"Baiklah Tuan Luis, dengarkan aku ya." ucap Marey menggantung ucapannya dengan tersenyum dan tatapan menggoda.
"Katakan Marey, aku sudah siap dengan apa yang kamu katakan. Aku tahu kamu akan mengatakan kalau kamu tidak mencintaiku kan?" ucap Dean dengan tersenyum sedih.
"Tidak Luis, apa yang kamu pikirkan salah. Aku telah mencintaimu. Sepertinya halnya aku mencintai Dean kekasihku yang telah meninggalkan aku." ucap Marey dengan kesedihan mendalam.
Dean mengangkat wajahnya tidak percaya dengan apa yang di katakan Marey.
"Aku tidak percaya ini, apa benar apa yang kamu katakan itu Marey? kamu mencintaiku dan masih mencintai Dean mantan kekasihmu?" tanya Dean dengan perasaan masih tak percaya.
"Apa yang aku katakan benar Luis, buat apa aku berbohong tentang perasaanku sendiri." ucap Marey dengan tatapan penuh cinta.
"Aku tahu Marey, kamu mengatakan hal itu karena kamu tahu hidupku tidak akan lama lagi kan?" tanya Dean dengan wajah serius.
"Itu tidak benar, itu dua hal yang berbeda Luis. Aku memang bersedih dengan sakitmu. Tapi aku memang mencintaimu, dan aku jatuh cinta padamu saat pertama kali kita bertemu." ucap Marey dengan tersenyum.
"Benarkah, bagaimana bisa? aku tahu sendiri kalau kamu marah-marah padaku. Bagaimana kamu bisa jatuh cinta padaku? apa yang membuatmu jatuh cinta padaku?" tanya Dean ingin tahu perasaan hati Marey yang sebenarnya padanya.
"Entah kamu percaya atau tidak, aku masih sangat mencintai Dean. Dan aku menemukan Dean pada dirimu Luis. Caramu memperlakukan aku hampir sama dengan Dean walau dengan cara berbeda." ucap Marey dengan jujur ingin sekali memberitahu kalau dirinya sudah tahu semuanya.
"Aku tidak percaya ini, jadi...kamu benar-benar masih mencintai Dean dan tidak membencinya lagi?" tanya Dean dengan hati di penuhi kebahagiaan dan cinta. Karena Marey masih mencintainya baik sebagai Dean atau Luis. Marey mencintai keduanya.
"Aku sudah tidak membencinya, aku pikir mungkin Dean punya alasan melakukan hal itu. Aku yakin Dean laki-laki yang sangat baik dan sangat mencintaiku." ucap Marey dengan perasaan bersalah.
"Syukurlah, aku senang mendengarnya Marey. Ini kabar yang sangat baik, kalau Dean tahu pasti hatinya akan bahagia." ucap Dean dengan kedua matanya berkaca-kaca.
"Aku jadi heran padamu Luis? kenapa kamu begitu peduli pada Dean? apa kamu mengenal Dean? apa kamu tidak cemburu padanya, karena aku juga mencintainya." ucap Marey dengan tatapan menggoda.
Wajah Dean seketika memerah, mendapat pertanyaan Marey yang pasti sangat sulit untuk di jawabnya karena Dean dan Luis adalah orang yang sama.
"Kenapa aku harus cemburu, Kamu mencintai Dean. Siapapun yang ada di dalam kehidupan kamu, pasti aku juga menyayanginya." ucap Dean dengan tatapan sangat dalam.
Hati Marey tersentuh, sangat tahu bagaimana dulu Dean mencintai dan menyayangi semua keluarga dan teman-temannya.
"Aku percaya padamu Luis." ucap Marey sambil menggenggam tangan Dean.
"Kamu lebih mencintai siapa Marey, aku atau Dean. Dan bagaimana kalau Dean ingin kembali padamu? apa kamu mau kembali padanya?" tanya Dean dengan hati kembali berdebar-debar.
"Aku mencintaimu dan juga mencintai Dean. Tidak ada perbedaan di antara kalian. Kalau kamu ingin bertanya tentang aku mau kembali atau tidak pada Dean, aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Aku bisa menjawabnya saat Dean datang padaku, dan ada kamu di sisiku." ucap Marey dengan sebuah senyuman.
Dean terdiam, bagaimana dia bisa tahu jawaban Marey. Tapi tidak mungkin juga dia datang menemui Marey karena wajahnya sudah berubah menjadi wajah Luis.
