Apakah seperti ini rasanya melakukan hal 'ini' dengan orang yang kau sukai? Risa tak percaya. Ini sungguh tak bisa dipercaya, gadis itu larut dalam pelukan bos Glen.
Naluriah kedua telapak Risa sudah mulai merasakan otot kencang dada kekasihnya. Bos Glen bisa merasakan jari lentik Risa bermain-main di dadanya.
"Ah, kamu indah sekali" ujar bos Glen. Entah apa maksudnya. Yang pasti apapun yang diucapkan pria itu bersamaan dengan tatapan matanya yang sayu sungguh menggoda batin Risa. Gadis itu kian semangat menikmati tiap jengkal tubuh kekasihnya. Telapak bos Glen menuntun telapak Risa menyentuh privacy nya. Gadis itu terkejut dan segera menarik tangannya. Wajah melongonya membuat bos Glen gemas.
"Kenapa sayang. Kamu bingung" goda bos Glen melihat respon polos Risa. Wajah merona Risa semakin merah padam.
"Dia sudah menantimu" lanjut bos Glen ambigu. Risa melirik ragu. sesuatu di dalam celana ketat itu bergerak-gerak. Dia minta kebebasan. Dengan memejamkan mata dan menggigit bibir. Risa memberanikan diri. Yang benar saja.
***
Tangan Risa meraih tisu dan mengelap bibirnya. Ini kali pertama untuk Risa merasakan hal aneh dalam mulutnya. Bos Glen terduduk lemas. Sekali lagi mereka berciuman. Hanya sebagai penutup santapan malam minggu mereka.
"Saya selalu menunggumu. Sampai kamu sendiri yang mengatakan siap" ujar bos Glen membuat wajah Risa kembali merah padam. Bukannya dia tak mengerti akan kalimat nakal bos Glen. Gadis itu memang belum siap melepaskan kehormatannya. Mungkin terlalu cepat. Bos Glen memahami itu. Baginya permainan amatir Risa malam ini cukup membuat bibirnya menggaris senyuman puas. Bos Glen menikmatinya. Sepertinya begitu pun Risa.
Bos Glen menyodorkan tas belanja dari bawah meja. Dia meminta Risa membukanya. Awalnya Risa ragu. Tapi anggukan bos Glen membuat gadis itu berani merobek segel handphone yang tadi bos Glen beli.
"Satu untuk kamu. Satu untuk saya. Kita akan memakainya bersama"
"Apa!" Risa tak percaya. Wajahnya meraut bingung. Bagaimana mungkin ponsel mahal ini diberikan padangan. Dia tahu betul berapa harga benda mahal ini tadi. Ya ampun. Wajah Risa tak bisa meraut biasa. Dia segera beranjak dari duduknya. Risa memeluk bos Glen riang.
"Terima kasih sayang" wah, bahkan kini gadis itu bisa mengucapkan kata sayang dengan cepatnya. Semua sepertinya sangat natural. Ya, walau singkat keduanya terlihat begitu menikmati hubungan baru mereka.
"Gadis cantik dan mengagumkan seperti kamu memang cocok menggunakan benda ini" puji bos Glen sembari mengangkat ponsel kembar mereka. Ponsel mewah dengan sematan merk mobil di seri nya. Yah, Risa akan menabung bertahun tahun untuk mengantongi puluhan juta. Sedangkan bos Glen memberikan padanya dengan cuma-cuma. Risa merasa sangat beruntung. Untuk kesekian kalinya.
"Sudah malam. Ayo kita tidur. Besok kamu harus menemaniku di pesta seorang kolega" ujar bos Glen kemudian meletakkan ponsel mereka berdampingan. Risa melirik ponselnya sekali lagi. Dia masih tak percaya dengan hadiah mewah itu. Bos Glen memeluk punggung Risa dan mengelus lembut di kulit putihnya. Sesekali telapak lebar itu menepuk pelan.
"Sayang saya ingin hidup seperti ini sejak dahulu" Risa hanya menyimak dalam diam. Dia menikmati dekapan hangat lengan bos Glen. Tatapan mata bos Glen menerawang ke atas. Sementara Risa mencoba memejamkan matanya menikmati kebersamaan mereka. Gadis itu bahkan enggan melewatkan setiap tarikan nafasnya yang menghisap aroma wangi parfum bos Glen. Bekas parfumnya bahkan tak hilang padahal dia sudah mandi. Bos Glen tersenyum sendiri sebelum terlelap memeluk erat gadis yang membuatnya jatuh cinta.
