Chereads / Dibatas Senja / Chapter 51 - Bab 51

Chapter 51 - Bab 51

Jihan terbangun wajahnya memerah membayangkan tingkah nakalnya semalam, ndak ada yang salah saya ingin mertahankan suamiku dan ada calon baby, batin Jihan sambil mengelus perutnya yang masih datar. Dipandangi wajah suami yang dicintainya, dibelai rambut cepaknya," mas ndak akan ninggalin aku, sekarang ada pengikat diantara kita," bisik hati Jihan, pemilik wajah melingkarkan tangan dipunggung jihan. Jihan ndak barani menggerakkan tubuhnya yang masih polos dari semalam, takut menggugah sesuatu di bawah sana, wajah suaminya menarik gatis senyum, dia pura pura tidur ternyata, " ada yang belum puas semalem, " Janggan memicingkan mata hitamnya, Jihan menutupi wajahnya dengan selimut karena malu. "kenapa mesti malu, siapa yang tadi malem berperan jadi istri nakalku,' tangan Janggan menggelitik istrinya yang masih dalam selimut, dan ada yang tersenggol, dia lupa tubuh mereka berdua tak berbalut selembar benangpun. Jihan menggulung tubuhnya dengan selimut menjauhi suaminya, lucunya janggan ikutan menggulung ke arah gulungan jihan, dan jihan tersudut tembok kamar giliran janggan tertabrak tubuh jihan, "ah, kenapa ikutan," niat jihan melarikan diri ndak berhasil, " mulai sekarang aku akan selalu mengikutimu," Janggan merangkul istrinya dari belakang "aku ngikuti kamana dia dibawa," tangan janggan memegang perut rata istrinya, Janggan mengendus bau harum rambut jihan

"kau akan direpotkan dengan junior kita, sayang" janggan teringat mbak Yuni saat hamil muda dak bisa kemana mana karna bedrest, mbak Yuni bahkan pulang ke rumah ibu selama hampir empat bulan awal kehamilannya.

"maafkan sikapku selama ini, akan ku coba lebih perhatian pada istriku," Janggan menempelkan kepalanya diceruk leher jihan, jihan menyibakkan rambutnya takut mengganggu suaminya," kau memberiku kesempatan," bisik Janggan di telinga istrinya, jihan terasa geli karna lidah janggan bermain disana. aach, janggan menggigit telinga jihan, getaran itu kembali menyelinap dalam tubuh jihan rasanya hormon ibu hamil jadi meningkat gairahnya untuk selalu disentuh sang suami

" aku seneng mas, akhirnya bisa hamil anakmu," jihan membalikkan badan hingga berhadapan dengan suaminya, dia melihat tatapan penuh makna itu.

"kalo kau mau kita akan datang ke pernikahan ardan," Janggan mengecup kening istrinya untuk meredakan getaran dalam tubuhnya yang sudah tak tertahankan, Jihan menatap suaminya mencari jawab atas kalimatnya. "apa dak masalah, aku ikut," tanya jihan.

"tentu tidak kamu istriku, dan calon ibu dari anakku, aku ingin memameri mereka, sahabatku," jelas janggan tersenyum bahagia, namun ada yang masih mengganjal di bawah sana jihan merasakan.

Tiba tiba Janggan bergerak menjauhi istrinya, jihan kaget dengan perubahan yang tiba tiba, "aku harus ke kamar mandi, kalo dak aku akan khilaf dan kembali menerkammu, kasihan dedek nya yang diperut bunda, bukankah kita juga harus bergegas ke rumah sakit untuk USG," Janggan berlari ke kamar mandi, jihan tertawa geli mendengar alasan suaminya.

Janggan menguyur seluruh tubuh untuk nurunkan suhu tubuhnya yang meningkat drastis karna gairahnya, dia dak tahan dengan tubuh montok istrinya.

--------------------

Resepsi akan diadakan di rumah Pak Yasin, dengan dekorasi minimalis yang dihiasi bunga hidup, ini kali kedua pak yasin punya gawe, meski anak keduanya dak ingin ayahnya repot dengan ngundang banyak orang tapi bagi orang tuanya yang ngugemi adat jawa kuno, ardan anak laki laki satu satunya dan harus di ruwat maka ayah mengadakan ruwatan dengan pagelaran wayang kulit, karna Pancuran Kapit Sendang, yaitu tiga orang anak yang berselang-seling (perempuan – laki-laki – perempuan).

