Chereads / Bukan cinta yang salah / Chapter 16 - bab 16 Kesal

Chapter 16 - bab 16 Kesal

Di kantor

Bunga dan Reza masih saja membahas kejadian malam tadi bersama rekan yang lainnya sebelum bel tanda bekerja dimulai. Joy, Alika meletakkan minuman hangat mereka, topik ini terlalu panas untuk dilewatkan.

"Lu bayangin dong, niat baik Bunga dikacangin, parah!" ujar Reza penuh emosi, pria itu semakin terlihat lucu dengan tingkah feminim dan bibirnya yang mengucap berlebihan. "Parah banget tuh bos!" Bunga hanya menunduk mendengar kekesal-an Reza.

"Lagian lu pada nekad sih" Alika ikut berargumen "Kan lu bilang sendiri orangnya sombong Za" Reza mengangguk setuju dengan kalimat Alika barusan. Pria itu menarik nafas berat, nampaknya dia masih kesal.

"Mending buruan kita beresin kerjaan kita, kalo udah keluar sampel kan kita ga urusan lagi sama doi!" pendapat Joy membuat binar di semua wajah, kecuali Risa. Keempat biang gosip itu kompak menoleh ke arah Risa. Merasakan sesuatu yang aneh di belakang punggungnya, Risa segera menoleh. Gadis itu mengerutkan dahi mendapat sorotan tajam mata keempat rekan kerjanya.

"Kenapa?" tanya Risa curiga. Tatapan mereka itu? bukan berarti Reza atau Bunga mengintip momen makan malam kemarin kan? batin Risa gelisah. Sebelumnya Risa sudah yakin menutup pintu rumah bos Glen dengan sempurna, gadis itu bahkan merapatkan hordeng tanpa ada cela. Mereka melewatkan makan malam dengan perasaan sedikit cemas. Risa cemas rekan kerjanya memergoki hubungan spesial diantara dia dan bos Glen.

"Kenapa?" ulang Risa sekali lagi, wajahnya jelas tegang kini.

Keempat rekannya mengerutkan dahi kompak. Semuanya menghela nafas serempak. Risa bangkit dari kursinya mendekati mereka yang berkumpul di meja Bunga persis di belakang meja kerja Risa.

"Sabar ya Ris, ini udah takdir lu!" ucap Reza sambil mengelus punggung Risa. Gadis itu semakin heran. Dia tak mengerti.

"Gini kak, kalo baju sampel kita udah jadi tinggal kakak doang yang berurusan sama bos Glen" Joy ikut menjelaskan. Risa mencoba mencerna kalimat barusan. Bibirnya segera tersenyum menyadari pekerjaan lah yang sedang mereka bicarakan.

"Kita semua bebas. Tinggal ka Risa yang berjuang!" Joy sedikit berteriak, disambut wajah sumringah yang lainnya selain Risa.

"Sabar ya Ris. Lu harus urusan sama klien yang arrogant kaya gitu!" keempat rekannya mencoba menghibur Risa. Tapi dia tak membutuhkan itu, gadis itu tersenyum mendapati tingkah lucu rekan-rekannya. Tentu saja dia akan melewatkan banyak waktu dengan bos Glen. Seperti kata Reza, mungkin itu takdir Risa. Takdir yang baik, pikir Risa menahan gelak tawanya.

CKLEK!

Bos Glen masuk membuat perkumpulan bubar. Semua segera kembali ke meja kerja masing-masing.

"Bahkan belum bel" gerutu Alika kesal tapi tak berani menatap wajah bos Glen. Kenapa mereka bubar melihat sosok tampan itu masuk?

"Risa, apa sampel produk jaket sudah jadi?" Risa mengangguk pelan. Anggukan Risa membuat wajah bos Glen tegang. Risa merasa khawatir melihat raut lain di wajah bos Glen.

"Ada apa?" tanya Risa dengan suara lembut. Bos Glen memberi tatapan manja, keduanya seakan lupa jika mereka sedang berada di kantor saat ini, tepatnya di ruangan Risa. Mata bos Glen melirik sekitar, mendapati sorot tajam dari bos Glen, Reza segera menunduk. "Ehem!" bos Glen mengatur suaranya, dia kembali menatap Risa dengan wajah serius.

"Ke ruangan saya sebentar" pinta bos Glen. Risa mengangguk setuju. Keduanya beriringan meninggalkan ruang kerja md. Reza dan Bunga segera berdiri melihat kedua orang tadi sudah di luar ruangan.

