Chereads / BAYANG KENANGAN / Chapter 26 - bab 26

Chapter 26 - bab 26

Bila hitam dalam hitam, bila putih dalam putih, kenapa harus ada putih di dalam hitam, dan kenapa ada hitam dalam putih.

Bila hidup menyedihkan harusnya tetap menyedihkan, bila hidup bahagia harusnya tetap lah bahagia.

Bila bahagia dalam kesedihan, bila kesedihan dalam kebahagian, bukan kah ada hati yang akan menjadi korban.

Hari yang panas di awal bulan oktober.

Memanaskan jiwa dalam cinta yang

membara.

namun...

Tak lama huja turun menguyur kota, dengan cepat ia berlari mencari tempat berteduh.

Namun apa daya pakai'an nya kini sudah basah semua.

Menatapi hujan yang tak kunjung henti.

Bayu.

hanya itu yang ia lakukan sedari tadi, membayangkan apa yang selama ini terjadi pada diri-nya, berlatar di sebuah halte ia duduk sembari menunggu hujan redah, Di halte SMA.

"Hai!" sapa seseorang kepada-nya, lalu ikut duduk di sebelah diri-nya.

Menatapi hujan yang tak kunjung berhenti, bayu dan orang itu sabar menunggu hujan redah.

"Apakah kamu yang bernama bayu?". Tanya orang itu memastikan apakah ia benar, bahwa yang ia ajak bicara adalah bayu.

"Ya. Anda siapa, dan dari mana anda mengenali saya?". Kata bayu balik bertanya kepada orang itu.

Kemudian orang itu julurkan tangan-nya mengajak bayu berkenalan.

"Nama ku rivaldo, bisa dipangil kak do, karena umurku sudah tua". Ucapnya dengan menyeringai.

"Bila kamu harus melupakan sesuatu, mengapa kamu masih tetap melangkah untuk mengapai sesuatu itu?" tanya ia kepada bayu.

bayu menoleh ke arahnya, dengan tersenyum orang itu membalas tatapan bayu.

"Huh...!" suara hembusan nafas dari bayu.

"Jika aku harus melupakan tentang itu, dan aku tak lagi mengingatnya. Bukankah ada orang yang akan membantu ku untuk mengingat itu kembali".

"Namun jika penyebab mengapa kamu tak mengingat bebarapa hal. Di karenakan suatu kedekatan di antara kamu dengan-nya, apakah kamu ingin menjahui nya agar ingatan itu tetap terus ada?" tanya rivaldo lagi kepada bayu.

"Bukan kah itu menyakitkan, maksudku mengapa kita harus menghidari hanya karena tak ingin melupakan kenangan itu, bukankah itu akan menyakiti hati di kedua belah pihak? Lalu untuk apa kita masih ingin menyimpan kenangan itu kalau akhirnya harus berpisah? bukan kah lebih baik tak menggigat lalu karena ingatan itu pun kita harus berpisah? bukankah itu tak menyakitkan? Bila berpisah dengan cara melupakan?" jelasnya.

Hujan masih saja tak berhenti, rivaldo hanya diam mendengarkan sayu-sayup suara hujan yang menghantam atap halte itu.

Termenung dan meresapi setiap kata yang di ucapkan bayu tadi, membuat ia berpikir akan satu hal.

"Kita tak di program kan untuk itu, jika kita harus membiarkan-nya tetap berada disana. ini akan membuat tatanan dunia menjadi kacau, waktu terasa begitu lambat".

"Namun Bu... Bukankah kita telah melakukan-nya?".

"Tok... Tok... Tok..." ketukan jari di meja.

Lalu orang itu bangkit dan mendekati rivaldo.

"Kita hanya menahan portal waktu untuk jangka waktu yang telah diatur, jika melebih itu tak lah mungkin".

"maaf aku sudah berbicara hal yang aneh" lalu berbalik dan hendak keluar dari ruangan itu.

Mengapa ia saat ini begitu tergerak hati-nya?

biasa-nya ia acuh akan hal klein-nya, ia tak ikut

campur dalam menentukan takdir klien-nya.

namun kenapa sekarang ia begitu peduli?

apakah hati-nya tak lagi membeku?

Entah lah, hanya dia yang tau.