Chereads / Virtual World : The Unknown / Chapter 29 - Reunion with Best Friend

Chapter 29 - Reunion with Best Friend

Pertempuran Monster Parade Wave-4 telah berakhir beberapa jam yang lalu, dengan kemenangan penuh pasukan dari Ranswu Village.

Mayat mayat chimera dibekas lapangan mulai menghilang. Hal ini berlaku bagi setiap monster maupun makhluk hidup lainnya, jika terbunuh mayat akan bertahan selama beberapa jam sebelum menghilang menjadi partikel cahaya.

"Gelombang empat telah selesai, jadi mereka berkemah disana kah..." Dhrizh dan Harmit telah sampai ditempat pertarungan. Mereka berdua menatap para pemain yang membangun tenda.

Para pemain sedang merayakan keberhasilan pertempuran hari ini, banyak barang jarahan yang mereka dapatkan.

"Kita kesana juga Kak?" Tanya Harmit mengetuk ngetuk topengnya.

"Hah? Kita logout aja dulu, istirahat. Besok akan jadi pertempuran pertama kita didepan orang orang. Carilah tempat beristirahat sana."

Selama perjalanan, Dhrizh dan Harmit hanya berlari mengejar waktu. Berharap bisa tiba lebih cepat. Setelah sampai disini, Dhrizh merasa mental banyak yang terkuras.

"Baiklah Kak!"

Mereka berdua mencari tempat aman didekat perkemahan agar terlindungi. Saat mereka keluar, tubuh tidak akan langsung menghilang. Itu akan tetap berada ditempat, oleh sebab itu mereka perlu mencari tempat yang aman.

"Letakkan batu Lightning Shock disekitar, buat perangkap jangan sampai mereka mengganggu tubuh kita."

Dhrizh menyuruh Harmit yang mulai mengerjakan perintahnya. Ancaman bukan hanya monster, pemain juga dapat membunuh seseorang disaat mereka keluar dari permainan.

Itulah sebab biasanya para pemain keluar secara bergiliran, kecuali mereka berada di desa atau kota. Saat berada di desa atau kota, mereka dapat menginap di hotel sekitar.

Segera Dhrizh keluar dari permainan.

***

"Hoamm~" Dirn membuka kapsulnya kemudian melakukan peregangan, setelah itu dia memeriksa pukul berapa saat ini.

"Jam empat kurang..."

Dirn keluar dari kapsul dan membuka tirai jendela. Memandangi jalanan yang masih sepi, seketika terbesit pemikiran untuk lari pagi.

"Sudah lama aku terakhir kali jogging."

Dirn keluar menuju pintu, memakai sepatu olahraga lamanya yang bertahan dari semasa sekolah terakhir.

"Huuufff..." Dirn mengambil nafas, berusaha menikmati siramin rohani alam pada pagi hari.

"Fuuuu... Oke, pemanasan terlebih dahulu!"

Setelah beberapa jam berlari. Dirn melihat jam di handphone nya.

"Enam kurang yah... Beli mie instan bentar lah di toko."

***

Seorang perempuan berambut hitam hingga ke pinggang, mengenakan pakaian musim panas putih, terdapat nametag didadanya yang tertulis 'Rima Pratiwi'. Ia saat ini sedang duduk santai dibelakang meja kasir.

Disaat nggak ada hujan, nggak ada pelanggan, nggak ada satupun hewan yang masuk ke toko, tiba tiba Rima marah memukul meja kasir.

Dang—!

"Haa, si bodoh! Sampai kapan dia buat aku nunggu disini!"

"Meski kata keluarganya dia lagi liburan sama keluarga." Rima melanjutkan dengan tangan terlipat dibawah dadanya sambil mengangguk anggukan kepala.

"Ini kan udah beberapa tahun! Apa dia nggak ada niat mau kuliah!" Rima melanjutkan lagi mengepal tangannya erat erat keatas dengan geram, tampak seperti ingin menerkam mangsa.

Seketika dia menyerah dan melemaskan dirinya, "Terserah dia lah Rima."

Suara pintu terbuka dan seseorang mengucapkan, "Permisi..."

'Masih pagi! Pagi kali orang ini pergi belanja!' Sebuah urat muncul dikeningnya, dia menjawab sedikit ramah dipaksa. Tidak ada niatan melirik pelanggan sama sekali.

"Selamat datang, selamat berbelanja."

Orang yang mendengar ucapan selamat langsung melihat kearah Rima. Dia mengatakan sesuatu yang membuat hati Rima bergetar.

"Rima? Ngapain disini?" Kata orang itu sambil melihat Rima dengan heran.

Rima merasa akrab dengan suara ini, dia langsung cepat cepat melihat Dirn. Sebuah komplikasi percakapan antar diri sendiri muncul spontan dipikiran Rima.

'Pria itu akhirnya pulang.'

'Pria idiot yang pergi tanpa bilang bilang.'

'Pria sialan yang cuma peduli sama 4 bocah, tidak pernah sekalipun dia baik kepadaku.'

Rima terdiam, badannya bergetar tidak karuan, matanya mulai berkaca-kaca.

'A-aku tau ka-kalau kita cu-cuma seb-sebatas sahabat, ja-jadi aku sadar ka-kau nggak mau ber-erhubungan.'

'Setid-setidaknya biarkan aku menemanimu!'

Orang itu mendekati Rima secara bertahap sambil mengambil beberapa mie instan. Saat hanya meja kasir yang memisahkan mereka berdua, orang itu berkata acuh tak acuh.

"Terserahlah, aku beli ini, berapa totalnya?"

Rima merasa badannya retak , tubuhnya melemas, air mata yang keluar langsung ketarik kedalam, uap nampak muncul dari rambutnya yang indah.

