Yafizan melepaskan pelukannya setelah suara tangisan Soully mulai sayup lalu menghilang. Dengan perlahan ia memapah Soully dan mendudukannya di tempat tidur.
"Aku akan ke kamar mandi dulu untuk membersihkan diri. Ini sudah larut malam, sebaiknya kau tidur dan beristirahat," tutur Yafizan yang hanya dibalas anggukan oleh Soully.
Soully memandang Yafizan yang beranjak pergi meninggalkannya hingga hilang di balik pintu kamar mandi. Lalu ia merebahkan dirinya karena memang kedua matanya sudah tak bisa di kompromi lagi.
Yafizan tersenyum tipis di dalam kamar mandi. Seolah tak percaya dengan apa yang dialaminya hari ini. Ia pun tak percaya setelah Soully memasuki hari-harinya, ia lebih sering tersenyum dan tertawa.
Yafizan melangkah ke depan cermin besar yang ada di dalam kamar mandi itu. Ia hendak mencuci wajahnya di atas wastafel yang kontras dengan cermin yang ada di depannya. Sekali lagi dirinya ingin memastikan bahwa ia memang benar-benar sedang bahagia oleh sesuatu yang tak bisa ia jelaskan pula.
Sekejap ia memandang wajahnya di cermin itu. Namun tak lama ia mengerutkan keningnya. Ada noda darah yang sudah mengering di keningnya. Ia mengusap lalu mencium aroma bau amis dari warna merah yang menempel itu.
"Apa ini? Apa keningku terluka? Lalu darah apa ini?" gumamnya sendiri sambil membasuh wajahnya dan membersihkan noda darah itu. Dan benar saja di keningnya tak ada bekas luka apapun.
Ia kemudian melangkahkan kakinya di balik bathroom kaca khusus mandi dengan pancuran dari water shower-nya yang hangat. Guyuran air hangat itu membasahi seluruh tubuhnya dan menyegarkannya. Seketika Yafizan membuka matanya penuh, teringat akan Soully.
Noda darah itu! Tak mungkin darahnya Soully. Apalagi Tamara, tidak mungkin.
Ia segera menyelesaikan ritual mandinya. Memakai jubah mandinya dan bergegas keluar untuk memastikan. Dengan perlahan ia melewati barang-barang yang berserakan di lantai kamarnya, lalu menghampiri Soully yang sudah tertidur lelap.
Diperhatikannya seluruh anggota tubuh Soully dengan menelisik dalam. Hingga ia terpaku kearah telapak tangan soully yang sedikit membengkak dan bekas noda darah yang sudah mengering. Ya, itu adalah tangan yang tertusuk pecahan benda tajam saat ia tersandung dan jatuh tadi.
Diraihnya segera lengan itu untuk memastikan seberapa besar Soully terluka. Yafizan berkaca-kaca, hatinya terasa pilu ketika ia melihat luka sobekan yang cukup mendalam dengan pendarahan yang sudah mengering itu. Ia tak habis fikir terbuat dari apa hati perempuan yang kini jadi istrinya itu sehingga luka yang cukup merobek kulit ari di telapak tangannnya itu pastilah sangat menyakitkan.
Soully yang tadinya terlelap seketika membuka matanya lebar-lebar saat Yafizan memegang dan mengobati tangannya yang terluka itu lalu meniupnya. Ada rasa perih dan sakit sekaligus dingin sehingga membuat Soully terbangun.
"Maaf, aku membangunkanmu," maaf Yafizan.
"Kenapa..." Soully langsung menarik tangannya ketika kesadarannya sudah terkumpul dan ia tak mau membuat Yafizan cemas. Soully lupa untuk membersihkan lukanya karena rasa kantuk yang luar biasa tadi.
"Apa yang membuatmu terluka seperti ini?" Yafizan menarik tangan Soully lagi dengan paksa. Ia sungguh merasa bersalah terlebih luka memar yang masih membekas di tubuhnya dan lengannya itu.
"Aku...ini kecerobohanku. Sungguh ini bukan salahmu. Kali ini aku yang teledor dan tak berhati-hati saat berjalan tadi. Aku kesandung dan..." jelas Soully terputus ketika ia berbicara, Yafizan beranjak berdiri dan mencari sumber kenapa telapak tangan Soully bisa terluka.
Langkahnya terhenti ketika ada noda merah yang sudah mengering di antara serpihan-serpihan benda tajam yang berada di lantai. Yafizan memejamkan matanya, rasa bersalah melingkupi relung hatinya. Coba saja dia tak berbuat kacau seperti itu mungkin Soully takkan tersandung dan terjatuh lalu tangannya menahan dan menimpa serpihan benda tajam itu. Yafizan mengepalkan tangannya lalu cahaya jingga muncul lagi. Saat ini emosinya mulai meluap dan ini dikarenakan ia marah akan kelalaiannya sendiri. Soully yang saat itu melihat emosi suaminya, tak ingin hal buruk terjadi lagi. Tentu saja itu akan membuat ia meguras tenaganya lagi menghadapi lelaki yang hampir menjadi monster ganas.
Soully menghampiri Yafizan lalu meraih tangannya. Dengan tatapan mata dan isyarat gelengan kepala Soully memberitahu bahwa ia baik-baik saja. Namun tak urung emosi yang sudah mulai muncul lagi membuat Yafizan tak bisa menahan egonya. Lagi, genggaman tangan Soully menyejukkannya kembali.
