Chereads / The meaning Of Love / Chapter 9 - bab 9

Chapter 9 - bab 9

"dear, ahmad. Apakah kamu baik-baik saja disana, aku harap begitu, namun aku disini kurang merasa baik.

Tapi kau tak perlu khawatir ini tak kan lama kok.

Dalam surat ini aku mengucapkan terimakasih pada mu, hadiah yang kamu kirim kan sudah sampai ketanganku. Terimakasih karena kamu masih ingat tentang ulang tahunku".

Sepucuk surat, ia pegangi.

Terlihat begitu senangnya ia sesudah membaca surat itu.

Wajah-nya tak bisa bohong atas kebahagian yang ada dalam diri-nya. Namun rasa sedih juga menghantui diri-nya.

.

"bisakah aku tetap seperti ini?" ia bertanya pada diri sendiri dalam sebuah keputus asaan.

"jika kamu terus memimpikan itu.

Mungkin akan terjadi lagi kejadian itu ahmad", lalu ia menuliskan resep obat dan memberikan-nya pada ahmad.

"ingat..."

"ini mengurangi bukan menyembuhkan" sela ahmad.

"aku sudah tau" lalu pergi meninggalkan-nya

Kaca cermin memantulkan wajahnya yang nampak tak bahagia, ia hanya bisa pasrah namun tetap tersenyum walau kadang menyakitkan diri-nya sendiri.

Akhir-akhri ini pikiran-nya selalu dihantui oleh kecemasan berlebihan, hingga ia tak bisa melakukan apa yang sebenarnya harus ia lakukan.

Ceria? Dia masih ceria seperti biasa-nya, namun...

Bintang tak terlihat dimalam ini, tampaknya langit mendung.

Terasa hawa begitu dingin, rintik air hujan pun mulai turun, yang kemudian disusul derasa-nya guyuran hujan, ia tadahkan tangan di cucuran air hujan.

Dingin, terasa dingin di telapak tangan.

Andai air hujan bisa membersikan diri-nya. Mungkin ia tak kan seperti ini sekarang.

Pagi menyingsing, namun ia masih terbungkus oleh tebalnya selimut.

Maklum saja malam tadi hujan turun, jadi dingin masih terasa menusuk hingga ketulang-nya.

Namun tidurnya tak berlangsung lama tak kala alaram yang ia pasang berbunyi begitu nyaring.

"woah... ! aku masih ngantuk".

ia terbangun dari tidur dengan mata metap lekat kearah jam.

"Aaaaa....!" ia terkejut melihat jam yang menunjuk angka 6:45.

Mungkin nanti ia akan dihukum oleh satpam sekolah, Mungkin saja.

"capek?", kata teman-nya mengejek diri-nya.

"ah... aku ngatuk" lalu ia berlalu begitu saja meninggalkan teman-nya, ia duduk dibawah pohon yang rindang, menyandarkan tubuh, lalu perlahan-lahan mata-nya mulai tertutup.

Angin menghembuskan daun-daun, ia terlelap dibawah rindangnya pohon.

Sejuk, menyejukan diri.

Menunggu hari melelahkan ini berakhir.

Alam begitu indah, nampak indah untuk dipandang oleh mata, biru-nya lautan, hijau-nya daun-daun, putihnya awan, ditambah warna jinga mentari senja.

Sebuah lukisan yang diciptakan oleh tuhan begitu indah dan penuh ke kaguman untuk siapa saja yang menikmati-nya.

"dear ahmad, desember telah tiba. Akhir tahun ini aku berharap kita bisa bertemu lagi, dalam meriahnya suara- suara terompet bersautan dan indahnya warna-warna cahaya kembang api .

aku berharap ditahun baru, aku bisa bergandengan tangan denganmu. Mudah-mudahan saja semua itu terwujud".

"ya tak lama lagi" sembari tangan-nya meletakan surat dari alfia di atas meja.

"hah... aku harap bisa melihat malam dengan bintang bertaburan dilangit hitam".

Dengan pikiran melayang-layang entah kemana.