"Wah, the real fashionista" Mata Risa menyapu pakaian di sekelilingnya. Bos Glen memilih di rak kemeja berbahan sheer. Sepotong kemeja dengan bahan organik katun mencuri perhatian bos Glen. Kemeja dengan model standar. Hanya ditambah aksen kancing batok kecil di sudut kerah dan di seem bawah baju membuat kemeja itu mencuri perhatian. Bos Glen menjatuhkan pilihannya pada warna broken white. Dia melirik Risa yang berdiri mematung.
Bos Glen tersenyum kecil menyadari gadisnya hanya berdiam diri. Dia kembali menghampiri Risa. Kepalanya mendekati telinga Risa.
"Dress di patung itu sangat cocok untukmu" Mata Risa segera melirik patung yang dimaksud bos Glen. Sebuah manekin cantik dengan dres hitam di atas dengkul. Model depannya terlihat simple dan sederhana. Tapi backless dengan aksen tali hingga ke punggung jelas membuat Risa menggeleng cepat. Dia tak bisa membayangkan kalau dress itu dia kenakan. Risa malu sendiri membayangkannya.
"Ayolah sayang. Pilih sesuatu untukmu. Kekasihmu akan membayarnya" lanjut bos Glen masih berbisik di telinga Risa. Kalimat manisnya itu sungguh membuat hati Risa berbunga-bunga. Pria ini memanggilnya sayang dengan begitu sempurna. Suara lembut dan nada yang mengena di hati. Wanita mana yang sanggup saat pria tampan ini melontarkan gombalan yang penuh madu.
"Ini terlalu mahal" ujar Risa tak enak hati
"Saya akan membayarnya sayang" lagi. Sekali lagi bos Glen memanggil Risa dengan kata sayang. Tentu saja wajah Risa merona merah. Bos Glen memang paling tahu kelemahan wanita. Dia menikmati menggoda kekasihnya yang canggu. Telapak tangan kekarnya meraih jemari Risa. Dia meremas kuat hingga jantung Risa berayun cepat. Gadis itu tak sanggup jika terus senam jantung bersama bos nya seperti saat ini.
"Ambilah beberapa potong pakaian. Kita membutuhkannya sayang" ujar bos Glen menunjuk arlojinya. Risa tak mengerti. Sebentar lagi pukul sepuluh malam. Mall ini juga akan segera tutup.
"Saya dan kamu tidak mungkin kembali ke mess tengah malam kan" Risa sepertinya mengerti. Tentu saja mereka merasa sungkan melintasi pos security di tengah malam. Belum lagi seorang pria dan wanita. Dalam bingung Risa akhirnya meraih dres yang dimaksud bos Glen tadi. Ya, bos Glen bilang dia menyukai dress ini kan. Risa akan mencobanya nanti. Apapun. Asal bos Glen menyukainya. Agaknya Risa sudah menyerahkan semua akan kemauan kekasihnya itu.
Dua potong kaos polos dengan warna yang sama. Celana jeans dan sebuah celana berbahan katun yang nyaman. Setelah transaksi pembayaran keduanya bersiap meninggalkan store pakaian. Bos Glen kali ini tidak meninggalkan Risa di belakang punggungnya. Dia meletakkan tangannya mengalung di leher belakang Risa. Mereka berjalan berdampingan dengan jarak tinggi badan yang cukup signifikan. Bos Glen bahkan dengan mudahnya mengecup rambut Risa. Pria itu mengelus pelan kepala kekasihnya. Dia memang menyukai pesona polos dan apa adanya pada gadis ini. Mereka bersiap meninggalkan gedung mall.
Sebuah hotel menjadi tujuan selanjutnya. Glen meminta jasa valet dan turun di lobi hotel dengan kantong belanjaan mereka. Risa mengikuti saja. Mereka menuju sebuah ruangan di lantai atas. Seorang pelayan membukakan pintu dan menyerahkan kartu akses pada bos Glen. Pria itu masuk dengan langkah santai. Dia merebahkan diri di sofa melemaskan otot kaki dengan mengangkat betisnya ke atas meja. Risa masih bingung harus bagaimana. Gadis itu hanya berdiri sembari pandangannya menyapu sekitar. Dia jelas melihat bos Glen sudah merebahkan diri di sofa. Tapi Risa tidak tahu harus bagaimana. Dia merasa tak nyaman kini.