'Bajing4n! Setelah semua, kau masih tidak berubah!'

Rima melompat, melewati meja kasir. Rok putihnya memperlihatkan paha manisnya saat dia melompat. Orang itu yang sedang mengambil dompet tidak siap untuk kejadian selanjutnya.

Rima berteriak dan mengigit bahu orang itu.

"Fsyiahlan khrwau dhrwin! Mhrwingrghalrwkhwan akrwhu sendriwih!" ( Sialan kau Dirn! Meninggalkan aku sendiri! )

Orang itu, atau Dirn, pria yang selama ini ditunggu Rima, berteriak juga.

"Arghh! Rima! Kau gila kah!? Lepasin!"

Dirn berusaha mendorong bahu Rima agar menjauh dari dia, tapi cengkeraman dan gigitannya semakin kuat.

"Terswerah akruw! Hurkwumarn bhrwuatmhru!" ( Terserah aku! Hukuman buatmu! )

"Arghh! Hukuman apa perempuan gila! Kalau aku ada salah maafin aku!"

"Serhmwuah chrowok shramwa ajha!" ( Semua cowok sama aja! )

Selama beberapa saat Dirn berusaha melepaskan Rima darinya. Jika ada orang yang lewat, mereka akan langsung memperhatikan perkelahian ini sebagai pertengkaran antar kekasih.

Akhirnya Dirn jatuh lemas, bahunya serasa kehilangan tenaga. Sedangkan untuk Rima dia masih menggigit dan memeluk Dirn saat ia terduduk lemas.

"Ughh... Maaf maaf nggak ngabarin, kau seharusnya cari pasangan, ada banyak pria yang suka samamu kan?"

Dirn menepuk punggung Rima dan mengelus perlahan kepala Rima. Terlihat seperti seseorang menenangkan serigala yang menggigit bahunya.

Rima berhenti menggigitnya, dia kemudian memeluk Dirn sekuat mungkin sambil menangis.

"Huaaa! Jangan tinggalin aku lagi! Huaaa!"

"Cuppp cupp cupp, ayang anak papa..." Dirn mengelusnya sambil mengatakan layaknya ayah keputri kecil tersayangnya.

"Huaaa!" Isakan Rima semakin keras, dia tidak ingin diperlakukan seperti seorang anak kecil.

Dirn dalam hati bersyukur, masyarakat sekitar sini mulai keluar saat jam 7an dan belum ada cctv dipasang disini. Kalau ada yang melihat adegan ini, dia merasa rasa malu seakan membunuhnya.

Beberapa saat kemudian Rima mulai diam, meski masih ada isakan kecil. Dia mulai melepaskan pelukannya dari Dirn. Dirn yang memperhatikan Rima mulai tenang, mengambil sapu tangan dan mengelap air matanya.

Rima merasa sedikit dihargai, dan tersenyum bahagia. Dirn yang memperhatikan senyumnya, bergedik seketika. 'Senyuman perempuan ini semakin manis...'

Tidak ingin semakin terpesona, Dirn bertanya tanpa basa-basi.

"Mie instan aku berapa totalnya?"

"Kau masih belum berubah, berhati lembut tapi masih dingin... Nggak bisa lihat keadaan. Hmph!"

Rima merasa sangat disayangkan, momen pas seperti ini diperlakukan layaknya candaan sama Dirn.

Dirn menatap Rima yang berdiri, berjalan kebelakang kasir dan mengambil sebuah jam tangan.

Jam tangan itu terlihat mewah, perak bercampur emas membuatnya seperti jam tangan kelas tinggi. Tampilannya polos hitam ditengah tanpa ada jarum jam ataupun angka digital layaknya jam lainnya. Dirn berpikir itu kemungkinan gelang.

Rima menempel jari jempolnya ditengah jam itu. Seketika sebuah hologram seukuran tablet 15*20cm muncul.

"Wow! Sebuah hologram nyata!" Dirn terkejut melihat hologram yang keluar dari jam tangan tersebut.

Rima tertawa lucu memperhatikan reaksi Dirn, dan menjelaskan sedikit apa jam tangan itu.

"Ini namanya Decode Arm."

"Decode Arm? Jam tangan dari Zero Company?" Tanya Dirn, sedikit kekaguman terlihat dimatanya.

"Mhm, keknya Dirn memang belum berubah sama sekali ya?" Rika mengatakan hal itu sambil memandangi Dirn dan tangan satunya seperti mengetik sesuatu.

"Belum berubah?" Dirn merasa udah banyak hal yang telah berubah semasa ia dibawa lari sama kakeknya.

"Yep, terlalu kaku dan hanya fokus sama yang dirimu tau, sisanya, kalau nggak menarik pasti dihirauin. Berita aja nggak ditonton, kayak mana mau dapat info baru." Jawab Rima menggelengkan kepalanya.

"Asal bicara, aku su-"

"Diam sebentar."

Saat Dirn ingin menepis, Rima menyuruhnya untuk diam. Dari jauh dia melirik, hologram itu terlihat seperti memanggil seseorang. Tiba tiba sosok nenek tua muncul dihologram.

"Iya nak Rima? Ada apa?" Tanya nenek itu.

"Rima mau berhenti ngejaga toko nek." Jawab Rima spontan.

"Hmm? Berhenti ngejaga toko? Ohh, pasti bukan itu, mau beli barang buat toko kan? Iya iya nenek beliin." Nenek itu membalas sambil mengangguk, seakan dia salah dengar dan mengartikan dengan benar.

"Nggak, Rima serius mau berhenti ngejaga toko." Jawab Rima menggunakan ekspresi serius diwajahnya.

"Apa!?" Kejutan muncul diwajah keriput Nenek itu.