"Apa-apaan coba tadi?" selidik Reza. Bunga dan Reza saling menatap sesaat, keduanya meraut wajah heran.

"Pantes aja Risa mau ngelakuin semuanya, doi bisa banget ya!" hardik Bunga kesal.

"Risa yang polos pasti ketipu" gumam Reza merasa prihatin.

"Sumpah mukanya tuh bikin jijay" Reza mengangguk setuju dengan pendapat Bunga.

"Gantengnya langsung ilang kalau uda tau sifat doi" lanjut Bunga masih belum puas mengumpat. "modus!" teriak Bunga kesal.

***

Bos Glen mendorong pintu kaca dengan langkah cepat. Risa berdiri di depan meja kerja bos Glen. Pria itu segera melemparkan sebuah paket dengan sampul coklat. Risa meraih paket itu dan membukanya perlahan. Bos Glen menjatuhkan diri duduk di kursinya dengan wajah kesal. Pria itu menopang dahinya dengan jari terjalin.

Dari bau yang keluar jelas ini bahan dari kulit hewan. Risa menyibakkan tangannya mendapati isi paketan sesuai dengan dugaannya. Kulit hewan asli.

Risa masih tak mengerti harus apa dengan bahan kulit asli ini. Bos Glen menatap wajah Risa tajam. "Untuk sampel jaket, pusat ingin meminta bahan kulit asli" ucap bos Glen kemudian. Risa melongo tak percaya.

"Bukankah sudah jelas bahan imitasi yang akan kita gunakan bos? kenapa jadi kulit asli?" Risa tak mengerti. Bos Glen menarik nafas dalam "Itu permintaan khusus" sambungnya dengan nada putus asa.

"Maafkan saya Risa, bisakah kamu membantu saya?" pinta bos Glen dengan wajah memelas. Risa tak bisa berpikir lagi. Semua ini bagian dari pekerjaannya, membantu bos Glen. Gadis itu mengangguk dan mendapatkan balasan segaris senyum ceria milik kekasihnya.

"Itu artinya kita harus mengulang semua prosesnya. Mencari tahu pemakaian bahan hingga proses jahit dan hitungan harga, pasti sangat berbeda" Risa mengangguk mengerti. Tentu saja, kulit asli harus diperlakukan khusus, harganya pun jelas lebih mahal daripada bahan sintetis. Mereka harus mengulang semua prosesnya.

"Aku akan menemui bu direktur dan meminta lembur pada bagian sampel, bos tenang saja" ucapan Risa dibalas anggukan bos Glen. Pria itu merasa senang ada Risa di sampingnya, tapi dia juga merasa sedih karena semua ini membuat gadisnya bekerja ekstra "Semua ini karena dia!" gerutu bos Glen kesal ketika Risa sudah meninggalkan ruangannya.

Bos Glen mengangkat ponselnya segera mendapati ada nama Kim disana.

"Kenapa kau tak bilang padaku!" tanpa salam bos Glen langsung menjawab dengan nada tinggi.

"Aku tak tahu jika nona Jung meminta jaket kulit, aku bahkan tak menerima bahan darinya!" sanggah Kim tak mau disalahkan.

"Kau gila ya! Ini jelas dikirim dari alamat mu, kau tak bisa mengelak lagi!" bos Glen semakin marah, wajahnya sampai memerah.

"Hei Glen dengarkan aku, istriku menyimpannya tanpa sepengetahuanku, dia akan memberikan pada mu pada acara pertemuan kita tempo hari, tapi kau tak datang-"

"Kau sialan! memangnya kau dan istrimu tidak saling bicara!" potong bos Glen penuh emosi.

"Hey, baiklah, aku minta maaf" permintaan maaf Kim membuat Glen sedikit meredam emosinya "Apa pesanan nona Jung sudah kau buat?" wajah bos Glen kembali menegang.

"Kau pikir aku ini pesulap, sedang di buat!"

"Aku harus membawanya dalam penerbanganku, nona Jung akan memakainya saat peluncuran biografi istriku nanti, sekalian promosi produk kalian" ucapan Kim dengan nada yang lembut tak juga mengurangi kekesalan bos Glen.

"Kau mati jika jaket ini tidak bersama denganmu!" ancam Glen.

"Kau juga akan mati!" Kim tak mau kalah "Kau telepon saja nona Jung, katakan aku mencintaimu mungkin dia akan menunda pekerjaanmu-"

"Brengsek!" Kim tertawa mendengar umpatan kasar bos Glen.

"Hey, kalian akan segera menikah, kenapa kau kasar sekali padanya"