"Risa" Suara bos Glen mengejutkan Risa
"Sini. Duduk dan cobalah barang pilihan mu tadi" ujar bos Glen menepuk sofa. Dia meminta gadisnya duduk di sebelahnya. Bos Glen sadar betul dengan wajah bingung kekasihnya. Dia juga tahu jika Risa terlihat gugup saat ini. Maka dari itu sebagai pria dewasa bos Glen pasti lebih tahu bagaimana menghadapinya.
Risa berjalan perlahan dan memberanikan diri duduk di sebelah bos Glen. Pria itu segera menarik kaki panjangnya yang berselonjor. Dia mengganti posisi duduknya menghadap Risa. Bos Glen tertawa lucu menyadari Risa yang duduk tegap dan tegang.
"Kamu kenapa?" tanya bos Glen seolah tak mengerti. Risa membuang nafas berat. Alisnya bertautan.
"Bos ini pertama kali aku menginap di hotel dengan pria. Aku. Aku-" Risa tak bisa melanjutkan kalimatnya. Bos Glen menatap mata Risa sambil menggaris senyuman. Jarinya mengelus lembut dahi Risa yang sedikit berkeringat
"Kamu gugup?" Risa mengangguk perlahan. Bos Glen menatap dalam wajah Risa. Dia kembali menarik senyuman.
"Kamu begitu cantik dan cerdas. Kamu begitu mempesona. Saya sangat beruntung" Kalimat bos Glen tak begitu dimengerti Risa. Tapi apapun kalimat itu membuat Risa merasa sangat istimewa. Bagaimana mungkin bos Glen merasa beruntung karena dirinya. Bukannya malah sebaliknya.
"Tidak apa. Take your breath" ujar bos Glen menarik nafas dalam. Dia mencontohkan Risa supaya rileks. Risa mengikuti gerakan bos Glen hingga beberapa kali.
"Lebih baik" Risa mengangguk dengan kalimat bos Glen. Pria itu tersenyum lagi.
"Ah, saya lapar" Rengek bos Glen. Dia tadi memang belum makan malam. Risa terlihat panik melihat wajah merengek kekasihnya.
"Mau aku belikan sesuatu? bos Glen mau makan apa?" tanya Risa penuh perhatian. Dia menatap dekat wajah kekasihnya yang terlihat sangat lapar. Risa jadi merasa bersalah karena dia yang menghabiskan semua menu makan malam mereka. Dan Risa tak mungkin bisa memasak di dalam kamar hotel. Di ruangan ini tidak dilengkapi kitchen. Hanya sofa dengan televisi. Ranjang besar beserta lemari. Kamar mandi dan banyak interior yang tak penting lainnya. Sebenarnya itu hanya estetika saja Risa. Dia tak pernah ke hotel sebelumnya. Bahkan selalu melewatkan acara perusahaan. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaan dan keluarganya.
Bos Glen menyadari wajah cemas kekasihnya. Pria itu menahan senyumannya. Saat Risa semakin mendekatkan wajahnya bos Glen segera mengangkat wajah dan mengejutkan Risa dengan ekspresi konyolnya. Pria itu sedang membuat lelucon ternyata. Risa berdecak kesal.
"Kau membuatku cemas" kesal Risa melipat tangan di dada.
"Kamu mencemaskan saya?" goda bos Glen lagi
"Tapi saya memang lapar sayang" Risa menoleh lagi ke arah bos Glen. Dia meyakinkan diri jika kali ini pria nya itu tidak sedang menggodanya lagi.
Kedua tangan bos Glen segera mendekap bahu Risa. Bukan hanya mengejutkan wajah Risa. Pria itu seperti menerkam dan menjatuhkan tubuh Risa yang tanpa perlawanan. Ya, dorongan dari pundaknya membuat tubuh Risa jatuh di atas sofa. Gadis itu hanya bisa bengong mendapati wajah bos Glen sudah tepat berada di atas wajahnya.
"Risa aku lapar. Aku ingin memakanmu"