ada hantu jahil?

Sekali lagi suara hantu gadis terdengar dibelakang. bangkit berdiri Leo berjalan kedepan. Namun kali ini agak sedikit cepat dan hati hati. Sesuai dengan apa yang diharapkan, ada beberapa tali melintang antar pohon. Ada beberapa timbunan daun kering mencurigakan. Namun Leo berhasil melewati itu semua, asal berhati hati pola penyiapan perangkap ini mudah dibaca. Karena cahaya kurang saja maka itu agak sedikit sulit terlihat dengan sekilas pandang.

Tiba tiba Leo melompat kesemak semak. Jauh didepan dekat dengan generator kampung. Seorang hantu terlihat mondar mandir disekitar timbunan karet. Jalan jongkok pelan mengitari timbunan karet. Tapi kepalanya terus berputar searah jarum jam dengan mata yang melotot memandangi sekitar.

Matanya tajam melirik terlihat waspada. Leo benar benar tidak bisa sembunyi di generator. Selama hantu itu masih disana. Jarak hantu hanya 5 meter dari gudang generator, namun mata yang hati hati itu membuat Leo takut.

Apa lagi sekarang!

Leo meringis tidak karuan. Didepan sudah dicekal, dibelakang makin mendekat.

Apa harus menyebrang jalan?

Perlahan Leo melirik, ada orang terbaring dijalan. Ada banyak bekas kampel plastik dan botol kosong dijalan. Jika harus kesisi dekat pagar, Leo tidak tahu perangkap apa lagi yang ada disana oleh hantu jahil.

Ceh!

Mau ta' mau lah!

Merangkak pelan melalui kolong rumah. Leo bergerak menuju jalan kampung. Ada beberapa hantu yang bergentayangan disekitar. Dibandingkan dengan hantu gadis, hantu kakek, bahkan hantu yang terbaring dijalan. Hantu yang bergentayangan ini terlihat sedikit buram, semacam tembus pandang. Bagi Leo ini baru terlihat seperti hantu, beda dengan yang ditemui sebelumnya.

Melihat ada celah, Leo mulai berjalan agak cepat menyeberang jalan. Ada tumpukan botol botol disekitar. Tidak mau mengambil resiko, Leo bergerak dengan menghindari setiap botol.

Plak!

Tiba tiba muka Leo meringis kesakitan, tapi mulut berusaha tertutup rapat. Kalau sampai bersuara, nasib sial pasti datang lagi. Berhasil sedikit stabil, Leo melirik kebawah. Matanya melotot tidak percaya. Ada perangkap tikus yang menjepit jari kakinya disana.

Hihihihihihi

Dari kejauhan, walau pelan Leo bisa mendengar suara tertawa senang seseorang. Dengan kesal Leo melepas perangkap tanpa sadar membantingnya ke jalan. Dari situ perangkap terpantul. Leo mulai panik, arah jatuh pantulan perangkap ini mendekati botol. Tangan berusaha meraih perangkap, apa daya terlepas.

Klenteng!

Perangkap tikus menimpa sebuah botol, kemudian botol terjatuh dan berguling. Sontak Leo berbalik melirik kearah hantu yang terkapar dijalan. Untungnya tidak ada tanda tanda pergerakan disana.

Fiuhh!

Aman!

Tanpa sadar Leo nyeletuk, suara keluar dari mulutnya cukup nyaring. Menyadari kesalahannya, segera Leo menutup mulut dengan tangan. Namun semua telah terlambat. Melirik kesisi Leo melihat hantu ini mulai bangkit.

Dari posisi terlentang. Telapak tangan dan kaki masih menempel dijalan. Tapi badan telah terangkat. Leo sudah mengambil beberapa langkah mundur. Begitu kepala tiba tiba menoleh kearah leo dengan mata merahnya. Sonta Leo berlari.

Kiaaakkkkkkk!

Suara lengkingan hantu itu telah menyadarkan hantu gentayangan disekitar. Sedikit menoleh Leo bisa melihat belasan hantu mengejar dirinya, dipimpin hantu jalan tadi yang bergerak seperti cecak dengan posisi dada diatas, namun kepala telah terputar memandang terbalik kearah Leo.

Lintang pukang Leo mulai berlari kencang. Terjatuh, berguling, terluka, apapun itu Leo lakukan. Intinya jangan sampai dia tertangkap. Terkadang ada beberapa hantu gentayangan yang disekitar mulai mencegat didepan Leo. Mereka tidak menangkap, melainkan memukul. Leo bisa merasakan perih di muka, badan, tangan dan kaki.

Tidak ada kata sembunyi sekarang. Gereja adalah tujuan Leo. Jika gereja juga tidak dapat melindunginya dari hantu ini. Pasrah adalah sebuah kepastian. Memang mungkin sudah ajalnya dia.

Sebelum itu, Leo berusahan sekuat dia bisa berlari melintasi perumahan. sekitar perumahan merupakan bagian krusial, hantu itu dapat menembus apapun. Sedangkan dia harus melintang pukang melewatinya. Karena itu, harus segera mungkin sampai dilapangan samping gereja. Tempat terbuka jauh lebih menguntungkan. Dengan bidang pandang yang luas.

Lapangan bola sudah terlihat. Kecepatan mulai dipacu. Seketika mata terpandang ada tali melintang didepan, Leo melompatinya.

Sreaakkk!

Leo terjungkir balik ketika sebuah tali mengenai lehernya. Apa yang dilewati oleh Leo hanya tali yang melintang dibawah. Leo tidak mengira ada satu tali lagi melintang diatas. Alhasil, Leo terhempas dan berguling ke lapangan bola. Mata menjadi buram, dada sesak, leher sakit, belum lagi nyeri luka gores diseluruh badan.

Dalam gerak pelan dengan pandangan buram, Leo melihat ramai hantu yang dibelakang semakin mendekat. Tidak hanya belakang, didepan juga ada satu hantu yang sedang berjoged. Leo kini terjebak ditengah tengah. Masih terkapar ditanah, semua ingatan tentang keluarga, teman, kantor, warga kampung, dan banyak lagi ingatan baik suka maupun duka. Berlintas dipikiran Leo, seolah olah waktu terhenti, ingatan itu terlihat seperti baru terjadi kemaren. Senyum duka terukir dimuka.

Apa ini akhir cerita hidupku?