Risa tak perlu khawatir karena layar ponselnya sudah terkunci. Jadi, aman.
Triiingg..
Sebuah pesan masuk di ponsel Risa. Mendadak wajah Risa tegang. Reza dan Bunga membaca sekilas tangkapan layar tadi. Mereka berdua membesarkan mata tak percaya.
"Risaaaa. Lo punya pacar!!!!" Teriak Reza menggema seisi ruangan. Risa memasang wajah panik. Dia berusaha menyembunyikan statusnya dan sekarang rekannya menangkap basah.
"Serius!!" Alika dan Joy kompak berdiri dari kursi mereka.
"Kak lu parah. Bilangnya ga percaya cinta. Bilangnya harus irit. Lu boong ka!" protes Joy
"Jangan bilang lu ga ikut kepuncak karna cowo lu! ngaku!!" gertak Reza gemas. Mereka semua kompak mengadili Risa dengan gemas.
"Iya-iya. Sorry sorry" ujar Risa terpaksa kemudian. Mereka semua bersorak riang. Risa menatap wajah ceria rekan-rekannya. Semua kompak memeluk Risa.
"Selamat Risa akhirnya ga jomblo lagi!" teriak semuanya kompak
"Hahahaa.." Tawa mereka menggema hingga salah satu menyadari jika mereka harus menahan sorakan girang mereka.
"Hush. Tar kedengeran sampe ke office bos!" Reza mengingatkan sambil menahan tawa.
"Gila si lu Ris" Semuanya kompak memberi tatapan iri.
"Lu harus kenalin loh sama kita" Risa mengangguk-angguk saja.
"Bener loh Ris"
Cklek!
Suara pintu kantor yang terbuka mengejutkan semuanya. Mereka lebih dari terkejut menyadari jika yang masuk adalah bos Glen. Satu persatu kembali ke meja kerja masing masing dengan kikuk. Reza kembali lagi ke meja Risa menyadari ponsel anyar itu masih di tangannya. Dia mengangguk segan ke arah bos Glen lalu memasang wajah serius di depan komputernya.
"Risa kamu tidak cek pesan masuk. Saya mengirim berkas penting disana. Segera selesaikan. Saya tunggu di jam pulang kantor" Risa menatap dengan wajah bingung. Dia tak paham dengan kalimat serius bos Glen.
Bukankah semua berkas sudah di print dan dibahas di meeting tadi. Risa mengerutkan dahi tak mengerti. Apa maksud bos Glen.
"ponsel mu bagus. Saya suka design nya" ujar bos Glen sebelum berlalu. Gadis itu menoleh pada ponselnya. Risa masih tak mengerti. "Apa-apaan itu!" decak batin Risa heran, bukankah ponsel ini darinya?
"Dih kepo banget. Sampe hape orang aja di komen" gerutu Bunga dari balik meja nya. Reza menahan tawa lucu mendengar protes Bunga. Risa tak menggubris tingkah kedua rekannya di belakang sana. Dia meraih ponselnya dan mengerti apa maksud kalimat bos Glen barusan.
"Sayang aku rindu nasi goreng ku!"
Risa tersenyum lucu. Jadi ini yang dimaksud berkas penting. Bos Glen sungguh senang bermain teka teki dan membuat Risa takjub. Bagaimana dia tak semakin jatuh cinta pada pria itu. Perlakuannya yang kekanak-kanakan tapi menakjubkan. Tentu saja. Semua selalu menakjubkan jika yang melakukannya bos Glen.
"Sayang. Ayo bertemu malam nanti."
Risa menyimpan ponsel pada tasnya. Dia geli sendiri membaca pesan singkat dari kekasihnya itu. Baiklah ini adalah saatnya bekerja. Risa segera mengambil gagang telepon dan bersiap mengadakan meeting dengan divisi desain. Mereka akan memulai pekerjaanya. Risa menyukai pekerjaanya. Dia bisa bertemu dengan bos Glen karena proyek ini. Ya meskipun pekerjaan ini yang membuat kebersamaan antara Risa dan bos Glen. Sebenarnya ada kecemasan juga. Risa cemas jika proyek ini berhasil akankah bos Glen pergi meninggalkannya. Dia tak ingin bos Glen hanya menjadi sebatas hubungan kerja.
***
Reza, Bunga dan Alika sedang menikmati santap malam bersama di meja makan. Seperti biasa nongkrong bersama sambil menyantap makanan masing-masing di temani siaran televisi. Perhatian mereka juga terbagi dengan postingan beauty blogger di youtube. Reza menunjuk postingan terbaru brand makeup di ponselnya.
"Guys ini bagus warnanya" Alika yang duduk di sebelah Reza menoleh sejenak lalu kembali fokus menyuap makanan siap saji di tangannya.
"Bagus sih. Cocok buat kulit kakak yang tan" Reza menyukai pendapat Alika. Dia tersenyum setuju.
