"assalamu'alaikum...." aku membuka pintu bangsal nisa, gadis kecil itu sudah duduk bersandar di tempat tidurnya sedang merajuk kepada seorang perawat yang akan memberi nya obat, nisa menolak minum obat dan perawat itu sudah ingin menangis karena tidak dapat membujuk nisa, padahal obat itu sangat penting.
" wa'alaikum salam tante cantik..." nisa langsung tersenyum saat aku berjalan mendekatinya, aku pun meminta obat yang berada di tangan perawat itu yang langsung memberikan padaku dengan senang hati.
" suster...berikan obatnya padaku...biar anak cantik ini minum obatnya sendiri." perawat itu langsung memberikan obat kepadaku dan mohon undur diri.
" tante cantik, nisa nggak mau minum obat,nisa bosan..." gadis kecil itu menangis, aku memeluknya dan kubelai rambut hitamnya yang tebal..
" sayang...apa kamu tidak ingin sembuh? tante janji akan memberimu hadiah setiap hari jika nisa mau meminum obat sendiri." aku mencoba membujuknya.
" beneran tante cantik...aku akan mendapat hadiah?" tanyanya dengan senyum mengembang dibibir mungilnya yang pucat.
"iya sayang...ini tante sudah membawa sebuah hadiah...nisa mau?" tanyaku sambil memperlihatkan sebuah boneka kelinci putih bersayap yang sangat lucu, kulihat nisa menyukainya, diapun langsung memintaku membantu meminumkan obatnya, dia sendiri yang memasukkan kedalam mulutnya dan kuberi minum untuk melarutkan obat itu.
" ini hadiah untukmu karena sudah pintar dan mau meminum obat sendiri..." kuberikan boneka itu padanya dan langsung kupeluk tubuh mungil gadis itu.kami sudah menjadi teman baik sekarang, tak lama adrian datang bersama seorang pria, dan akupun terkejut saat melihat wajahnya, karena aku sangat mengenalnya.
"aisyah..." katanya terkejut, aku mengangguk dan tersenyum kearahnya dan dia pun juga tersenyum kearahku.
" kalian sudah saling kenal?" tanya dokter adrian yang agak terkejut melihat hafiz mengenaliku.
" kami dulu teman sekolah, aisyah dan ibunya nisa adalah sahabat." hafiz menjelaskan pada dokter adrian.
" itu berarti nisa ini putrimu?" tanyaku kemudian.
" iya aisyah...dia putriku dan marwah" namanya adalah pemberianmu, marwah yang menceritakan padaku waktu itu, dia memberinya nama qismika annisa, karena itu hadiah darimu, begitu kata almarhumah istrinya.hafiz kemudian menceritakan tentang penyakit nisa yang ternyata penyakit bawaan sejak lahir, juga tentang marwah yang meninggal dua tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan.
" hafiz...aku turut prihatin dan berduka cita atas meninggalnya marwah." aku merasa sedih karena aku tidak pernah lagi bertemu dengan marwah sejak aku dijodohkan dan menikah dengan aldo.kami pun akhirnya saling berbagi cerita, hingga tak terasa waktu sudah hampir jam dua belas siang,aku pun segera pamit pada adrian dan hafiz karena harus kekantor aldo.
***
"assalamu'alaikum..." aku mendorong pintu kantor aldo, tidak ada siapapun didalam dan akupun berinisiatif menunggunya dengan membaca buku disofa di kantor aldo.
aku merasa sangat lelah dan akupun akhirnya tertidur di sofa.
" sayang...bangunlah...aku membawakan makan siang untukmu" aku mendengar suamiku membangunkanku dan aku meminta maaf padanya.
" maaf mas...aku ketiduran...kamu sudah makan siang..?" tanyaku.
"sudah,,aku menunggumu,tapi kamu tidak segera datang, jadi aku pergi sendiri dan membungkusnya, mari kita makan dulu.." aldo duduk disampingku setelah aku bangun dan memberinya tempat duduk, kami makan bersama.
" terima kasih mas...maaf tadi aku terlambat, nisa tidak mau minum obat jadi aku harus membujuknya."aldo tersenyum kearahku dan menganggukkan kepalanya.
" tidak masalah...bersantailah..." katanya.kami selesai makan siang,aku membantu aldo sebentar dan aku pamit setelah anna meneleponku mengatakan ingin bertemu denganku.
" mas...aku mohon ijin menemui dokter anna...sudah lama sekali kami tidak bertemu." akupun segera kerumah dokter anna setelah mendapat ijin dari suamiku, aku mencium tangannya dan dia melumat bibirku beberapa saat,dan kamipun terengah- engah karena hampir kehabisan nafas.
" aku permisi dulu mas..." aku membuka pintu kantor dan segera menuju rumah dokter anna.