"Aku akan memakai lip balm dari bibir mu" bisik bos Glen. Pria itu mencuri lip balm dari jari Risa yang masih mematung. Dengan asal bos Glen mengoleskan lip balm ke bibir Risa. Saking asalnya sampai melewati garis bibir gadisnya. Risa hanya melongo mendapatkan perlakuan dari bos Glen. Sekali lagi bos Glen menyambar bibir kekasihnya, kali ini lebih lama dan panas, pria itu menikmati bibir Risa dengan penuh penghayatan. Tangan Risa yang mematung akhirnya jatuh, turun ke ranjang, jarinya meremas sprai mendapati gigitan-gigitan menggemaskan dari bos Glen. Setelah beberapa detik bos Glen menarik bibirnya. Dia menahan tawa mendapati wajah polos Risa yang masih melongo. Ujung jari jempol bos Glen mengelap bibir basah kekasihnya, ada rona merah bekas gigitan di bibir mungil Risa.
"Sayang, sebaiknya kita keluar" ujar bos Glen. Risa tersadar, dia segera mengangguk perlahan. "Saya khawatir ada rekanmu yang penasaran" lanjut bos Glen membuat Risa segera sadar sempurna. Ya ampun! apa yang akan mereka lakukan kalau sampai ada yang memergoki. Sebaiknya harus keluar dari gedung mes ini! batin Risa berteriak. Sontak wajah polos Risa berubah panik.
Risa meraih tas santainya. Dengan wajah siaga Risa meneliti keluar kamar, dia harus meyakinkan jika suasana aman dari rekan kantornya yang masih di mess. Ketika dirasa aman Risa mengibaskan tangan meminta bos Glen keluar dari kamarnya. Dengan cepat bos Glen menuruni anak tangga, hingga suara sol sepatunya terdengar jelas. Risa menepuk jidat panik, dia takut masih ada rekannya yang tinggal di mess.Risa bersiap memasang heel nya.
"Lho ka Risa, kirain tadi yang turun kakak?" Risa menoleh dan mendapati Joy yang sudah rapi.
"Ah" wajah Risa dibuat setenang mungkin "Kau mau kemana, hari ini cantik sekali!" puji Risa berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Ih kakak!" Joy membuat wajah malu-malu kucing "Berarti Joy tiap hari ga cantik dong!" dengan merenggut Joy protes, Risa tertawa kecil. Tertawa aneh.
"Maksudku kau hari ini sangat cantik!" Joy tersenyum mendengar pujian Risa. Suasana semakin aneh saja.
Tap tap tap!
Reza muncul dari balik tangga. Pria itu memasang wajah sedikit terkejut mendapati Risa dan Joy yang sudah berdandan rapi.
"Ris, bos Glen nungguin lu tuh!" Kedua mata Risa langsung melotot. Dia tak percaya dengan kalimat Reza.
"B, bo, bos-Glen?" Joy menatap Risa heran, begitupun sebaliknya.
"Lu mau kemana? gue rasa bos Glen ada urusan sama lu deh!" lanjut Reza "Masa weekend masih ngurusin kerjaan sih!" dengan wajah kesal Reza berargumen sendiri, Risa semakin tidak enak.
"gu, gue mau pulang, mau ke nyokap!" jawab Risa gagap. Wajah Reza semakin terlihat kesal.
"udah lu pulang aja, tinggalin aja si Glen!" ucapan Reza jelas sekali dia tak menyukai sosok bos Glen. Tentu saja, dimata Reza bos Glen seenaknya pada rekan kerjanya. Risa mengangguk terpaksa.
"Yaudah lu duluan, gue sama Joy belakangan." ucapan Reza membuat Risa pamit duluan. Joy dan Reza saling menatap bingung sesaat melihat tingkah kikuk Risa.
"Gue males ketemu bos Glen dibawah, bentaran baru kita turun yak!" pinta Reza dibalas anggukan setuju Joy. Risa masih jelas menangkap percakapan dua rekannya sambil menuruni anak tangga dengan hati-hati.
"Mereka curiga ga ya!" batin Risa resah. Gadis itu masih berusaha mencuri dengar, tapi sudah tak bisa. Di bawah, bos Glen menyambut Risa dengan wajah sumringah, pria itu terus menerus memasang senyum, dia bahkan membukakan pintu mobil untuk Risa. Sebelum masuk ke mobil dengan perlakuan manis kekasihnya, Risa menoleh ke ujung tangga, berharap Joy dan Reza tak peduli dengan pertemuan mereka.
"Kak, tadi lu lari di tangga ya!" Reza mengerutkan dahi mendengar tudingan Joy.
