"Tidak apa-apa sayang. Kita bisa mencobanya lain waktu" Risa menatap wajah bos Glen. Walau tak tersirat kecewa tapi jelas Risa merasakan jika prianya masih ingin melanjutkan hubungan tadi. Risa merasa kesal sendiri. Padahal bos Glen begitu baik. Begitu lembut. Begitu penuh perasaan. Risa bahkan diberikan hadiah mahal. Masa Risa tak bisa membalas cinta dan kebaikan bos Glen. Risa kesal sendiri dengan dirinya. Dia gagal menjadi wanita. Dia merasa gagal menjadi wanita untuk kekasihnya. Dia tak boleh gagal. Jika bos Glen kecewa nanti bisa saja bos Glen meninggalkannya. Risa ketakutan sendiri. Ketakutan itu datang menyergap perasaan Risa, dia tak mau kehilangan pria sempurnanya.
Bos Glen kembali memasang kimononya. Dia duduk bersantai di sofa seraya menonton tayangan televisi. Sesekali pria itu tertawa melihat lelucon konyol pelawak di televisi. Risa hanya menggunakan kaos dan celana dalam saja. Dia masih termenung di ranjang. Banyak kegalauan yang bergejolak di dadanya. Risa melirik ponsel barunya yang dibelikan bos Glen. Tak berselang lama bos Glen menerima panggilan telepon. Risa memperhatikan tingkah pria nya yang santai dari sofa pindah ke kursi kecil dekat kamar mandi. Bos Glen terlibat obrolan santai di telepon sebari meneguk minuman manis. Risa merasa galau. Apa bos Glen menghubungi wanita lain? batin Risa resah sendiri.
Risa sudah beberapa menit berendam di bathtub. Pikirannya melayang jauh. Dia bingung sendiri akan perasaanya. Kenapa dia merasa resah. Perasaan apa sebenarnya ini. Bos Glen membuatnya jatuh cinta dalam sekejap. Membuat Risa merasa sangat istimewa. Bahkan hadiah mahal dan tempat tempat luar biasa. Risa tak mengerti akan perasaannya ini. Kenapa sesaat saja bos Glen bisa membuatnya jatuh cinta begitu dalam. Risa ingin memiliki bos Glen seutuhnya. Dia sadar betul jika prianya bukanlah orang sembarangan. Risa takut bos Glen akan meninggalkannya. Tiba tiba ketakutan itu datang begitu saja mengganggu perasaan Risa. Perlahan sekali Risa menggosok tubuhnya yang sudah lama berendam. Pikirannya masih terus berputar sendiri.
"Apa dia akan terus bersama denganku? apa bos Glen tak akan meninggalkan ku. Apa yang harus aku lakukan?" Risa bertanya pada diri sendiri. Tadi pagi itu terlalu nyeri jika dipaksakan. Tapi mengapa bos Glen tidak memaksanya. Apa bos Glen tak terlalu ingin melakukannya dengan Ku. Risa berargumen sendiri.
"Apa dia tak begitu menginginkan ku?" Risa menggeleng kepalanya. Kenapa ketakutan seperti ini menghantuinya. Bos Glen sudah mengatakan berkali-kali jika dia menyukai ku. Bahkan kata istriku itu terus terngiang di telinga Risa. Bibirnya kembali tersenyum.
"Bos Glen sangat menyukai ku. Aku tak pantas mengecewakannya"
Cklek
Risa menatap seisi ruangan. Dia tak mendapati kekasihnya. Dada nya bergetar hebat. Kemana dia? Se takut ini. Gadis itu takut tiba-tiba bos Glen meninggalkannya. Racun dari bibir Glen sungguh melumpuhkan Risa. Pria itu memang paling bisa menaklukkan pertahanan wanita. Glen memiliki hidup yang sempurna. Sepertinya.
Risa mengikat kimono handuknya lebih ketat. Dia mengambil ponsel barunya dan menghubungi kontak dengan nama honey.
"Hallo"
"Sayang. Kamu. Kamu dimana" Risa langsung menyambar kata hallo dari seberang sana tanpa jeda.
Cklek!
Bos Glen memamerkan senyumannya. Dia mengangkat dua gelas kopi yang masih mengepul. Risa segera menghampiri kekasihnya. Wajah cemas gadis itu berubah sumringah.
"Kamu sudah mandi" Risa mengangguk cepat. Bos Glen menyodorkan gelas bagian Risa.
"Sini saya bantu keringkan rambut" Dengan perlahan bos Glen mengangkat rambut basah Risa yang masih menetes. Pria itu meraih handuk kecil dan membungkus rambut panjang Risa bersamaan.
