Aku meninggalkan apartemen dengan buku The Glaslow Pact dan berjalan kembali ke tempat kerja, menahan gerimis. Perubahan bentuk lainnya. Para penggemar mengantri di area utama toko, tidak sabar bertemu dengan pria yang buku terbarunya masih mendominasi daftar besteller, meskipun selama 5 pekan. Aku menerobos kerumunan, berusaha berjalan ke tangga yang menuju lantai 2.
"Buku Young Adult ada ada di sebelah sana dekat tembok." Suara Doug yang bersahabat terdengar didekatku.
"Beritahu aku kalau aku kalau kau membutuhkan yang lain."
Dia berbalik dari pelanggan yang sudah dibantunya, melihatku, dan langsung menjatuhkan tumpukan buku yang dipegangnya.
Para pelanggan melangkah mundur,dengan sopan memperhatikannya berlutut untuk mengumpulkan buku-buku itu. Aku menyadari sampulnya seketika. Itu adalah edisi paperback buku lama Seth Mortensen.
"Sebuah pelanggan terhadap sesuatu yang keramat," komentarku. "Membiarkan buku-buku itu jatuh. Kau harus membakarnya sekarang, seperti bendera."
Mengabaikanku, Doug mengumpulkan semua buku dan menarikku agar tidak bisa didengar orang lain. "Baik sekali kau pulang dan berganti pakaian yang lebih nyaman. Ya Tuhan, apa kau bahkan bisa menunduk memakai baju itu?"
"Apa, Kau pikir aku harus melakukannya malam ini?"
"Yah, tergantung. Maksudku, warden ada disini."
"Kasar, Doug. Sangat kasar."
"Kau sendiri yang mencari gara-gara, Kincaid." Dia menatapku dengan enggan dan penuh kekaguman sebelum kami mulai menaiki tangga. "Kau terlihat cantik."
"Terima kasih, aku ingin Seth Mortensen memperhatikanku."
"Percayalah padaku, kecuali dia homo, dia pasti akan memperhatikanmu. Mungkin lebih."
"Aku tidak terlihat nakal, kan?"
"Tidak."
"Atau murahan?"
"Tidak."
"Aku bermaksud bergaya seksi klasik. Bagaimana menurutmu."
"Kupikir aku sudah cukup memuaskan egomu. Kau sudah tahu bagaimana penampilan mu."
Kami semua naik ke atas. Sejumlah kursi sudah dipersiapkan, memenuhi sebagian besar area tempat duduk cafe yang biasanya dan tersebar sampai ke bagian buku berkebun dan peta. Paige, manajer toko dan bos kami, tampak sibuk melakukan akrobat dengan kabel mikrofon dan sistem suara. aku tidak tahu gedung ini digunakan sebagai apa sebelum Emerald City Books pindah ke sini, tapi tempat ini jelas bukan tempat yang ideal untuk akustik dan kerumunan orang.
"Aku akan membantunya," kata Doug padaku, sangat sopan. Paige sedang hamil 3 bulan. "aku sarankan kau melakukan sesuatu yang tidak berhubungan dengan membungkuk lebih dari 20 derajat dalam berbagai arah. Oh, dan kalau ada orang yang berusaha membuatmu menyentuh sikumu bersamaan di belakang punggungmu, jangan percaya."
Aku mau ngikut tulang rusuknya keras-keras, hampir membuatnya menjatuhkan buku-buku itu lagi.
Bruce, masih bekerja di konter espresso, membuat moka coklat putih yang keempat untukku hari ini, dan aku berkeliling di deretan buku geografi untuk meminumnya sementara menunggu acara dimulai. Melirik sekilas ke sebelahku, aku mengenali pria yang berdiskusi oleh Seth Mortensen denganku tadi siang. Dia masih memegang buku The Glasgow Pact.
"Hei," kataku.
Dia melompat saat mendengar suaraku, tampak begitu tenggelam dalam sebuah buku perjalanan tentang Texas.
"Maaf," kataku padanya. "Tidak bermaksud menakutimu."
"Aku... tidak, kau t... tidak menakutimu," dia tergagap. Matanya menilaiku dari kepala hingga jari kaki dalam satu pandangan cepat, melirik cepat pada paha dan dada ku tapi lebih lama di wajahku. "Kau berganti pakaian." Tampak jelas menyadari banyak implikasi dibalik pengakuan itu, iya menambahkan cepat-cepat, "Bukannya hal itu buruk. Maksudku itu bagus, Er, yah, itu..."
Rasa malunya meningkat, dia memalingkan wajahnya dariku dan berusaha untuk mengembalikan buku Texas itu geraknya dengan sedikit canggung, terbalik. Aku menyembunyikan senyumku. Pria ini terlalu menggemaskan. Aku biasanya tidak bertemu dengan banyak pria pemalu lagi.
Kencan di dunia modern sepertinya menuntut pria membuat dirinya sebagai tontonan yang hebat, dan sayangnya, wanita tampaknya menikmati hal tersebut. Oke, bahkan aku terkadang menyukainya. Tapi pria pemalu juga layak mendapat kesempatan, dan aku memutuskan kalau sedikit godaan yang tidak berbahaya ya mungkin bagus untuk egonya sementara aku menunggu acara tanda tangan dimulai. Dia mungkin memiliki peruntungan yang buruk sekali dengan wanita.
"Biar aku yang melakukannya," aku menawarkan, mencondongkan tubuh padanya. Tanganku menyentuh tangannya saat aku mengambil buku itu darinya, meletakkan hati-hati di rak, covernya menghadap ke depan. "Beres."
Aku melangkah mundur seperti sedang mengagumi karya hasil, memastikan aku berdiri cukup dekat dengannya, bunda kami hampir bersentuhan. "Penting sekali untuk menjaga penampilan buku-buku," aku menjelaskan. "Penampilan sangat berarti dalam bisnis ini."
Dia memberanikan diri memandangku, masih gugup tapi mulai mendapatkan lagi ketenangannya. "Aku lebih tertarik pada isinya."
"Sungguh?" aku mengganti posisi siku sedikit sehingga kami bersentuhan lagi, bahan kemeja flanel nya yang lembut menyapu kulitku yang telanjang. "karena aku berani bersumpah beberapa saat yang lalu kau cukup terpesona terhadap penampilan luar."
Matanya menunduk, tapi aku bisa melihat senyum di bibirnya. "Yah. Beberapa hal ada yang begitu mengagumkan, sehingga menarik perhatian."
"Dan hal itu tidak membuatku penasaran akan apa yang ada di dalamnya?"
"Biasanya hal itu membuatku ingin memberikanmu edisi lanjutan?"
Edisi lanjutan? Apa yang dia...?
"Seth? Seth, dimana...ah, disini kau rupanya."
Paige berbelok ke lorong, Doug mengikutinya. Dia tampak ceria saat melihatku, dan aku merasa perutku pergola dan jatuh ke lantai dengan suara keras saat aku berusaha menghubungkannya. Tidak. Tidak. Itu tidak mungkin...
"Ah, Georgina. Kulihat kau sudah bertemu dengan Seth Mortensen."
(Wkwkwkw Georgie jadi salah tingkah😁)