Aroma harum masakan tercium saat Rona dan Yafizan menuruni anak tangga menuju lantai satu. Dengan perasaan cemas dan sedikit terganggu Yafizan mempercepat langkahnya menuju di mana aroma masakan itu berada.
Ia melihat sosok perempuan mungil nan cantik dengan rambut yang diikat berantakan ke atas membuatnya semakin terlihat seksi. Dengan apron masak yang menempel ditubuhnya, Soully sedang berdiri menikmati kegiatan memasaknya itu, meniup makanan yang akan dicobanya lalu tersenyum puas.
"Sayang, apa yang kau lakukan?" suara tegas Yafizan membuat Soully sedikit tersontak kaget sehingga sendok sayur yang dipegangnya terlepas masuk ke dalam panci dan mencipratkan air sup yang sudah mendidih itu ke tangannya.
'AH' Soully mengusap cipratan air sayur itu di tangannya. Ia langsung mematikan kompornya. Lalu dengan sigap Yafizan menarik tangan Soully dan menaruhnya di bawah air yang mengalir di atas wastafel yang berada didekatnya.
Soully hanya tersenyum dan menatap wajah suaminya yang sudah memasang aura kesal dan dingin.
"Aku tak apa-apa. Ini hanya kecipratan sedikit saja. Lagipula suruh siapa tiba-tiba muncul dan mengagetkan orang," ujar Soully menarik lengannya.
"Tetap saja jika banyak kau pasti terluka. Lagipula apa yang kau lakukan di sini? Aku fikir..." tanya Yafizan yang terhenti karena sebelumnya setelah ia keluar dari kamar mandi, ia tak melihat istrinya berada di kamar. Dengan cemas ia bergegas mencari sampai ia mencium aroma yang membawanya ke tempat dan menemukan sosok yang ia cari kini berada dihadapannya sekarang.
"Kau fikir aku dibawa Kak Erick lagi?" tanya Soully dengan terkekeh.
"Emhh...lagipula apa yang kau lakukan?" Yafizan salah tingkah.
"Memasak," jawab Soully datar.
"Masak buat apa?" tanya Yafizan lagi.
"Makanlah," jawab Soully yang semakin membuat Yafizan gemas. "Sudahlah, ayo kita sarapan, aku sudah memasak makanan yang bisa aku masak, semoga rasanya sesuai di lidah anda Tuan Yafi yang terhormat..." tutur Soully sambil menyiapkan makanan yang dimasaknya lalu menatanya di meja makan.
Panggilan nama kepada suaminya baru pertama kali didengar Yafizan dan membuatnya tersipu malu.
"Oh ya, apa kau akan ke kantor?" tanya Soully.
"Ya, tentu saja. Kenapa memangnya?" jawab Yafizan yang berusaha menggoda Soully.
"Apa kau yakin akan pergi ke kantor dengan memakai jubah mandimu itu?" tanya Soully membuat Yafizan salah tingkah.
Rona yang sedaritadi memperhatikan mereka akhirnya pecah dengan tawanya yang membahana. Soully yang mendengar suara tawa Rona membuat ia meringis tertawa kecil yang ditahannya sejak tadi karena melihat tingkah Yafizan.
Yafizan baru menyadari karena setelah cemas mencari Soully ia belum sempat mengganti jubah mandinya dan memakai setelan kantornya. Dengan perasaan malu ia berjalan naik ke atas untuk berpakaian. Walaupun begitu, ia begitu bahagia melihat senyum dan tawa Soully yang cantik membuatnya semakin tergila-gila pada istrinya itu. Padahal rasanya baru beberapa hari yang lalu ia bertemu. Namun, dirinya sudah jatuh cinta sedalam-dalamnya.
Sungguh pagi hari yang menyenangkan.
***
Setelah beberapa saat kemudian Yafizan turun dan bergabung di meja makan untuk sarapan. Seperti biasa ia duduk di kursi utama. Dipandanginya makanan yang sudah tersaji rapi di atas meja. Soully memperhatikan sikap Yafizan yang terdiam seolah ragu untuk mengambil makanan yang tersedia. Soully tahu, makanan yang dimasaknya bukan kriteria makanan yang sering dimakan oleh lelaki pemilih seperti suaminya yang terbiasa dengan makanan-makanan mewah dan berkelas.
"Tak usah dimakan bila tidak suka," sahut Soully yang sudah memasang wajah cemberut.
"Oh, aku suka. Masakanmu enak," sahut Rona yang mengira Soully bicara untuk mereka yang ada di meja makan.
