"Baiklah semuanya, sekarang kita akan memanggil lulusan terbaik kita yang akan dipanggil oleh kepala sekolah, kepada kepala sekolah saya persilahkan untuk maju kedepan."
Kepala sekolah yang dipanggil bernama Yamin Subarjo, seorang pria yang tampak berumur 30 tahunan, meski aslinya sudah 50 tahun lebih. Dia merupakan seorang veteran dalam peperangan terakhir.
"Selamat siang semuanya, pertama saya bersyukur kita semua dapat berkumpul di auditorium ini untuk acara kelulusan angkatan kalian semua..."
Ini merupakan acara kelulusan yang diadakan di auditorium megah dengan berbagai macam pelajar yang menggunakan stelan mewahnya sendiri seperti tuxedo, gaun mahal keluaran terbaru, tas tangan dengan brand terkemuka.
"Baiklah, sekarang saya akan memanggil Lulusan terbaik Sekolah Menengah Atas Global Tahun 2098 dengan nilai sempurna... Dirn Mizh. Kepada Dirn Mizh saya minta untuk maju kedepan"
Atas kata kata pria yang disebut kepala sekolah, seorang pelajar yang memakai jas lusuh dengan celana dasar hitam biasa, berjalan kedepan.
"Hei, itu kan si kutu buku itu."
"Iya, kelihatan kali miskinnya."
"Setuju samamu, memang kayak gini kalau anak miskin di masukin kesekolah elit "
Mulai dari perempuan hingga pria membicarakan Dirn Mizh yang maju kedepan.
"Mentang mentang dia bagus dalam belajar, sombongnya minta ampun."
"Iyayah? Untung aja saya beda kelas sama dia."
Dirn Mizh yang mendengar orang membicarakan nya dari belakang hanya mendesah dengan suara kecil dan bergumam.
"Hah... Saya cuma fokus belajar padahal."
Tidak ada yang mendengar gumaman Dirn Mizh. Kalau ada yang mendengar nya maka Dirn Mizh akan diteriakin setelah acara ini oleh seluruh angkatan nya.
Setelah Dirn Mizh berdiri menghadap kepala sekolah, dia tersenyum dan menundukkan kepalanya untuk mengucapkan terimakasih.
Tapi seketika dihentikan oleh kepala sekolah itu.
"Tidak perlu menundukkan kepala, saya yang seharusnya berterima kasih telah membuat nama sekolah ini lebih harum lagi."
Sanjung kepala sekolah itu dengan senyum ramah dan suara lembut.
"Haha, terimakasih kembali pak."
Dirn Mizh ketawa kecil menjawabnya dan menerima gulungan sertifikat lulusan terbaik.
"Kemudian saya permisi dulu pak."
"Tunggu dulu Dirn Mizh."
Saat Dirn Mizh hendak turun dan mendengar panggilan kepala sekolah dia menoleh kembali.
"Kamu tidak ingin mengatakan sepatah dua kata kepada angkatan mu? "
Kepala sekolah bertanya seakan akan mengharapkan Dirn Mizh untuk memberi sepatah kata kepada yang lainnya.
'Eumm... Apakah saya harus? Tapi, nampaknya kalau tidak mengucapkan sesuatu aku bakal dicap tidak bagus depan kepala sekolah. Baiklah hanya beberapa kata.'
Mendengar kata kata dari kepala sekolah, Dirn Mizh memutuskan untuk mengucapkan beberapa kata kepada angkatan nya.
Dirn Mizh melambaikan ke Mc untuk meminta mic, mc yang melihat itupun langsung bergegas.
"Tes, tes."
Dirn Mizh yang melihat semua yang berada di auditorium nampak asik bicara sendiri tanpa memperhatikannya berbicara merasa agak sia sia berbicara.
Dirn pun menoleh ke kepala sekolah dan kepala sekolah mengangguk.
Melihat kepala sekolah yang mengangguk menandakan Dirn Mizh untuk memulai.
'Hah... Baiklah, mari kita buat orang orang ini memperhatikan dulu.'
Ngingg-!
Semua orang yang mendengar suara mic berdengung merasa ngilu dan melihat asalnya dari mana.
"Terimakasih semuanya telah memperhatikan saya. Tidak ada banyak kata yang ingin saya sampaikan dalam acara kelulusan kita sekaligus perpisahan."
