Chapter 28 - Bab 28

Hanya hati dan ketetapan hatilah yang sejujurnya bisa diandalkan. Keputusan menikah ini adalah keputusan yang indah. Menikah memang penting, tapi yang paling penting adalah setelah menikahnya...

-Soully Angel-

***

Soully sudah berdiri di depan pintu kamarnya yang tertutup. Ia ragu dan berjalan perlahan. Sebenarnya apa yang direncanakan Rona sehingga ia nekad membawa Soully pulang. Dengan takut Soully membuka pintu kamarnya. Matanya membulat penuh. Seisi kamarnya sungguh seperti kapal pecah yang tak bisa ia kembalikan utuh seperti semula.

Tadi, ketika Rona pergi untuk membawa Soully, Yafizan berusaha sekuat tenaganya menahan agar energi panas dalam jiwanya membuat ia memilih memporak-porandakan seisi kamarnya daripada ia harus membakar sesuatu yang bisa membahayakan orang lain ataupun merugikannya.

Soully berjalan memasuki kamarnya. Semua barang-barang hancur dan berserakan di lantai.

"Apa-apaan ini?...Oh ya ampunn..." gumam Soully tercengang.

Hingga ia menyadari sosok tubuh yang dikenalnya terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Dengan mata yang terpejam nafasnya naik turun tak beraturan. Seakan ia mengalami sesak nafas yang berat. Keringat yang membasahi seluruh permukaan wajahnya seperti habis disiram air dengan sengaja.

Di bawah alam sadarnya lagi-lagi sesosok gadis yang memanggilnya 'Paman' muncul kembali. Sekelebatan bayangan masa lalu ketika ia bertarung lalu menangisi perempuan yang terkulai tak bernyawa dipangkuannya.

Soully mendekatkan dirinya untuk menghampiri Yafizan yang gelisah dalam pejamnya.

"Kenapa lelaki ini? Apa dia sakit?" ucap Soully pelan.

Lalu tangannya dengan perlahan mengusap peluh yang membasahi dahi suaminya itu.

"Oh, kenapa panas sekali?" ujar Soully saat tangannya menyentuh kening Yafizan. "Hei, bangunlah," Soully mulai cemas. "Kau...kenapa seperti ini?" panik Soully lalu berlari hendak memanggil Rona.

"Aww..." Soully terjatuh karena tersandung benda-benda yang berserakan di lantai kamarnya. Pecahan benda berbentuk tajam menusuk telapak tangannya. Soully terbangun lalu membalut asal tangannya yang berdarah dengan tissue untuk sementara.

"Kak Rona!" teriak Soully panik memanggil Rona. "Ke mana dia? Kak Rona?!" Soully mencari-cari Rona di seluruh ruangan, namun ke mana perginya Rona saat ini? Bahkan ia tak memberitahu ke mana ia pergi. Padahal tak selang berapa lama saat Soully meninggalkannya di bawah tadi.

Dengan kaki yang kesakitan karena keseleo saat terjatuh tadi dan tangannya yang masih mengeluarkan darah karena terluka, Soully akhirnya berusaha dengan telaten merawat Yafizan sendirian. Dengan tertatih-tatih ia membawa semangkok air dan handuk kecil untuk mengompres suaminya setelah ia mencari kotak obat yang setidaknya bisa meringankan demamnya.

Dengan telaten Soully mengusap peluh dan mengompres Yafizan. Hatinya begitu cemas karena Yafizan tak kunjung membuka matanya. Berulang kali ia memanggil dan mencoba membangunkannya. Namun, tetap saja Yafizan tak sadarkan diri. Soully semakin khawatir, karena ia sendirian saat ini. Rona, entah pergi ke mana orang itu padahal Soully sangat membutuhkannya. Hanya ada Erick yang terlintas difikirannya saat itu. Namun, ia juga tak tahu harus menghubunginya ke mana, karena ia sama sekali tak mengingat nomor ponselnya.

"Bangunlah...kumohon bangunlah..." mohon Soully parau. Dia mengguncang-guncangkan tubuh Yafizan. Soully terlalu putus asa. Takut jika terjadi apa-apa pada lelaki yang ada dihadapannya.

