Seminggu berlalu
Risa bersiap membawa file besar di tangannya, dia akan menemui ibu direktur. Reza dan Joy mencuri lirik di belakang punggung Risa. tanpa gadis itu sadari rekan kantornya sedang membaca gerak-gerik tubuhnya akhir-akhir ini.
"Jangan-jangan benar dugaan kita kak!" Reza gantian mengangguk mendengar ucapan Joy.
"Semenjak bos Glenn pulang kampung, Risa sepertinya tidak seceria seperti dulu!" Reza dan Joy masih terus bergosip. Bunga mencuri dengar dari mejanya.
"Lu berdua ngomongin apaan sih? "Kepo bunga pada Reza dan Joy yang kompak menoleh. Mereka bertiga berjongkok bersama dibalik komputer meja Reza, berbisik dan membicarakan Riza.
"Serius!" Ujar bunga dengan suara lepas.
"Sstt!! "Reza meminta bunga memelankan suaranya.
"Jadi pacar Risa itu, bos Glenn!" Meski suara bunga sudah dipelankan tetap saja terdengar jelas.
"hei, apaan sih kalian!" Alika bangun dari kursinya, menatap heran ketiga rekan kantornya yang terlihat berunding dengan penuh rahasia. Alika ikut bergabung. Reza berisik sekali lagi.
"Haaahhh!!" Dengan suara tinggi Alika melongo tak percaya. Reza berdeset sekali lagi, dengan wajah kesal. Teman-teman wanitanya ini memang berisik. Reza takut Risa mendengar pembicaraan mereka.
"Ini serius," tanya Alika dengan wajah lebih serius lagi. Reza dan Joy mengangguk kompak, mereka mengeluarkan opini sesuai jalan pikiran masing-masing, sehingga semua setuju jika Riza dan bos Glenn memang mempunyai hubungan khusus yang tidak mereka ketahui secara terang-terangan.
"Haaa gila sih! Itu sama aja sama jual diri kan! "Pendapat bunga membuat rekan yang lainnya melotot terkejut.
"Kok lu bilang begitu sih ngga?"
"Yaiyalah, mana ada sih, cowok ngasih lu barang mewah, branded, kalau bukan dia juga menginginkan sesuatu dari diri lu! "Dengan wajah sewot bunga menjelaskan penuh semangat. Rekan yang lain jadi ikut berfikir.
"Lagian ya, Risa tuh masih perawan. Masih polos banget deh! Makanya bos Glenn mengincar dia! Secara Risa tuh masih gampang lah dikibulin! "Alika, Joy, Reza, manggut-manggut setuju dengan penjabaran tak masuk akal dari bibir bunga.
"Gila sih, ponsel mewah! Gue aja nggak kebeli kebeli! "Ujar Reza
" ya iyalah, ponsel mewah, berlian, gila nggak tuh! "Bunga geleng-geleng kepala.
"Tapi, bukannya itu lebih baik ya.. "pendapat Alika mendapat balasan wajah sewot dari bunga, maksudnya lebih baik bagaimana?
"bayangin dong, daripada lu hampir 4 tahun jalan sama cowok tapi nggak dapat apa-apa and!" Tuding Alika membuat bunga kesal.
"Sorry ya, gue bukan jual diri kali! "Balas bunga marah. Reza dan Joy saling bertukar tatapan bingung. Mereka tak mau memihak kepada salah satu diantara rekannya ini.
"lagian please Risa itu udah gede, masa kayak gitu doang doi nggak punya gambaran, sekalipun Doii pacaran sama bos Glen ya bagus dong! Bos Glen itu kan ganteng, kayak, didikan tinggi lagi! "Joy melongo begitupun Reza. Walaupun bos Glen menyebalkan tapi kenyataan memang pria itu bukanlah orang biasa, wajar sih bos Glen itu sombong. Mereka berada di level yang berbeda.
"Iya sih.." gumam Reza dia manggut-manggut dengan ucapan Alika barusan.
"Jadi Risa beruntung dong ya!" Joy jadi iri "pantes Risa mau, secara bos grand ganteng tinggi tajir banyak duit.."ucap Joy dengan nada iri. Alika menaikkan alisnya, ucapannya benarkan!
"lu juga deh! Kalau bos Glen yang nembak nggak bakalan nolak kan? apalagi sambil nyodorin barang mewah, mau lu di fuck setiap hari juga pasrahkan!" walau kasar kalimat Alika barusan sangat realistis. Ayolah kalian semua cewek-cewek metropolitan jangan pada muna deh! Kalian juga pengen kan!
"yang gue bingung tuh ya kalau cewek bertahun-tahun pacaran tapi nggak ada kejelasan. Bilangnya sih atas dasar cinta. Itu cinta apa bodoh! "sambil melengos dengan wajah songong Alika meninggalkan rekan-rekannya. bunga melirik sinis. Dia tahu betul maksud kalimat terakhir Alika. Iya, dia sudah lama pacaran dengan kekasihnya, dia tidak minta dibelikan barang mewah, dia juga dengan senang hati berbagi ranjang bersama, terus kenapa! Batin bunga kesal.
" Udah-udah!! "Reza berusaha menenangkan bunga yang hampir terpancing emosi. Biasanya perdebatan masalah pekerjaan sudah biasa di ruangan ini tapi kali ini memperdebatkan masalah status. Oh my God! Reza dan Joy memasang wajah bingung. Kenapa mereka yang ribet ya!
"Ada apa?" Risa kembali ke ruangan dan mendapatkan atmosfer aneh rekan-rekannya. Belum lagi tetapan Joy dan Reza padanya. Risa memasang wajah curiga.