Orang yang memperhatikan bahwa Dirn Mizh yang berulah ingin mengucapkan sesuatu tetapi melihat kepala sekolah dibelakangnya memperhatikan yang lain tidak ada yang berani mengumpat.
"Seperti peribahasa yang sering kita dengar selama ini, 'Setiap pertemuan selalu akan ada perpisahan.' di tiga tahun lalu kita bertemu dan sekarang waktunya untuk berpisah..."
Setelah dua menit Dirn Mizh memberikan beberapa katanya, ada banyak orang yang mulai menangis terisak isak.
"Itulah beberapa kata yang dapat saya sampaikan kepada teman teman semua, saya harap anda semua dapat bertemu kembali dengan orang yang akan pergi. Sekian dari saya terimakasih."
Dirn Mizh turun dari panggung dengan badan terkulai terlihat seperti dia sedih, akan tetapi di dalam hatinya.
'Baiklah, itu balasanku karena udah ngatain dari belakang, sekarang hatiku lebih tentram.'
Dirn Mizh yang tidak dapat menahan senyumnya, membuat satu sudut bibirnya terangkat keatas.
'Sekarang pulang kerumah kemudian istirahat!'
Dirn Mizh yang melewati semua orang dan meninggalkan auditorium langsung pulang kerumah.
Seperti itulah penampilan Dirn Mizh yang dilihat oleh semua orang.
***
Di dalam rumah Dirn Mizh terlihat berbagai macam penghargaan, mulai dari sertifikat, medali, piala satu tingkat hingga piala tiga tingkat.
Dengan tanda tertulis 'Juara 1'.
Jike seorang ibu melihat ini mereka pasti akan selalu membanggakan anaknya tapi Dirn Mizh berbeda, dia tidak pernah memberi tahukan kepada orang tuanya yang berada di kampung bahwa dia mendapatkan prestasi.
Ia hanya ingin belajar, dan hasil dari belajarnya dia dapat beasiswa untuk sekolah disini dan dapat rumah kecil ini sebagai penghargaan atas prestasinya.
Setelah dia belajar terus dari awal masuk sekolah waktu kecil hingga sekarang ini, Dirn Mizh merasa kehidupannya hampa.
"Haa... Waktu sekolah dasar dulu aku menyesal tidak ikutin apa kata guru pembimbing dulu."
"'Jangan terlalu fokus belajar sampai menghiraukan segala yang ada disekitar mu. Suatu saat kamu akan tau bahwa masa masa ini sangat berharga. Bukan berarti buk guru ngajarin kamu malas, hanya saja belajar secukupnya.' Yah, itulah yang dia katakan..."
Mengingat perkataan di masa lalu membuat Dirn Mizh merasakan penyesalan setelah memikirkannya.
"Yah, intinya sekarang aku udah tamat. Ada rumah dan tabungan beberapa juta, sudah saatnya melupakan pelajaran dulu dan menikmati masa muda! Hahahaha!"
Jika ruangan tersebut tidak kedap suara, tetangga disebelah pasti akan marah-marah.
Kring Kring~
Dirn Mizh yang mengambil hp diatas meja memperhatikan siapa yang menelepon.
'Hmm? Nomor tidak dikenal? Siapa? Rentenir? Penipu? Tante minta pulsa? Angkat ajalah, siapa tau penting.'
"Halo, selamat siang, dengan posyandu bunda ayu ada yang bisa dibantu?"
Dirn Mizh memulai percakapan duluan ingin memeriksa siapa yang meneleponnya.
"Halo? Posyandu? Ini bukan nomor kakak?"
Suara gadis yang terdengar jernih Dirn Mizh langsung sadar identitas si pemanggil itu adik kembar perempuannya.
"Bukan bukan, kakak kira siapa tadi yang telepon, ganti nomor lagi yah?"
"Bener ini kakak berarti! Iya nomornya ganti yang baru lagi kak."
"Hoho, jadi kenapa telepon kakak Tirn?
"Ohh iya, ini mama sama papa mau ngomong dengan kakak."
"Hah!? Mama sama papa?"
'Ohh shit, kenapa lagi nih, apa udah ketahuan kalau aku lulusan terbaik? Tidak tidak, nomor yang kudaftarin di sekolah nomorku sendiri.'
Mendengar bahwa kedua orang tuanya akan berbicara membuat Dirn Mizh merasa waspada.