"Engga ah, orang gue mesen taksi di bawah ko dari tadi!"
"Masa sih?"
"Kok masa sih! gue ke pos security minta izin biar taksi bisa masuk sampe dalem" jelas Reza, Joy terlihat berpikir. "Ko gue denger ada yang nurunin tangga ya!" Joy bingung sendiri. Reza ikut berpikir.
"Gue rasa ada yang ga beres nih!" Joy ikut mengerutkan dahi, bingung.
"Maksud kak Reza gimana?" Reza memasang wajah serius, bergaya ala detektif.
"Sebelumnya gue denger suara cowok dari kamar Risa-"
"WHAT!!" potong Joy berteriak, Reza menutup telinganya cepat.
"Ga tau deh ya, ko gue ngerasa ada yang aneh disini" ujar Reza tak begitu yakin "Mungkin ga sih, Risa bahkan punya dua handphone mahal!" mulut Joy menganga lebar tak percaya dengan kalimat Reza.
"Serius lu kak!"
"Gue liat sendiri!"
"Sumpah?"
"Serius Joy!" Keduanya mencoba berpikir keras. Apa yang sebenarnya terjadi. Suara siapa yang Reza dengar dari kamar Risa, jelas itu suara laki-laki. Siapa yang menuruni anak tangga, Joy jelas mendengar seseorang menuruni tangga dengan cepat. Dua ponsel mewah di kamar risa, dan terakhir keberadaan bos Glen di mess mereka. Belum lagi gaya hidup Risa yang berubah. Memang bos Glen dan Risa sedang terlibat pekerjaan setiap saat, tapi sepertinya ada yang lain. Baik Reza ataupun Joy mencoba menarik kesimpulan sendiri. Reza bahkan pernah melihat Risa berbelanja untuk bos Glen. Pria itu semakin curiga dengan hubungan Risa dan bos Glen. Pakaian sederhana yang dikenakan Risa tadi, memang blus dan jeans, tapi sebagai pekerja mode baik Joy ataupun Reza tahu pasti berapa dalam kocek yang harus dirogoh untuk bisa memakainya.
"Mungkin ga sih!" Wajah Joy ragu, begitupun Reza.
"Jangan bilang pikiran lu sama kaya gue!" tebak Reza.
"Menurut kakak?"
"ga tau deh! kita harus cari tau lagi" Reza mencoba menyudahi pendapat mereka perihal Risa dan bos Glen."oh my, taksi kita udah nunggu dari tadi!" dengan berlari Reza dan Joy menuruni anak tangga.
Mobil bos Glen sudah lebih dulu meninggalkan jalan beraspal halaman perusahaan, disusul taksi yang ditumpangi Reza dan Joy.
"Oh iya ka, Risa pernah kesel sama gue tau!" curhat Joy dengan wajah manja, Reza mengerutkan dahi.
"Masa sih. Risa bukan tipe cepet marah, doi tuh care banget jadi orang" sanggah Reza tak percaya dengan kalimat Joy.
"Serius ka, mukanya ga enak gitu tau!" Joy berusaha meyakinkan, dia mencoba meng-copy ekspresi Risa waktu itu. "Gitu deh! ketus banget gara-gara gue ngomongin bos Glen!"
"Serius!" Reza mulai terbawa suasana, suasana topik hangat gosip panas! Joy mengangguk mendukung opininya supaya lebih meyakinkan.
"Jelas banget ga sih sekarang? gue yakin ka Risa sama bos Glen ada apa apa deh!" Reza mengangguk lagi.
"Gile kalo bener sih, pantes aja doi bisa beli hengpong mahal ciiint!"
"Gila banget sih, lu bayangin dong ka, kalo nemenin makan aja dapet hape mehong, bisa bisa.." Joy semakin membuat topik gosip kian mengepul panas.
"Gilee, ga kebayang ya beb. Risa jago juga ya!" wajah Reza meraut iri.
"Tapi kalo gue sih ogah lah, secara cowok kaya gitu pasti hubungan complicated ka! orangnya egois, sombong, ga-ga deh!"
"Bener! inget kata-kata doi ke Bunga, belom lagi tadi pas gue ketemu di lobi, jangankan senyum" Reza menarik nafas dengan gaya centilnya, dia memasang wajah datar menirukan ekspresi wajah bos Glen "Panggil Risa, saya sudah menunggu di sini!" Joy melongo mendapati wajah sombong Reza yang profesional sekali menirukan mimik bos Glen.
"Gila kali, dia kira gue kacung apa! enak banget nyuruh orang!" kesal Reza, baik Joy atau Reza mereka jelas tak menyukai karakter bos Glen.