Chereads / The meaning Of Love / Chapter 5 - bab 5

Chapter 5 - bab 5

"aku ingin hidup seperti bintang nieotron, agar gaya gravitasi bisa mengikat ku pada-nya" seru semangat dari-nya, mungkin membuat orang yang mendengarnya tak mengeti apa maksud dari perkata-nya.

"kau selalu berbicara seolah kau ini ilmuan nasa", ucap teman-nya dengan guyonan.

Mereka tertawa begitu gembira sembari mengoda ahmad, mungkin perkataan-nya begitu lucu.

Namun ia ingin seperti bintang neotron walau pun kecil tapi gaya gravitasi-nya lebih besar dari matahari.

Yang bisa menarik benda mendekati-nya. "aku ingin seperti itu, agar aku bisa menariknya untuk selalu dekat dari ku" gumam dalam hati dengan semangat membara.

"dear, ahmad. saat aku menuliskan surat untuk mu aku selalu duduk di bawah pohon yang cukup rindang, aku terkejut saat membaca surat mu.

Kau bilang setiap kali kau membaca surat ku kau selalu duduk dibawah rindangnya pohon dengan ditemani merdu-nya suara burung. Mungkin lebih banyak lagi kesamaan yang kita buat namun.

Tak terlihat karena ruang yang begitu jauh".

Ombak bekejar-kejaran menujuh pasir pantai. Angin berhembus begitu menyegarkan anugrah yang ia berikan begitu nyata dalam tatapan mata.

"dalam hidupku, aku pernah terhenti oleh waktu dengan tubuh utuh, dengan nafas masih berhembus, dalam waktu itu disekelilingku berwarna putih.

huh... namun, Begitu hampa dalam sunyi, aku tau bahwa aku di alam lain, aku terus berjalan tanpa henti.

walau aku tak pernah ingin mengerakan kaki ku".

ahmad terhenti sejenak sebelum memulai ceritanya.

"aku mendengar isak tangis dari mereka, mereka berkata bangun ahmad kami menunggu mu setiap saat.

namun begitu aku ingin kembali, dinding penghalang menghalangi langkah kaki ku.

Setiap hari aku mendengar langkah kaki keputus asaan dari mereka, tangis selalu menyertai setiap kata demi kata yang mereka ucap, aku ingin bangun dari tidurku, namun selalu penghalang menghalangi setiap niat ku, ada suatu masa satu tangisan membuat ku tersentak bangun dalam tidur panjang, namun ketika aku bangun semua nya hilang bagai suatu bayangan."

ucapnya.

satu cerita cukup panjang dari-nya, tak terasa mata mulai mengeluarkan air mata, tak terbendung tangis pun terisak dari-nya, tak kala mengingat kembali masa itu.

"ibu, ayah aku harap kalian bahagia disana".

derai demi deraian air mata menetes melewati pipi, diseka-nya air mata itu agar tak keluar lagi, namun kesedihan masih menyelimuti dirinya.

"semua ini tak lah sepenuhnya salah, kamu tak harus larut dalam penyesalan" hibur ia kepada ahmad.

"aku tak menyesal, namun aku menangis karena aku begitu kesepian tanpa...

nasihat orang tua.

tanpa...

hiburan dari mereka saat aku terjatuh dijalan kehidupan".

Alam semesta tanpak diam namun sebenarnya ia terus mengembang, entah sampai kapan alam semesta berhenti mengembang.

cahaya bintang nampak terang di gelapa-nya malam, namun cahaya yang ia lihat sebenarnya sudah ribuan, jutaan atau pun meliaran tahun yang lalu, namun baru terlihat cahaya-nya setelah melewati waktu yang begitu jauh.

Gugusan bintang membentuk suatu rasi bintang, ada scorpio, pices, leo dan sebagainya.

Sungguh alam semesta begitu penuh keajaiban.

Semua begitu indah sampai ia terlelap dalam tidur dimalam gelap dengan berlatar bintang berbinar-binar.

"dear ahmad satu minggu cukup lama bagi ku menanti semua itu, bisakah kau mempercepat waktu, mungkin kedengarannya cukup konyol. Namun aku ingin selalu konyol di hadapan mu biar kamu bisa memarahi-ku, karena aku cukup senang bila kau marah pada ku, mungkin aku berpikir bahwa semua itu adalah sikap keromantisan dari mu".