Pluk!
Sebuah kalung dengan liontin kecil yang berkilau menyentuh kulit leher Risa. Gadis itu reflek menyentuhnya. Dia tak percaya melihat inisial namanya pada liontin mewah yang mengalung di lehernya. Risa memberi waktu bos Glen untuk menyelesaikan kaitan di belakang sana.
"Cantik" puji bos Glen dengan senyumannya.
Risa segera membalik badannya. Dia memukul pelan dada kekasihnya.
"Hei. Ada apa" bos Glen mencoba menghentikan kepalan tangan Risa yang terus memukuli dadanya. Bukannya sakit malah tingkah Risa membuat bos Glen gemas.
"Kau memberi ku banyak hadiah. Aku tak bisa memberimu apapun" ujar Risa mendaratkan kepalanya pada dada bos Glen. Pria itu sepertinya mengerti. Dia mengelus pelan pundak kekasihnya.
"Tidak sayang. Kamu adalah yang penting" jawaban bos Glen membuat Risa salah tingkah. Kekasihnya itu sangat pintar bermain kata-kata. Bagaimana mungkin. Yang ada Risa semakin ingin membalas semua kebaikan kekasihnya. Ya, jika kau ingin memancing pastikan mangsa mu dan sesuaikan umpan mu. Seperti itulah kira-kira. Dan umpan bos Glen terlalu berlebihan untuk Risa. Kau bahkan sudah membuat aqua tank untuk tangkapan ikan kecil bos Glen. Pria itu sungguh berlebihan.
"Kau berkata seperti itu terus. Aku ingin membahagia kan mu juga" Rengek Risa dengan suara manjanya. Bos Glen tertawa kecil.
"Saya bahagia dengan kamu"
"Bukan begitu. Aku juga bahagia dengan mu bos. Tapi-"
"Tapi apa"
"Tapi.."
"Tapi?" bos Glen tak mengerti dengan kalimat terpotong Risa.
"Tapi aku ingin melakukan sesuatu untukmu" ujar Risa malu. Bos Glen mengerutkan dahinya. Dia seolah tak mengerti.
Hari sudah beranjak siang. Sekarang pukul sepuluh pagi. Mungkin sebentar lagi mereka harus meninggalkan hotel dan kembali ke mess. Bukankah besok jadwal pekerjaan akan padat. Risa mungkin tak memiliki waktu lagi selain hari ini. Gadis itu tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Aku harus menjadi milik bos Glen seutuhnya. Tekad Risa mantap. Dia memejamkan matanya dengan penuh tenaga. Sebenarnya Risa masih takut mengingat rasa nyeri tadi sungguh luar biasa. Ah tapi sudahlah. Aku harus mencoba lagi, batin Risa memaksa.
Jari Risa menarik simpul kimononya dengan perlahan hingga tubuhnya kembali polos. Bos Glen tertawa kecil melihat tingkah gadisnya yang mendadak liar. Risa menyembunyikan rona merah wajahnya. Dia berusaha memasang mimik wajah serius yang menggoda.
"Oke. Saya suka gadis dominan" ujar bos Glen sepertinya meledek tingkah tiba-tiba Risa. Gadis polos ini sedang berusaha. Ya, Risa sungguh sedang berusaha. Dia belum berpengalaman. Risa hanya mendengar cerita vulgar teman-temannya saja. Mungkin dia mengambil banyak pelajaran dari curhatan rekan kerjanya.
"Sayang. Aku siap" ujar Risa sembari mendorong kasar dada kekasihnya. Gadis itu berlari cepat ke ranjang. Dia sungguh malu. Ah wajahnya merah sekali. Rencananya dia akan berpose menggoda di atas kasur tapi yang ada gadis itu malah terjun ke kasur dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Hahahaa… " Risa cekikikan sendiri. Dia geli dengan tingkahnya sendiri. Bos Glen terpaksa menghentikan tawanya. Dia terhibur dengan tingkah gadisnya yang luar biasa.
"Saya akan menunggu saat yang tepat sayang. Kamu tak perlu memaksa" ucapan lembut dari bibir tipis bos Glen membuat hati Risa terharu. Pria ini begitu mencintainya. Risa percaya sekali. Bos Glen bahkan tak mau memaksa nya melakukan semua itu hari ini. Kecupan kecil di dahi Risa membuat gadis itu kian merasa berharga.
"Terima kasih, sayang" balas Risa dengan suara pelan.
"Saya mencintaimu"
"Aku juga sangat mencintaimu"