"Kenapa?" Tanya risa sekali lagi.dengan langkah pelan Joy dan Reza mendekati Reza. Keduanya saling memandang bingung sejenak.
"Ris, gue boleh nanya nggak?"dengan ragu-ragu Reza membuka mulut, Risa mengangguk cepat sambil kembali ke meja dan mengatur file pekerjaannya.
"Lu.. sama bos gen pacaran ya? "
BRAAAKK!!!!
File berat di tangan Risa terjatuh ke atas meja kayu. Mendengarkan pertanyaan Reza membuat Risa mematung. Kenapa tiba-tiba Reza bertanya seperti itu. benarkah dugaan dia sebelumnya jika rekannya itu sudah curiga. Risa menarik nafas mencoba menenangkan diri dan mengumpulkan keberanian.
Joy menunduk takut. Bunga menyimak di antara fokus mata ke komputer. Alika mendorong mundur kursi dengan kaki menapak pada meja dia menyimak obrolan Risa dan Reza.
"Sorisa, gue nanya kayak gini sama lu "tapi Risa malah menarik senyum meski terpaksa sambil mengangguk.
"Iya. Gue sama bos Glen berpacaran!" Ujar Reza mantap. Alika dan bunga segera berdiri dari mejanya.
"Serius lu? "Reza tak percaya, dugaan dia selama ini benar adanya. Joy memberanikan diri mengangkat kepala.
"iya" risa tak ingin menyimpan rahasia hubungannya lagi. Dia ingin semua orang tahu jika dia dan bos Glen memang ada hubungan. Dia akan memikirkan kedepannya nanti, dia juga belum menceritakan semua ini kepada bos Glen. Dia mengambil keputusan sendiri.
"Selamat Yaris, lu beruntung banget!" Ujar bunga lalu mendaratkan pelukan akrab. Ya, tipe-tipe teman seperti duit, depan dan belakang berbeda.
"Thanks bunga, thanks Alika!" balas Risa dengan senyuman. Reza dan Joy sekarang tersenyum, Reza merasa nggak bisa mendengar langsung pengakuan Risa. Dia tak perlu bergosip di belakang Risa lagi. Karena mulai sekarang mereka bisa berbicara langsung dan mendengar semuanya dari Risa.
"Selamat ya sayang.." giliran Reza yang memeluk erat, semua berbagi pelukan bersama bergantian. Ketegangan di antara bunga dan Alika pun mereda. Mereka kembali berkumpul seperti sebelumnya, melewatkan makan siang bersama di kafetaria.
Di kantin
"baru jadian udah LDR, pasti berat dong buat kalian?" Tanya Joy di sela makan siang mereka.
"Tapi.. bos bulan sering nelpon Khan sa?" Bunga tak tahan ingin kepo. Risa menarik napas berat.
"Kayaknya gue harus marah sekali. Udah hampir 1 minggu dan bos Glen belum sekali pun menghubungi gue! "Kesal Risa lalu melahap habis makanannya dengan emosi. Sebagai bentuk pelampiasan.
"hahaha, sebelum lu marah pastiin dulu doi nggak lagi bad mood!" Saran Reza membuat Risa mengangguk setuju.
"lagian kan bos Glen pulang karena memang sedang ada musibah" Riza mengangguk mendengar kalimat Reza barusan, ya. Reza memang benar
"By the way, produk bos Glen sudah diproduksi semua ya? "Bisa mengangguk membalas pertanyaan Alika.
"mungkin sebulan kemudian semua produk toko bos Glen sudah selesai diproduksi!" pendapat Alika baru saat membuat Risa menghentikan suapan nya.
"Alika benar, karena store-nya memesan per musim jadi pekerjaannya di sini cepat selesai. Cuma tenang aja sa, pastibos Glenn masih ih sering ke sini lagi kan! "Reza sendiri tak yakin dengan ucapannya dia hanya mencoba menghibur Isa, menyadari hubungan kerja antara Risa dan bos Glen akan cepat berakhir.
"hubungan 2 negara itu lumayan penuh pengorbanan ya!" Joy dan Reza berbagi cerita, sementara Risa hanya menyimak dengan tatapan mata mengambang. Dia tak punya pengalaman.
"Gue dengar sih, untuk bisa stay aja habisin puluhan juta! "
"Belum lagi masalah perbedaan kultur, perihal anak, orang tua dan lain-lain deh! "
"Memang nggak gampang sih apa lagi kalau sampai menikah sama orang luar"
"Yaiyalah, udah pasti sering ldr-an, belum lagi komunikasi karena berbeda bahasa, kalau kita enggak pinter-pinter saling melengkapi dan saling mengerti bisa-bisa Done deh semua! "
Risa hanya bisa mendengar obrolan teman-temannya. Di kepalanya hanya terbayang wajah bos Glen saja. Wajah sedih kekasihnya sesaat sebelum mereka berpisah. Sementara Reza harus menyimpan kesedihan nya sendiri. Riza sudah berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaannya, berusaha tidak memikirkan kekasihnya terus secara berlebihan. di dalam hati Risa dia sangat mencemaskan keadaan bos grand disana. Apa dia sudah bisa tersenyum, apa dia masih menangis, apa bos Glen masih mengingat dirinya. Risa mengangkat ponsel di bawah meja. Dia mendapati banyak pesan tapi bukan dari kekasihnya. Risa menghela nafas berat lalu melanjutkan makan siangnya, nafsu makannya seketika berkurang.