"Eh bentar gue mau nanya. Menurut lu semua. Bos Glen itu orangnya gimana?" Tiba-tiba pertanyaan Bunga menyentak Reza dan Alika. Mereka berdua memasang wajah serius menanggapi pertanyaan Bunga.
"Kalo kata gue sih doi tuh sombong. Ya ga sih?" Reza balik bertanya.
"Ko lu bisa bilang gitu" selidik Bunga.
"Lu taukan kalo klien biasanya suka nyapa divisi kita gitukan. Apalagi Risa jadi md dia. Tapi ga sekalipun doi dateng ke kita sekedar bilang hai. Ya kan!" Alika dan Bunga mengangguk setuju.
"Bener sih. Sekalinya dateng ke ruang kita. Risa kamu tidak cek pesan masuk!" Suara kemayu Reza mencoba mengikuti logat tegas bos Glen. Tingkahnya itu membuat Alika dan Bunga tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha.. kocak"
"Bener sih bener. Bener banget"
"Sumpah Risa kasian banget ga sih" wajah Reza tiba-tiba mengasihani Risa. Bunga dan Alika ikut mengasihani juga. Mereka tak bisa membayangkan jika harus berurusan dengan bos angkuh seperti Glen.
"Tapi lu juga salah Nga. Lu sih ga tanggung jawab" Reza memasang wajah serius kali ini. Bunga mencoba menyimak.
"Kebiasaan sih lu ceroboh. Harusnya tuh work sheet uda kelar semuakan"
"Maaf Za. Gue lupa" Bunga memasang wajah berdosa mendengarkan nasehat Reza
"Ga bisa gitu dong Bunga sayang" Wajah Bunga jelas merasa bersalah.
"Kasian Risa loh. Doi ampe ga ikut ke puncak. Diomelin itu klien. Ampe ke direktur segala lagi. Gila sih"
"Ga gitu Za. Risa emang ga mau ikut ke puncak" Bunga mencoba menyanggah. Tidak semua pendapat Reza itu benar. Begitulah menurut Bunga. Perihal keteledorannya jelas Bunga sadar diri. Dia juga merasa bersalah pada Risa.
"Sebenernya itu masih bisa dimaklumin sih. Kan masih draft. Buat sample produk juga belum" Bunga dan Alika manggut manggut setuju dengan lanjutan kalimat Reza.
"Sampe lu kena sp. Itu sih berlebihan banget sih!" terbawa emosi wajah Reza sedikit kesal. Kesalahan dalam pekerjaan memang tidak bisa disepelekan. Tapi selama masih bisa diselesaikan dengan baik. Lagipula belum ada akibat fatal yang terjadi. Kenapa harus mengeluarkan kata-kata kasar bahkan surat peringatan. Sebagai rekan sejawat baik Bunga, Reza ataupun Alika merasa tak suka dengan tindakan bos Glen.
"Mungkin gue harus minta maaf kali ya" ujar Bunga kemudian. Reza dan Alika tercengang tak percaya.
"Gue takut bos Glen kecewa sama gue. Gue ga mau kalian semua kena imbasnya karena kecerobohan gue" Mendengar kalimat Bunga yang sudah bisa meredakan emosinya membuat Alika dan Reza mengukir senyum. Keduanya mendukung niat baik Bunga.
"Gue ga tega sama Risa. Ntar gara-gara kesalahan gue. Risa kena masalah" Melihat wajah penuh penyesalan Bunga membuat Reza iba.
"Gue temenin ya"
"Thanks Za" Keduanya mengangguk perlahan saling mendukung.
***
Seperti permintaan bos Glen siang tadi. Risa sudah siap dengan apron dan mulai mempersiapkan bumbu menu makan malam mereka. Ya kali ini mereka akan makan malam bersama lagi. Bos Glen masih sibuk dengan laptopnya sementara Risa sudah mempersiapkan semua yang dia butuhkan di dapur. Mata bos Glen yang semula serius berubah lembut mendapati gadisnya terlihat ceria di dapur sana. Dia tersenyum melihat wajah ceria Risa. Gadis itu selalu saja terlihat riang. Aura ceria Risa membuat raut serius bos Glen alami berubah.
Risa memainkan ekspresinya mendapati sesuatu yang kurang. Dia memeriksa kulkas dan tak mendapatkannya. Dia mencoba mencari di lemari penyimpanan juga tak ada.
"Kamu mencari sesuatu, sayang" Dengan tiba-tiba rangkulan bos Glen membuat Risa terkejut. Pria itu merangkul pinggang Risa dan mendaratkan dagunya di atas kepala Risa yang sedang mendongak. Risa melirik sebentar lalu membiarkan saja kekasihnya bermanja. Bos Glen mengikuti arah Risa yang masih sibuk mencari sesuatu. Dia tak mau melepaskan back hug nya.