"dear ahmad. aku punya kabar gembira untuk mu.
Ayah dan ibu mengizinkan ku untuk berlibur ke kota mu selama liburan tahun baru, walau hanya 3 hari saja yang mereka berikan. Namun aku sangat senang.
Jadi, jangan lupa menjemput aku ya".
Lagi-lagi sepucuk surat dari-nya, membuat ahmad melupakan sejenak kesedihan yang ia alami.
Mengantikan dengan kebahagian, pikir melayang membayangkan ia dan alfia bergandengan tangan, bermain ditaman hiburan, menaiki bianglala.
Memakan eskrim dan masih banyang yang ia bayangkan.
Hujan terus menguyur kota dalam beberapa hari ini, langit mendung.
Dengan suhu yang makin dingin terasa oleh kulit, waktu menunjukan pukul 2:30.
Ia menunggu disini duduk dibangku, memakai jeket tebal berwarna hitam, payung yang tersender di sampingnya.
Rasa cemas menghantui sembari tetap menunggu.
"sudah lama?" tanya alfia dengan senyum dibibir manisnya.
"1 jam lebih" lalu ahmad ajak alfia dengan mengengam tangan alfia.
Sunggu iri melihatnya, berjalan berdua, dengan tangan saling mengengam.
Dengan payung yang melindungi dari tetes demi tetesan hujan.
Mereka tertawa entah apa yang mereka tertawakan.
"kamu ingin menaiki bianglala itu?" tanya ahmad pada alfia.
Dan dibalas dengan angukan dari alfia, ya ahmad sudah tau apa yang alfia pikirkan.
Mereka pun menaiki bianglala itu, perlahan namun pasti bianglala itu berputar.
"alfia! Apakah kamu tau aku sungguh mencintai mu".
"aku tau itu ahmad, kau sangat mencintai ku". Jawab alfia dengan tangan-nya mengengam tangan ahmad.
"kau tau, sebentar malam pergantian tahun baru. Apa yang kau harapkan ditahun berikutnya?" pertanyaan terlontar dari mulut ahmad, alfia hanya tersenyum manis padanya.
Dan berkata, hanya ingin terus bersama ahmad.
Ahmad tersipu malu, muka-nya memerah.
Alfia hanya tersenyum sambil mengejek ahmad.
Namun kini semua itu hening, lalu tak lama mereka pun turun.
"apakah kita akan melihat kembang api?" ahmad bertanya pada alfia.
"tentu". jawab alfia
menunggu terus menunggu detik-detik pergantian tahun, mereka duduk dibangku taman, Sembari menunggu jam pergantian tahun dimalam itu.
Waktu pergentian tahun pun dimulai setiap orang disana bersorak, sembari menghitung mundur.
"3"
"2"
"1"
Dan diiringi suara terompet yang begitu nyaring ditelingga.
Lalu ditambah lagi dengan suara kembang api meluncur deras ke angkasa.
Penuh warna.
Langit malam yang gelap kini menjadi berwarna.
"indah nya...", dengan menatap kembang api, alfia begitu menikmati setiap warna yang dihasilkan kembang api itu.
"ya, indah", ahmad mengengam tangan alfia, dan menatap wajah alfia, nampak raut bahagia terpancar dari wajah alfia.
"namun, sangat disayangkan. Kembang api hanya bisa dinikmati sesaat saja". Kata ahmad padanya.
"namun kebahagian yang saat ini kita rasakan... aku tak kan melupakan nya". Kata ia menoleh ke arah alfia yang sedang menatap kembang api.
Bisakah seperti ini sebentar, mungkin begitulah pikir ahmad.
Dalam diri-nya ia merasa sedih dan kecewa. Akan kah bisa, lagi-lagi ia bertanya pada dirinya sendiri.
Mereka malam itu, menghabiskan malam dengan mencoba segala yang ada disana.
Puas?
Tentu saja, senyum pun nampak terlihat dari kedua-nya.
"mari pulang" ajak ahmad pada alfia, hujan memang sudah berhenti.
Walau rasa dingin masih terasa, ditambah dengan hawa dingin malam, seolah-olah ingin membekukan kedua-nya.
Bintang kini mulai nampak dilangit malam, mengantikan awan mendung.
Mereka bergandengan tangan, sembari berjalan pulang.
Dengan ditemani lampu jalan, sayup-sayup suara menambah cerita dimalam itu.
"3 hari?" tanya ahmad pada alfia.
"Hem...!"
"besok mau kemana?" tanya ia lagi.
"ke pantai?" dengan menatap ahmad.
"tentu".
Sesudah mengantar alfia pulang kerumah paman-nya, ahmad pun segera pulang dan berniat untuk secepatnya mengistirahatkan diri, dalam indahnya mimpi.
Namun sebelum niatnya terlaksana, ia sempatkan diri merenung dalam malam yang gelap di temani secangkir teh hangat, menghangat kan tubuh.
Memandangi langit penuh bintang, yang seakan diam di disana.
Memikirkan kemungkinan yang terjadi pada diri-nya.
jam menujukan pukul 2 pagi, ahmad pun segera tidur.