Dalam kitab jawa kuno yang otentik disebutkan ada beberapa sebab orang harus diruwat. Menurut kepustakaan "Pakem Ruwatan Marwa Kala", yakni dijelaskan oleh "Serat Centhini" karangan Sri Paku Buwana V, bahwa sebab orang harus diruwat ada 60 macam, antara lain 

1. Ontang-anting, yaitu anak tunggal laki-laki atau perempuan. 2. Uger-uger Lawang, yaitu dua anak laki-laki, 3. Sendhang Kapit Pancuran, yaitu tiga orang anak yang berselang-seling (laki-laki – perempuan – laki-laki) 4. Pancuran Kapit Sendang, yaitu tiga orang anak yang berselang-seling (perempuan – laki-laki – perempuan) 6. Anak kembar, 7. Kembang Sepasang, yaitu dua anak perempuan 8. Kendhana-Kendhini, yaitu dua orang anak, seorang laki-laki dan seorang perempuan....dst.

Hal yang membuat perbedaan pendapat dari ayah dan anak laki lakinya, menurut ardan tradisi ruwatan dianggap tidak perlu, lagian toh mereka sudah syah secara agama dan hukum, tapi bagi ayah sebagai bentuk pelestarian budaya kita agar tidak luntur dari jamannya, nah kalo alasan ini ardan masih masuk akal, bukan dianggap sebagai membuang sang kolo ( nasib sial ). Akhirnya ardan mengalah, maka ayah mengundang dalang untuk pertunjukkan wayang kulit, dan disertai prosesi ruwatan bagi nganten.

Ardan pun meminta maaf pada Lusi dak pernah nyampekan adanya prosesi ruwatan padahal mereka berdua awalnya sepakat resepsi boleh tapi dak mewah, begitulah kita terkadang mengalah mengikuti keinginan orang tua dan keinginan kita yang beda antara gen kolonial dan gen milenial.

"kenapa ribet banget sih mas," lusi sedikit mengeluh, "dak apa dik, takut capek, tenang aja aku masih sanggup kok, mau berapa ronde," ardan mengalihkan pembicaraan sambil menggoda istrinya, "dasar omes," lusi masih kesel.

"kita nurut maunya ayah, lagian semua udah disiapin, dik, eman, udah keluar duit itung itung lihat pertunjukan wayang kuliy," rayu ardan, oh GOD " jangan kau gigit bibirmu ! nanti bisa dak keluar dua malam batal resepsi kita," ardan menyeringai nakal. Lusi ngeloyor mengjindar ninggalin ardan bergabung dengan keluarganya yang barusan datang dengan bersungut sungut.

Ardan beserta ayah, ibu, nyambut keluarga Lusi di ruang tamu, mereka duduk lesehan diatas karpet karena semua kursi meja dikeluarkan biar lebih lebar mengingat rencana ayah bundanya ngundang tamu yang lumayan banyak.

"Mohon maaf sebelumnya, bu Ratna beserta rombongan, ada tambahan acara, ayah ngadakan pagelaran wayang kulit, jadi acaranya nambah hari minggu pagi khusus tamunya anak anak, malamnya untuk pagelaran wayangnya," Jelas ibunda ardan.

"Wah yo beneran jeng, ngantene kuwi ben di ruwat to maksude ayahe, ardan karo lusi, lusi karo ahmad iku Kendhana-Kendhini, ardan iku pancuran kaapit sendang to ?" ( kebetulan, pengantennya biar di ruwat maksud ayahnya, ardan dan lusi, lusi dan ahmad, dua saudara perempuan dan laki laki, ardan diapit dua saudara perempuan ) mbah mariyam malah yauti bunda dengan sumringah.

Walah ayah sama si mbah kok bisa klop begini menurut peribahasa jawa "tumbu oleh tutup" serasi.

lusi dan ardan saling berpandangan dan menepuk jidat bersamaan.