"Yakinlah aku tak apa. Ini sudah malam dan kau juga harus beristirahat. Lagi pula kau sudah mengobati tanganku ini, aku akan periksa kembali lukaku besok pa..."
Cup
Yafizan mendaratkan kecupannya pada bibir Soully sehingga Soully tak bisa meneruskan kata-katanya. Soully segera menghindar. Jantungnya berdegup kencang saat itu. Yafizan tak bisa menahan diri lagi, ia menarik pinggang Soully mendekat kearahnya. Mendongakkan dagu Soully sehingga mata mereka saling pandang. Tak berlama-lama Yafizan langsung melummat bibir Soully. Menikmati setiap kenikmatan dalam lumatan-lumatannya sehingga Soully hampir kehabisan nafas.
"Aku...ingin memilikimu malam ini..." ucap lirih Yafizan di telinga Soully. Lalu ia mencium tengkuk leher Soully sesekali menjilatnya dan memberi tanda kepemilikan di sana. Dia merasakan tubuh Soully menggeliat dan menegang. Entah apa yang kini Soully rasakan. Kali ini dia tak menolaknya. Yafizan memperlakukannya dengan sangat lembut. Soully mulai mengikuti alur-alur permainan bibir Yafizan. Tangannya mulai merangkul leher Yafizan sementara tangan Yafizan mulai bergerilya menjamahi seluruh tubuh Soully.
"Sayang...aku sudah tak kuat lagi. Aku akan mulai memasukimu."
Soully terdiam tak percaya, panggilan 'Sayang' itu serasa menghipnotisnya, tak percaya apa yang didengarnya itu. Tubuh mereka saling bertemu. Menikmati setiap kenikmatan asmara mereka. Tubuh mereka memanas dan terkulai lemas dengan nafas yang masih dalam pengaturan. Yafizan terjatuh di atas tubuh Soully ketika ia sudah mengeluarkan sesuatu yang sudah tak bisa ditahannya. Menabur benihnya di dalam rahim Soully.
Yafizan mengangkat tubuhnya dengan tetap berada di atas tubuh Soully. Ia membelai lembut wajah Soully dan merapikan anak-anak rambut Soully lalu dikecupnya kening Soully berkali-kali.
"Izinkan...aku untuk bisa membuatmu bahagia di dalam segala kekuranganku dan keegoisanku. Ajari aku untuk bisa lebih mencintai dan menyayangimu..." ucap Yafizan membuat Soully terpaku.
Tanpa menunggu reaksi dari Soully, ia melumat kembali bibir Soully yang sudah memerah.
Malam-malam mereka begitu panjang...❤❤
***
Pagi hari ketika mereka masih terlelap dalam tidurnya. Cahaya yang menyilaukan lewat tirai jendela yang terbuka tak membuat kedua insan yang semalam melancarkan aksinya membuka mata. Mereka kelelahan setelah malam bercinta yang panjang dan menyenangkan.
Soully membuka matanya perlahan. Ia masih tak percaya lelaki arogant yang berada di samping dan memeluknya ini semalam sungguh memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Bahkan sampai pagi ini pun suaminya tak melepaskan pelukan eratnya pada tubuhnya.
Soully menelisik wajah Yafizan yang tampan. Dengan telunjuknya ia mengikuti bentuk-bentuk padabbagian wajah Yafizan. Membuat garis kisi.
Ia tak percaya kini tertidur dalam pelukan dada suaminya yang bidang itu. Ketika jarinya menilisik ke dada suaminya, dengan sigap Yafizan menangkap dan menahan jari telunjuk Soully di dadanya. Lalu ia memposisikan tubuhnya di atas Soully dengan tatapan matanya yang tajam dan penuh gairah ia menelisik wajah Soully yang ternyata memang cantik ketika ia bangun tidur pun. Tanpa kompromi ia melumat bibir Soully lagi.
"Mmmhh...Noooo..." Soully menarik diri dari ciuman Yafizan. "Aku belum gosok gigi dan ini masih pagi..."
Yafizan menyeringai. "Apa yang salah jika ini masih pagi? Salahmu, kau membangunkan si junior dan kau harus membereskannya sampai tuntas karena aku harus bekerja hari ini," ucap Yafizan dan membuat pipi Soully merona.
"Kalau ingin bekerja ya tinggal bekerja saja. Apa hubungannya dengan ini?" sahut Soully polos.
"Jika aku tidak menuntaskannya maka aku takkan bisa konsentrasi dalam bekerja. Kau ingin orang-orang melihat si junior terus menegang? Atau para wanita cantik penggemarku yang akan menuntaskannya untukku?" goda Yafizan sehingga membuat mata Soully membulat.
"Silahkan saja jika berani..." Soully mengerucutkan bibirnya yang membuat Yafizan semakin gemas.
"Tak mungkin aku melakukan hal itu pada wanita lain selain dirimu. Karena kaulah penawarku dan kaulah canduku..." ucap Yafizan yang membuat wajah Soully semakin merona karena kegirangan.
Yafizan mencium bibir lembut Soully, melumatnya perlahan dengan hasrat yang semakin menggebu. Lagi, pagi itu mereka bercinta lagi dan lagi...💖💖
***
Bersambung...