"Risa aku lapar. Aku ingin memakanmu" Kalimat bos Glen membuat mata Risa membesar. Wajah serius bos Glen membuat gadis itu sedikit takut. Dia tak mengerti dengan serangan tiba-tiba kekasihnya. Tapi bagaimanapun Risa tak bisa menolak. Jari bos Glen melepas karet pengikat rambut Risa. Membiarkan rambut panjang Risa mengurai dan berantakan. Bahkan sebagian menyentuh lantai. Kedua tangan Glen menumpu badannya supaya tetap seimbang di atas tubuh Risa yang masih tanpa ekspresi jelas.
"Sayang, saya menyukaimu" Risa tahu itu. Bahkan berkali-kali bos Glen mengatakannya hari ini. Dia bisa melihat sorot jelas dari mata bos Glen. Risa seakan paham mengapa mereka disini malam ini. Dengan memantapkan hati. Walau masih ragu. Risa menutup matanya perlahan. Bos Glen tertawa kecil. Dia memperhatikan raut polos wajah Risa. Kepalanya perlahan turun. Bibirnya mendekati telinga Risa.
"Sayang" Risa merasakan nafas hangat di sisi wajahnya.
"Ayo mandi!" ujar bos Glen seraya bangkit dari posisinya. Dia menarik tangan Risa dan memaksa gadisnya untuk segera bangkit dari baringan. Risa membuka matanya dengan syok. Dia membuang nafas lega. Gadis itu merasakan beban di dadanya mendadak lepas bersamaan dengan Co2 yang dia hembus kan. Bos Glen membuatnya gila.
"Kau benar-benar gila" gerutu Risa menutup kedua wajahnya dengan bantal sofa. Semua terasa panas di tubuhnya. Dia mengacak-acak rambutnya yang memang sudah tak beraturan. Bos Glen sendiri menahan tawa di balik pintu kamar mandi. Dia tersenyum penuh arti. Wajah polos dan tingkah menggemaskan gadis itu membuat libidonya semakin meningkat. Dia sadar juniornya sudah tak bisa menunggu lama lagi.
"Sabar" ujarnya pelan dan segera merendam diri di bathup.
Tak lama kemudian. Risa menerobos masuk kamar mandi saat pintu baru saja diputar. Bahu bos Glen yang ditabrak Risa cukup membuat pria itu terkejut. Apa-apaan itu. Tentu saja bos Glen mengerti. Gadis itu masih malu dengan godaanya tadi. Ah, bukan hanya itu. Sebenarnya Risa tak mau melihat tubuh terbuka kekasihnya seperti tempo hari. Gadis itu juga punya kesabaran. Dia tak tahu kapan kesabaran hatinya akan runtuh. Bos Glen tertawa lucu. Pria itu tak berniat mengganti kimono handuknya. Dia melipat kaki di atas sofa sebari meneguk minuman manis. Bos Glen menanti Risa.
Baru saja bos Glen hendak menikmati tegukan terakhir dari botol minumannya. Risa muncul di balik daun pintu dengan bahasa tubuh canggu. Bos Glen meletakkan botol minumannya. Dia terpaku melihat Risa yang menggunakan dress hitam yang tadi mereka beli. Gadis itu sengaja mengenakan dress itu? batin bos Glen bergejolak. Apa dia mempermainkan naluri priaku? suara batin bos Glen kian memprovokasi. Risa menatap bos Glen ragu. Gadis itu berdiri kaku. Dia tak yakin dress mahal ini cocok untuknya. Risa sedikit risih mengetahui panjang dress hanya bisa menutup setengah pahanya. Bos Glen segera berdiri. Dia menghampiri posisi Risa dengan mata tak berkedip.
Telapak kekar bos Glen mencengkram pangkal lengan Risa. Dengan penuh tenaga. Ya, gadis itu sedikit meringis dan melirik cengkraman kuat di tangannya. Urat tangan yang menegang di antara tarikan jari bos Glen mengurat jelas. Bos Glen menarik tubuh Risa hingga terbentur di dadanya. Pria itu mendekap erat. Dia membiarkan lama pelukannya. Menarik aroma segar dari rambut basah gadisnya. Risa sedikit berjinjit. Kedua tangannya memberi pembatas di antara dada mereka.
Kedua telapak tangan bos Glen bisa merasakan kulit lembut punggung Risa yang terbuka. Gadis itu tak bisa memasang aksen tali di belakang punggungnya seorang diri. Bos Glen mengelus dengan penuh perasaan. Sentuhan hangat dari tangan pria tampan itu membuat ketegangan Risa turun. Dia mulai menikmati sentuhan hangat telapak tangan bos Glen di kulit punggungnya yang terbuka hingga pinggang belakang.