"Aku tak bicara padamu..." gumam Soully pelan.
Rona mengerti apa yang diucapkan Soully. Ia tahu hal itu ditujukan kepada lelaki yang sedaritadi diam meragu untuk mengambil makanannya atau tidak.
Melihat ekspresi istrinya yang merasa sedih Yafizan memaksakan dirinya mengambil sesuatu yang tersaji di atas meja makan itu. Ia membalikkan piringnya lalu dengan perlahan mengambil nasi, sayur dan lauk yang ia susun rapi di piringnya.
Dengan sangat hati-hati karena ragu ia memasukkan sesendok makanan yang sudah diambilnya. Perlahan ia mengunyah makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya itu, menyesapnya perlahan lalu gerakan geraham dalam mulutnya semakin cepat. Cipta rasa masakan Soully mulai menghipnotis indera perasanya itu. Segera ia memasukkan lagi dan lagi makanan itu ke mulutnya hingga tak terasa ia menghabiskan sepiring penuh makanan yang diambilnya itu hingga bersih tak bersisa.
Soully tersenyum senang. Melihat hal itu membuat Rona ikut bahagia. Ini pertama kalinya mereka memakan masakan rumahan yang sengaja dibuat untuk mereka setelah seribu tahun lamanya. Seseorang menyajikannya dengan penuh ketulusan dan tentu saja membuat indera perasa dan perut mereka gembira ria karena masakan Soully memang sangat nikmat.
"Apa masakanku enak?" tanya Soully ketika melihat piring Yafizan yang sudah kosong.
"Lumayan. Aku hanya menghargai karena kau sudah capek-capek membuatnya," jawab Yafizan dingin dan mulai keluar sikap arogant yang mengintimidasi.
"Kenapa dengan pria ini? Padahal beberapa saat yang lalu dia masih berbaik hati dan penuh cinta," gumam Soully dalam hati. Tentu saja ucapannya terdengar Yafizan dan ia hanya bisa menahan senyumannya.
"Besok-besok masak lagi dengan persiapan yang matang," tutur Yafizan dengan ketus.
"Tapi makananmu habis, Bos. Bersih, tak bersisa," sahut Rona menyindir.
"I-ini...aku hanya menghargainya saja," ucap Yafizan salah tingkah
"Sudahlah...tak usah pura-pura. Bilang saja besok masak lagi yang enak seperti ini. Bilang saja kalau masakan Soully memang nikmat. Lagipula, kenapa harus pura-pura ketus kepada istri tercintamu itu? Aku tahu kalau kalian sudah baikan," ujar Rona membuat pipi Soully memerah.
"Tahu apa kau?" hardik Yafizan karena ucapan Rona terasa mengintimidasinya.
"Sudahlah. Ini hampir siang kita harus ke kantor segera. Banyak sekali pekerjaan yang harus diurus," sanggah Rona segera beranjak dari tempat duduknya.
Yafizan menoleh kearah Soully yang masih duduk. Ia lalu beranjak dan mendekatkan dirinya kearah Soully yang kini terdiam karena mendapat perlakuan aneh dari suaminya itu. Yafizan duduk di kursi sebelah Soully terduduk. Diraihnya segera kedua telapak tangan Soully lalu menangkupnya.
"Maafkan aku, Sayang. Aku tak bermaksud seperti itu barusan," maaf Yafizan
"Tak apa, aku mengerti. Cepat berangkatlah nanti kesiangan," tutur Soully melepas genggaman tangan Yafizan.
"Tak masalah jika aku kesiangan. Aku bosnya," ucap Yafizan dengan nada sombongnya. Lalu dikecupnya kening Soully dan mencuri-curi kesempatan untuk mencium bibirnya. Diliriknya kanan kiri dan sekitarnya, memastikan bahwa tak akan ada orang yang melihat aksinya yang seperti orang butuh cinta.
Yafizan segera menarik pinggang Soully kearahnya, dengan sebelah tangannya ia menangkup leher Soully dari belakang. Wajahnya perlahan tenggelam memajukan bibirnya dan mencium lembut bibir Soully yang ranum.
"Sayang...kau tahu, jika rambutmu seperti ini...sungguh...sangat seksi dan menggoda..." ucap Yafizan lirih di telinga Soully.
"Jangan pernah kau terlihat secantik ini dihadapan orang lain apalagi pria lain selain diriku," imbuhnya tegas lalu Yafizan mencium kening dan pipi Soully, menggesekan bibirnya ke leher Soully yang jenjang karena rambutnya yang diikat ke atas. Tak berlama-lama ia mencium bibir Soully perlahan, lalu melumatnya semakin dalam dengan hasrat yang mulai menggebu-gebu.