"Jadi...aku tidak bisa tahu kamu akan memilih aku atau Dean?" tanya Dean dengan tatapan penuh harap.
"Luis, kalau aku memilih Dean lalu bagaimana denganmu? apa aku harus meninggalkanmu?" tanya Marey seraya mengusap lembut wajah Dean.
"Aku hanya ingin tahu kamu akan menerima Dean atau tidak Marey, hanya itu yang ingin aku tahu." ucap Dean berharap Marey tahu kalau dirinya adalah Dean.
Rasa percaya diri Dean semakin besar saat tahu Marey masih mencintainya dan tidak membencinya lagi.
"Baiklah Luis, kalau kamu memaksa. Seandainya Dean mengatakan padaku hari ini aku akan menjawab jujur padanya kalau aku akan menerimanya kembali dalam hidupku." ucap Marey tidak ingin membuat Dean bersedih yang akan mempengaruhi penyakitnya.
"Benarkah itu Marey, kamu tidak berbohong kan? terima kasih Rey. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu." ucap Dean memeluk Marey erat dengan perasaan bahagia yang tak terlukiskan.
"Tunggu Luis, kenapa kamu terlihat sangat bahagia? bukannya merasa sedih karena aku lebih memilih Dean daripada kamu?" tanya Marey berniat menggoda Dean.
"Sudah aku katakan, aku tidak apa-apa asal kamu bahagia...aku juga pasti bahagia." ucap Dean dengan tatapan penuh cinta. Keyakinan di hatinya semakin besar untuk segera memberitahu Marey kalau dirinya adalah Dean.
"Sungguh? kamu tidak cemburu? sangat aneh kamu Luis. Bagaimana kamu bisa bahagia di saat aku memilih Dean?" tanya Marey pura-pura marah.
Dean menatap penuh wajah Marey ingin mengungkapkan siapa dirinya sebenarnya.
"Marey, katakan sekali lagi. Apa kamu benar-benar masih mencintai Dean dan menerima Dean kembali? katakan padaku Marey?" tanya Dean dengan memastikan lagi perasaan Marey pada dirinya.
"Ya Luis, aku masih mencintai Dean dan akan menerima jika Dean ingin kembali. Seperti halnya aku juga mencintaimu." ucap Marey sangat tahu perasaan Dean.
"Marey." panggil Dean menggenggam tangan Marey dan menatapnya penuh dengan kelembutan.
"Ya Luis... ada apa? ada apa denganmu?" tanya Marey menunggu dengan sabar hati.
"Aku...aku adalah..." belum lagi Dean melanjutkan ucapannya terdengar suara pintu terketuk.
"Tok...Tok...Tok"
Dean dan Marey melihat ke arah pintu saat pintu terbuka dan terlihat Dokter Naan dan dua perawat masuk menghampirinya.
"Bagaimana keadaanmu Luis? apa kamu sudah lebih baik sekarang?" tanya Dokter Naan ingin tahu keadaan Dean setelah mendapat suntikan untuk kemoterapinya.
Dean menghela nafas panjang, sungguh Dokter Naan datang di waktu yang tidak tepat.
"Aku baik-baik saja Dokter Naan, walau rasa sakitnya tidak tertahankan." ucap Dean sambil menegakkan punggungnya.
"Aku senang mendengarnya Luis. Karena keadaan kamu sudah lebih baik kamu bisa pulang nanti sore. Tapi ingat pengobatan ini harus tetap di jalankan secara rutin dan tidak boleh putus di tengah jalan." ucap Dokter Naan menjelaskan.
"Dan satu lagi, jika kamu sudah pulang. Tidak ada aktifitas yang membuatmu lelah, Karena itu sangat berpengaruh pada kesehatanmu. Kamu masih ingat kan? hari-harimu tergantung pada kesehatanmu." ucap Dokter Naan dengan suara yang tegas.
"Terima kasih Dokter, aku akan selalu mengingat ucapan Dokter." ucap Dean merasa takut jika terjadi sesuatu pada dirinya dan Marey belum mengetahui siapa dirinya.
"Baiklah, hanya itu saja penjelasanku hari ini. Aku tunggu kalian Minggu depan untuk kesini lagi." ucap Dokter Naan kemudian keluar dari kamar di ikuti dua perawat di belakangnya.