"Risa, saya mencintaimu"
***
Pagi pagi sekali Risa sudah bangun. Dengan sangat hati-hati gadis itu turun dari ranjang. Matanya menatap wajah tenang bos Glen yang masih tertidur pulas. Risa tersenyum lalu mengenakan kaos yang kemarin mereka beli. Risa meninggalkan kamar hotel.
Tak berapa lama berselang. Bos Glen merasakan telapaknya kosong. Dia meraba dan tak mendapati sosok kekasihnya. Pria itu bangkit dan menyadari Risa tak ada disisinya. Wajahnya tegang. Entah mengapa tapi pria itu jelas terlihat gelisah. Dia mengusap kasar wajahnya. Glen bangun dari ranjang. Mencuci wajahnya dan meneguk minuman manis dari botol plastik di atas meja.
Cklek!
Wajah penuh senyum Risa mengejutkan bos Glen. Wajah panik nya berubah senyuman kecil. Glen kembali tenang. Dia heran melihat kantong yang dibawa risa.
"Kamu dari mana sayang?" tanya bos Glen lembut. Risa sibuk mengeluarkan isi belanjaannya. Dia membuka kotak nasi dan minuman teh hangat. Bos Glen langsung turun dari sofa dan duduk di karpet bersama Risa. Wajahnya kian takjub mendapati isi lengkap makanan di dalam box yang dibawa Risa.
"Ini nasi padang!" seru Risa sambil mengangkat jempolnya. Gadis itu menyendok dengan tangan. Bos Glen meraut heran mendapati Risa mengambil bagian nasi dengan tangan langsung.
"Kamu tidak ada sendok. Kenapa pakai tangan?" Risa tertawa lucu mendengar protes bos Glen. Risa menggeleng seolah menjawab tidak masalah jika menggunakan tangan langsung. Dengan wajah protes bos Glen membuka juga mulutnya. Wajahnya kian sumringah merasakan makanan yang disuapkan Risa.
"Wah. Enak" Risa semakin semangat menyuapi bos Glen. Pria itu melahap cepat.
"Ini lebih enak daripada caviyaar" ujar Risa menyebut menu makanan mereka malam tadi. Bos Glen terkekeh.
"Kamu bilang telur ikan. Kenapa sekarang kamu menyebutnya cavihaar dengan aksen berlebihan seperti itu" Risa ikut terkekeh. Jelas dia sedang menyandingkan makanan mewah malam tadi dengan hasil buruannya pagi ini. Bos Glen mencubit gemas hidung kekasihnya. Mereka jelas terlihat serasi. Seorang gadis cantik dalam proses kedewasaan dan seorang pria dewasa yang bahkan tak pernah bisa ditebak berapa usianya.
"Kamu membeli semua ini?" Risa mengangguk menjawab pertanyaan kekasihnya. Bos Glen mengerutkan dahi.
"Kamu tidak mengambil sarapan di bawah?" Risa memasang wajah bingung. Lihatlah mata polos ini, bos Glen tertawa lucu mendapati wajah bingung Risa.
"Hotel menyiapkan sarapan untuk tamunya sayang" ucapan bos Glen membuat mata Risa membesar. Gadis itu terkejut tak percaya.
"Maksud bos kita dapat makan dari sini?" bos Glen mengangguk, Risa berdecak kesal. "Fiuh, tau gitu aku ambil yang gratisan" gumam Risa malu sendiri, bos Glen menahan tawanya karena suapan Risa. Tingkah Risa cukup menghibur pagi bos Glen, pria itu terlihat gemas.
Bos Glen berhenti mengunyah sebentar menyadari ponselnya berbunyi. Tentu saja ponsel lamanya. Pria itu segera menjauh ketika melihat kontak pemanggil tampil di layar. Risa mengerutkan dahi tak mengerti dengan tulisan hangeul di layar ponsel milik bos Glen.
Sementara bos Glen sibuk dengan panggilan teleponnya. Risa asyik melanjutkan sarapan beratnya. Ya, gadis itu lahap menghabiskan kotak bagiannya. "Untung ini enak, kalau tidak rugi dua kali deh!" gerutu Risa mengingat mereka harus nya bisa makan gratis pagi ini. Tentu saja ini lebih nikmat daripada santapan berlapis-lapis malam tadi, menurut Risa.