Awan mendung dilangit, hawa dingin menyentuh kulit.
Memakai baju tebal agar ia tak kedinginan. Berjalan menyusuri kota, sesekali duduk di pinggir jalan.
Kendaraan berlalu lalang, tak pernah sepi. Lampu merah silih berganti, melihat keramain di kota tak membuat di hati nya menjadi ramai pula, Sepi dalam keramaian.
Bisakah ia rival membuka hatinya?
"Ya...! Aku juga hanya bisa menerawang saja". Ucap bayu kepada rosa.
"Huh... Jika ini mungkin aku harap mereka bisa bersama". Lalu tersenyum kepada rosa.
"Aku rasa ia (rival) hanya tak merasakan nya saja".
"Dan aku hanya ingin menanyakan sesuatu pada mu. bukankah kamu bilang kamu tak memiliki teman selama ini?" tanya bayu, rosa diam, kini ia alih kan pandangannya ke depan, menyembunyikan sesuatu kepada bayu, metatap tetesan air hujan yang membasahi pepohonan di taman itu.
"Aku menutup diri hanya beberapa tahun belakangan ini, sebelum itu aku sangat lah ceria, dengan dikelilingi teman-teman. Namun aku sadar hilang adalah sesuatu yang pasti." Ucapnya.
"Jika kamu berkata hilang adalah sesuatu yang pasti, bukankah kamu harus berpikir bagai mana cara agar kamu bisa tak menyia-nyiakan apa yang kamu miliki itu sebelum (apa yang kamu miliki) itu hilang darimu".
November.
Semua tampak tak berubah baik ia atau pun rosa tetap dalam suasana hati yang bunga Namun ada rasa sakit yang terbesit dari hati rosa, tak kala ia tau waktu sebentar lagi akan habis.
Sisa program ini akan berakhir di akhir Desember.
Memperbanyak kenangan bersama bayu, agar ini menjadi sebuah kenangan yang indah dan tak terlupakan, walau pun pada akhirnya bayu akan melupakan dirinya.
Namun, ia berharap dari kenangan ini masih ada sedikit ingatan tentang dirinya di diri bayu.
"kadang kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi kita, sungguh menyakitkan." Ucap rosa sambil menyentuh pipi bayu dengan lembut.
"jika hilang itu tak bisa kembali, cukup di ikhlaskan saja, dan jangan mencari pengantinya". Kemudian tangan ia turunkan dari wajah bayu, menyentuh dan mengengam tangan bayu, ia lanjutkan lagi ucapanya.
"Jika hilang dan kamu mengantikannya dengan yang lain, mungkin hati mu akan masih tetap mencari yang hilang itu, walau raga mu tak lagi ingin mencari yang hilang itu".
Lalu ia peluk tubuh bayu, ia bisikan kata-kata di telingga bayu, mendengarkan bisikan rosa itu membuat bayu terdiam, tak beberapa lama ia peluk tubuh rosa dengan tangisan menyertai keduanya.
Mengapai apa yang ingin didapatkan, menggenggam nya begitu erat.
tak ingin kehilangan nya, namun apa daya takdir memerani lakon utama dalam kehidupan.
ia hilang dalam genggaman, tanpa bisa menemukannya.
Ranting pohon bergoyang, semilir angin berhembus mengelitik kulit, rasa dingin menusuk tubuh.
Senandung lagu yang ia nyanyikan duduk berdua di gazebo, mentapi matahari yang kian turun, senja datang berganti malam.
Tak henti membuat kenangan yang berarti, agar tak mudah dilupakan, namun itu hanya seperti tisu yang dibakar dan hanya meninggalkan abu hitam.
Sangahkan kaki, dan sedikit mengoyangkan kaki.
Dengan minum, minuman favorit pelepas dahaga.
Di balik itu ada rasa cinta di gazebo berlatar hijaunya tumbuhan.
Bayu, dia kekasih yang sangat rosa cintai, selalu saja menulis sebuah cerita, dalam sebuah buku.
mengobrol bersama tentang dunia yang mereka tinggali.
Dalam cinta rasa yang membara, sulit diucapkan. Namun mudah di gambarkan.