Yafizan menggeliat semakin kesakitan. Seketika itu ia terbangun karena sakit di kepalanya semakin mendera. Mata dan tangannya masih merah menyala. Bagai monster ia tak menyadari Soully berada dihadapannya. Ia mengamuk tak jelas, melempar apapun yang ada didekatnya. Bahkan ia pun melemparkan bantal guling kepada Soully yang ia kira itu hanya gangguan untuknya.

ARRRGGHHH

Yafizan mengerang kesakitan. Soully berusaha mendekatinya. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Apa ini yang di maksud Rona dengan rahasia yang akan segera diketahuinya. Yafizan hampir membenturkan kepalanya ke dinding ketika Soully menyadari hal itu, segera ia memeluk dan merangkul tubuh Yafizan dari belakang. Soully menahan kepala Yafizan dari benturan tersebut denganย  tangannya yang terluka itu. Aww, hanya ringisan itu yang keluar dari mulut mungilnya.

Soully menarik tubuh Yafizan yang terasa berat saat itu. Menggenggam telapak tanggannya lalu merangkulnya erat dari pinggir. Menahan tubuh Yafizan sehingga dirinya pun terdiam dalam kesakitannya.

Soully pecah dalam tangisnya. "Sesakit itukah? Dengan cara apa aku harus membantumu meredakan sakitnya? Tolong segera sadarlah..." mohon Soully merasa ketakutan hingga terasa sesak.

Tiba-tiba ada rasa ketenangan dan kesejukan dalam diri Yafizan. Ia merasakan hawa sejuk itu lagi. Bara api dalam jiwanya perlahan mereda. Iris matanya yang merah mulai normal kembali. Cahaya merah yang membara di telapak tangannya pun sudah berubah warna menjadi putih kebiruan yang artinya sejuk. Sakit di kepalanya pun mereda kemudian hampir menghilang.

Yafizan tersadar, sebuah tangan mungil melingkar memeluk perutnya sambil menggenggam tangannya erat dengan gemetaran. Ditengoknya ke samping, ia melihat Soully yang bergerak karena menangis tersedu-sedu di belakang antara lengan punggungnya. Yafizan melihat perubahan warna di telapak tangannya, sejenak sebelum ia menyadari perempuan yang sedang memeluknya erat dan gemetaran itu adalah sang istri yang sempat dibawa kabur Erick.

"Hei...kenapa kau cengeng sekali?" lirih Yafizan.

Ia lalu menarik tangan Soully dan melepaskan pelukannya yang melingkar dari perutnya. Namun, Soully tak bergeming, ia malah mempererat pelukannya dari belakang dan tak mau dipindah untuk menghadap pria yang tadi sempat hilang kesadarannya. Yafizan tersenyum getir, membiarkan perempuan mungil itu memeluknya erat walaupun dari samping belakangnya.

"Kau...ba-baik sa-ja...?" tanya Soully terbata-bata, ia masih terisak dalam tangisnya.

"Aku sudah membaik..." jawab Yafizan yang pada akhirnya membalikan badannya dan menghadap Soully yang sedang menangis.

Soully mendongakkan wajahnya yang penuh dengan uraian air mata. Kali ini ia memang melihat wajah tampan Yafizan yang normal kembali dan baik-baik saja. Dilihatnya kedua telapak tangan Yafizan yang tadi terlihat bara merah kini putih kebiruan dan hampir tak terlihat. Ya, kejadian barusan entah mengapa membuat Soully bisa melihat cahaya itu...

"Ya, kau memang sudah baik-baik saja...kini kau memang sudah menjadi Tuan Yafizan yang arogant lagi. Monster jahatnya sudah menghilang..." tangis Soully pecah. Dan itu membuat Yafizan semakin tersenyum lebar dan sedikit tertawa saat mendengar perkataan Soully yang polos. Ia memberanikan diri memeluk erat tubuh Soully dan menenangkannya.

"Aku baik-baik saja...maafkan aku..." ucap Yafizan lirih seraya menenangkannya.

"Tapi aku tak baik-baik saja..."