"Apa dress ini cocok untukku?" tanya Risa polos. Bos Glen mempererat pelukannya. Harusnya Risa diam saja. Kalimat barusan membuat pria itu kian lepas kendali. Risa bisa merasakan sesuatu menonjol di bawah sana. Bos Glen tak bisa berkata-kata. Dia hanya terus mengelus punggung Risa dan menikmati aroma tubuh gadisnya. Bos Glen membantu mengikat tali di punggung Risa perlahan.
"Risa, saya tahu ini pertama untukmu" degup jantung Risa kian berpacu mendengar kalimat pelan dari bibir bos Glen. Agaknya gadis itu sudah terlanjur paham akan makna yang tersirat dalam kalimat barusan. Risa menelan ludah dengan sulit. Tenggorokannya sepertinya kering.
"Saya tahu kamu takut dengan saya. Mungkin kamu juga belum nyaman" Risa menggeleng ragu. Tapi jelas hatinya setuju. Tentu saja mereka baru saling mengenal dan ini semua begitu cepat. Bagaimana pun masih ada keraguan di hati Risa. Memang gadis itu bisa menerima pesona bos Glen. Tentu saja, gadis mana yang akan menolak. Tapi semua ini membuat Risa sedikit cemas.
"Risa. Saya sangat cinta kamu. Kamu gadis baik dan cantik. Saya ingin selalu bersama kamu" bos Glen menarik kepalanya hingga kini kedua hidung mereka bertemu. matanya menatap dalam sorot mata Risa. Gadis itu mencoba meyakinkan diri sendiri jika pria dihadapannya ini sungguh sangat menyukainya. Jika bos Glen sungguh-sungguh jatuh cinta padanya. Walau terlalu singkat. Walau terlalu cepat. Risa hanya ingin percaya. Dia mencoba mempercayai semua kebaikan bos Glen padanya.
Bos Glen menurunkan posisi tangannya. Dia memeluk erat pinggang ramping Risa. Hingga gadis itu harus menyisakan jarak diantara kedua wajah mereka saja. Risa semakin merasakan pergerakan di bawah sana. Sesuatu hidup menyentuh kulit pinggangnya. Bos Glen merebahkan diri di sofa. Dia sedikit pegal jika terus membungkuk menyamakan tinggi mereka. Tarikan tangan bos Glen membuat Risa harus duduk di pangkuan kekasihnya. Dia seperti gadis kecil yang kikuk di hadapan pria dewasa yang siap memangsa. Risa mencoba mengangkat wajahnya. Membalas tatapan tajam mata bos Glen.
"mmm. Bos.." Risa bingung harus bagaimana melembutkan tatapan tajam bos Glen yang seperti pedang pada dirinya.
"Call me Honey, jangan panggil saya bos diluar seperti ini" pinta bos Glen serius. Risa semakin salah tingkah. Tatapan pria ini kian menusuk dalam. Dengan menarik nafas panjang Risa mencoba mengikuti kemauan bos Glen.
"Sayang.. ngg-" Risa hanya bisa pasrah saat tangkapan bibir bos Glen melumat habis bibirnya. Dia tak sempat menyelesaikan kalimatnya. Dengungan suara dari pergerakan mereka seolah semakin menambah gairah diantara keduanya. Risa menyentuh kulit wajah Glen dengan ragu. Glen menyambar telapak Risa dan meminta gadis itu menyentuh kulit wajahnya hingga turun ke leher jenjang Glen. Risa mengikuti dan menikmatinya. Kecupan yang terus menerus hingga berbunyi jelas. Keduanya terbakar hasrat bersama.
Bos Glen semakin menarik pinggang Risa hingga duduk di pangkal pahanya. Dia sudah dibatas pertahanannya sebagai lelaki. Bos Glen membuka ikatan tali piyama handuknya hingga tubuhnya terlihat jelas. Telapaknya bermain-main di punggung Risa hingga tak sabar lagi menjatuhkan pundak dress Risa. Risa menggigit pelan bibir bos Glen. Dia tak sanggup menerima rangsangan indah di tubuhnya. Ini baru pertama kalinya untuk Risa. Dan gadis itu bergejolak hebat. Dia bahkan berkali-kali menggeser posisi duduknya. Perasaan apa ini, rasa takut dan tak ingin lepas. Risa mencoba menahan semua perasaan baru yang menyergapnya. Apakah seperti ini rasanya melakukan hal 'ini' dengan orang yang kau sukai? Risa tak percaya. Ini sungguh tak bisa dipercaya, gadis itu larut dalam pelukan bos Glen.