"Oh, jadi sampai kapan kalian akan seperti itu?" sahut Rona tiba-tiba membuat kedua insan yang sedang bercumbu mesra itu tersontak kaget. Soully yang refleks segera menenggelamkan wajahnya di dada Yafizan, seolah tak ingin ketahuan jika saat ini, detik itu juga wajahnya memerah bak kepiting rebus.
"Apa kau takkan ke kantor saja, Bos? Kau bisa meneruskannya saatku tak ada," ujar Rona lagi dengan sengaja menggoda jahil pasangan suami istri itu.
Yafizan menggertakan gerahamnya antara kesal campur malu. Ia mengepal tangannya seolah ingin segera menghajar Rona yang memergoki mereka tanpa permisi.
Yafizan segera beranjak dari tempat duduknya dan melepaskan diri dari Soully. Lalu ia membungkukkan setengah badannya. "Tunggu aku dan kita akan melanjutkannya saat aku pulang nanti," bisiknya menggoda lalu dikecupnya pipi Soully membuat keduanya jadi salah tingkah.
"Tenang saja, Bos. Kau tak usah malu- malu. Sudah terlanjur kepalang basah. Urusan pekerjaan biar aku yang handle, kau berbulan madu lah untuk sementara waktu," ujar Rona serius.
"Sialan kau!" gerutu Yafizan lalu pergi melangkah melewati Rona.
Rona hanya tersenyum geli melihat tingkah bosnya itu. Mereka berdua pun pergi beraktivitas seperti biasanya.
***
Para karyawan segera memberi hormat ketika Yafizan dan Rona tiba di gedung kantornya. Mereka hanya membalas dengan anggukan tipis. Seseorang mengampiri mereka ketika berjalan memasuki lift.
"Tuan Yafi, apa kabarmu?" sapa Mr.Govind.
"Hai, Mr.Govind. Aku baik-baik saja," balas sapa Yafizan.
"Kelihatannya suasana hatimu sedang baik hari ini," ujar Mr.Govind.
"Oh ya? Apa terlihat jelas?" tanya Yafizan sumringah.
Rona hanya berdecak sebal karena melihat bosnya yang sedang kasmaran itu.
"Tuan Yafi, bagaimana kabar Soully? Setelah pingsannya waktu itu lalu acara konferensi pers, dia tidak muncul lagi. Apa dia baik-baik saja?" tanya Mr.Govind. "Emhh...saya sangat membutuhkannya saat ini," imbuhnya.
Pernyataan terakhir Mr.Govind membuat Yafizan terdiam sesaat. Difikirannya mana mungkin ia membuat Soully bekerja sebagai Pembantu Umum di PH-nya Mr.Govind lagi. Mengingat pertemuan mereka saat Soully terjatuh dan menimpa dirinya. Dia tak mungkin membuat Soully dalam bahaya.
"Apa...Mr.Govind mengharapkan Soully bekerja kembali? Sebagai...Pembantu Umum?" tanya Yafizan berat.
"Ya, tapi no no...saya tidak akan menempatkan Soully di bagian itu lagi. Seorang Productions Director kita yang baru membutuhkan seorang asisten dan dia menginginkan Soully sebagai asistennya," tutur Mr.Govind membuat Yafizan dan Rona mengernyitkan dahi.
"Kenapa harus Soully? Apa dia pernah bertemu dengan ist...maksudku Soully?" tanya Yafizan penasaran.
"Kurasa belum, karena dia baru kembali dari luar negeri minggu kemarin. Entah apa yang membuat dia menginginkan Soully, kurasa dia melihatnya dari resume karyawan yang ada di database HRD kami," jelas M. Govind. "Oke saya permisi dulu, tolong kabari Soully jika ia tertarik bekerja dengan kami. Karena ku dengar dia menjadi asistenmu sekarang. Jika dia mau bergabung maka kami akan menerimanya dengan tangan terbuka," pamit Mr.Govind pergi meninggalkan kedua pria yang masih diam mematung tanpa suara dan hanya mengangguk tipis saat Mr.Govind pamit.
Mungkin saat ini Rona dan Yafizan berfikir sama. Siapa seseorang yang Mr.Govind maksud bahkan ia sangat menginginkan Soully sebagai asisten pribadinya.
***
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak Like & Comment kalian yakk
karena Like & Comment kalian membuat Author semangat nulisnya..bantu vote juga donkss
Tengkuyyy 😘