"Kenapa?" tanya Yafizan cemas yang secara refleks menarik tubuhnya dan mecengkram bahu Soully dengan erat. "Apa kau sakit? Apa kau terluka? Atau...kau akan pergi lagi dengan si brengsek itu?" cecarnya terus bertanya saat ia menyadari kejadian sebelumnya ketika ia tanpa sengaja menyakiti Soully.

"Ya, aku tak baik-baik saja setelah kekacauan yang kau buat. Bagaimana aku bisa membersihkan seluruh kamar yang sudah seperti kapal pecah ini...?" ucap Souly dalam tangisnya yang semakin menjadi.

Yafizan terdiam dan dilihatnya sekeliling kamarnya itu. Dia menatap Soully dan lagi-lagi ia tertawa. Menarik bahu Soully yang sudah dicengkramnya lalu mendekatkan kearahnya dan memeluknya lagi dengan erat. Di dadanya yang bidang Soully masih menangis, Yafizan mengelus-mengelus rambut kepala Soully, menenangkannya.

***

Rona melihat adegan haru sekaligus konyol itu di balik pintu. Tersenyum lega dan berharap setelah ini akan baik-baik saja. Walaupun ia tahu, selama ingatan Yafizan belum kembali seutuhnya, entah sampai kapan ia akan merasakan kesakitan di kepalanya kembali ketika ia berusaha untuk mengingat. Yang jelas, yang Rona tahu Soully adalah perempuan yang menyelematkan Yafizan dari kecelakaan maut tiga tahun lalu itu. Hanya sebatas itu, dan ia tak berani menceritakan hal itu karena rasa bersalah yang sangat besar karena telah menghilangkan memori kejadian tersebut, sehingga seharusnya Soully mendapat perlakuan balas budi yang setimpal.

Tapi karena kecerobohannya, hanya demi ingin yang terbaik untuk tuan yang sangat dipedulikannya itu, ia malah menghilangkan ingatannya dan menelantarkan Soully sehingga ia berbaring dalam tidur panjangnya dan membuat tuannya menjadi seseorang yang tak tahu berbalas budi. Walaupun sekarang ia berhasil menyatukan mereka dengan ikatan pernikahan, tapi tetap saja hal itu belum sebanding dengan perlakuannya yang telah mengabaikannya dalam masa kritisnya di masa lampau.

Maafkan aku Soully...maafkan aku Bos...saat ini aku belum berani bicara jika perempuan yang jadi istrimu kini adalah malaikat penyelamatmu...persis seperti namanya, Soully Angel. Dia sungguh belahan jiwamu yang berhati malaikat, kau sungguh beruntung memilikinya...

Rona menghilang di balik pintu. Ia pergi meninggalkan dua sejoli yang sedang berpelukan itu. Ketika besok pagi menjelang ia akan segera memberitahu Soully tentang identitas mereka. Karena Rona tahu Soully bukan orang bodoh yang ketika tersadar ia pasti bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Terlebih ia sudah mengalami teleportasi tiga kali dan itu bukan hal yang bisa dilakukan oleh manusia normal seperti dirinya.

Rona melihat layar ponselnya, mengurungkan niatnya sementara karena Soully berhasil menenangkan bosnya itu. Ya, Rona sempat berjalan-jalan mencari udara segar ketika Soully mencarinya tadi dan sebelum ia mendapat balasan dari Naomi yang dihubunginya sejak tadi. Ponselnya terus bergetar ketika ia melihat Naomi mengirimkan sejumlah foto-foto yang ternyata bisa membuat Yafizan menggila tadi ketika ia kehilangan hal penting yang bisa dilihatnya dan membuatnya tenang dalam sekejap.

Foto-foto pernikahan itu, memang siapapun yang melihatnya akan membuat terharu campur bahagia. Kala itu ia melihat bosnya tersenyum tulus dan bahagia di pernikahannya dengan perempuan polos yang belum dicintainya. Tapi kehadiran Soully disampingnya sungguh membuat perubahan besar pada diri tuannya itu.

Kalian sungguh pasangan yang serasi dan memang ditakdirkan untuk bersama...

***

Bersambung...

Jangan lupa Like and Komen'y ya gaeessss ๐Ÿ˜˜

Terimakasih yang masih setia membaca Novelku ๐Ÿ™๐Ÿป