"Maa ini kakak!"
"Kakak? Mana sini... Halo Dirn?"
"Halo maa?"
Tangan Dirn Mizh gemetaran, karena dia sadar, didalam keluarganya kalau ada yang disembuyiin pasti diceramahin.
Ceramahan dari orang tua dapat membuat 1 menit ceramah akan terasa 1 jam, seolah olah waktu melambat, dan ceramah tidak akan berakhir sehari, itu akan berlanjut berhari hari, bahkan hingga sebulan lebih.
"Dirn! Gimana disana? Baru luluskan? Nilainya bagus baguskan? Yang merah ada? Udah makan? Lagi dimana? Ngapain? Tidur cukup akhir akhir ini?"
Pertanyaan umum yang dilontarkan oleh ibunya membuat tangan Dirn Mizh semakin mengeras.
'Ugh... Kebiasaan Mama kalau nanya langsung sekaligus'
"Mhm, anu... Maa."
Saat Dirn Mizh hendak menjawab kata katanya langsung dipotong dan ibunya mulai membicarakan hal lain lagi.
"Ohh iya, itu si anak tetangga sebelah rumah kemaren ituloh Dirn, dia mena..."
Seperti itulah sikap seorang ibu, setelah mereka menanya kabar mau itu baik atau buruk, topik pembicaraan akan lanjut kebagian 'Anak Tetangga.'
Orang tua yang mulai membicarakan tentang anak tetangga biasanya ingin mengalahkan prastasi anak tetangga tersebut, itu sebabnya banyak orang tua berhadap nilai anaknya paling tinggi dari pada nilai anak-anak tetangga tersebut.
Tergantung jawaban, karena jika nilai lebih rendah dari yang lain, orang tua tersebut akan merasa malu jika para tetangga mulai membahas masalah nilai maupun prestasi.
"Ma! Kalau banyak nanya kayak gitu mana bisa si Dirn paham, sini biar papa yang nanyain"
Teriak suara seorang pria yang menyebut dirinya papa dalam panggilan tersebut.
'Untung papa yang ngelanjutin.'
Tangan Dirn Mizh mulai regang kembali karena tekanan dari pertanyaan mamanya.
"Ahem, Dirn"
"Iya pa?"
"Jadi, keputusan mu bagaimana? Kamu udah luluskan sekarang? Jadi tawaran yang dikasih kakek gimana?"
'Tawaran kakek...? Ohh!!'
Dirn Mizh yang mendengar mengenai tawaran mulai memiringkan kepalanya untuk berusaha mengingat, dan ia teringat.
Pada saat liburan terakhir, kakek Dirn menawarkan sesuatu yang bagi Dirn cukup menarik dilakukan setelah kelulusan.
Itu adalah belajar tentang alam bebas dan melatih tubuh, kakeknya menawarkan itu karena membenci Dirn.
Apa yang dibencinya yaitu tubuh Dirn yang lemah dan fakta bahwa Dirn cuma belajar tentang materi dan jarang melakukan latihan fisik.
'Setelah dipikir pikir, dalam pembelajaran sebelumnya dikatakan kalau masih muda merupakan masa keemasan untuk melatih tubuh. Jadi mari kita coba pembelajaran seperti apa yang diajarkan kakek!'
"Iya pa, Dirn mau!"
"Baiklah Dirn, langsung aja pulang kampung duluan nanti kami nyusul."
"Mhm, iya"
"Ohh iya, sebentar, Lulusan terbaik yah Dirn... Kami tunggu penjelasanmu."
'Gawat! Ketahuan!'
Dirn Mizh yang merasa keringat dingin mulai membasahi tubuhnya setelah mendengar itu dari ayahnya, ingin segera memohon sesuatu.
"Pa! Halo pa! Jangan kasih tau mama!"
Tutttt~
"Sial, dimatiin."
Melihat panggilan yang terputus ia bergumam dan mulai menyiapkan hati saat keluarganya berkunjung nanti.
"Hah... Walau pada akhirnya ketahuan, si mama pasti ngebuat heboh."
Itulah awal cerita tentang seorang pria yang hanya belajar selama sekolahnya, dengan tubuh lemah, dan penampilan yang terlihat lusuh, akan berubah setelah melakukan perjalanan bersama kakeknya. Tapi itu merupakan cerita lain waktu.