Chereads / SURROGATE HUSBAND / Chapter 2 - Bagian 2

Chapter 2 - Bagian 2

Warning 21++

.

.

.

.

.

Megan nampak resah, dahinya sudah di penuhi peluh menahan setres. Wanita itu terus menerus memperhatikan sekitar, "Van? sebaiknya kau pulang."

"Tidak! aku masih ingin disini Megan."

"Kau sudah sangat mabuk? lagi pula masalah apa yang membuatmu tanpa sadar memakai piyama malam lalu duduk di nightclub sendirian?"

Vanya terkekeh pelan, matanya mengerjap beberapa kali. "Semua ini gara-gara pria menyebalkan itu! kau tahu Megan? solusi tadi siang yang kita bicarakan...."

Vanya menggantung ucapannya wanita itu kembali menenggak Vodka yang tersisa di dalam gelas dengan sekali teguk minuman beralkohol itu sudah lenyap dari tempatnya, "Aku berniat meminta sarannya setelah kami bercinta, tapi pria itu lebih memilih bermesraan dengan setumpuk berkas beserta laptop miliknya."

Memang bodoh.

"Lihatlah aku sudah seksi bukan?" Vanya memperagakan posisi duduk dengan belahan paha yang terekpose jelas, putih dan mulus membiarkan para pria hidung belang menontonnya secara gratis, "Dia menolak melakukan hubungan intim denganku, katanya aku sibuk! aku banyak pekerjaan! dasar bedebah sialan!"

Megan nampak ber oh ria, ternyata kehidupan setelah menikah jauh lebih rumit. "Hentikan aksi konyolmu itu! kau nampak seperti seorang jalang."

Vanya menggebrak meja pantry dengan gelas, "Apa aku nampak seperti seorang jalang? aku hanya ingin di puaskan dasar bodoh!"

Megan mengangguk-anggukkan kepalanya dengan penuh permohonan maaf atas ulah temannya mereka menjadi tontonan para tamu lain, sudah habis kesabarannya Megan memilih untuk pergi sejenak menuju toilet wanita membiarkan Vanya dengan segala racauan memalukan itu sendirian.

Megan mengangkat bokongnya di susul sebuah tas ia tenteng di satu tangannya tergantikan oleh seorang pria tampan duduk di sebelahnya tanpa Vanya sadari jika lawan bicara sudah berubah lawan jenis. Pria itu berpenampilan sedikit kusut namun tak meninggalkan aura ketampanan miliknya, pakaian casual begitu menarik perhatian beberapa kali seorang wanita bergilir untuk menggodanya atau bahkan ada yang jauh lebih terang-terangan menggodanya untuk berbagi masalah di atas ranjang.

Pria itu hanya tersenyum smirk tanpa menjawab atau merespons untuk malam ini saja ia hanya ingin menghabiskan malamnya dengan minuman beralkohol tanpa teman ranjang atau aktifitas panas seperti biasanya.

Pria itu tak memperhatikan gerak-gerik Vanya yang semakin tak terkontrol, "kau tahu megan?"

Megan? siapa dia? batin pria itu dengan menoleh jengah, mau tak mau ia mengalihkan pandangannya tepat kearah samping di mana seorang wanita dengan piyama tidurnya meracau tak karuan.

"Kami sudah sebulan tak bercinta."

"Sebulan?" sahut pria itu tanpa sadar, ia meletakan gelas minumnya menyisakan dua tangan yang menopang dagunya. Sepertinya pria itu mulai tertarik.

Vanya mengangguk, surai panjang kecoklatannya tergerai tak beraturan. "aku lupa kau belum menikah."

Sial! dia meledekku? pria itu membatin tak terima lagi pula bukan belum hanya jodohnya masih nyangkut entah di mana.

Vanya terhuyung tepat di dada pria itu, "Megan? sejak kapan dadamu rata?" tanpa sadar jemari tangannya mulai meraba-raba, "Dan rahangmu berbulu?"

Oh shit! dadaku memang datar, dasar wanita aneh!

"Siapa kau? kemana Megan?" Vanya mengerjapkan kedua matanya yang entah keberapa kali setelah tanpa sadar jika lawan bicaranya berubah menjadi seorang pria dewasa dengan wajah tampannya meski Brian tak kalah tampan jujur saja pria itu sedikit berbeda.

Senyuman smirk terlontar helas dari sudut bibirnya, "Aku akan mengabulkan keinginanmu, bagaimana?"

"Benarkah?" Vanya menjawab singkat dengan di iringi anggukan cepatnya.

"Memangnya kau tahu apa keinginanku?"

Pria itu tak menjawab hanya sebuah tatapan sinis yang Vanya terima, lalu dengan tanpa permisi pria itu menyondongkan tubuhnya dengan mengikis jarak diantara mereka. "kepuasan bukan? aku akan memberikannya."

Vanya terkejut namun seperkian detik raut wajahnya memerah karena malu,  hanya merasakan hembusan napas bercampur dengan aroma mint berhasil membuat Vanya tak sabar akan permainan panas mereka. "Aku menunggu."

Pria itu tersenyum lebar seperti mendapatkan lampu hijau setrlah sekian lama menunggu, tanpa basa-basi pria misterius di hadapan Vanya menggendongnya ala bridal style dengan senang hati Vanya mengalungkan kedua tangannya di tengkuk pria yang baru saja ia kenal, terkutuklah kau Vanya! jika bukan karena pengaruh alkohol sudah ia pastikan pria yang sedang menggendongnya sudah babak belur ia tonjok habis-habisan.

Namun karena perasaan sepi dan kecewanya terlalu ikut campur malam ini, maka mau tak mau hasrat bercinta sangat menguasai akan dirinya sendiri bahkan Vanya merasa nyaman dalam sandaran pria asingnya saat ini, jujur saja perasaan sepi yang selalu menyelimutinya menyetujui akan perbuatan nyelewengnya saat ini, Vanya masih menguasai kesadarannya yang entah berapa persen yang jelas ia tahu jika pria tampan dengan santai menggendong tubuh rampingnya ini bukanlah Brian, suaminya.

Tak ada perbincangan lebih, Vanya hanya menatap setengah ngantuk di balik kaca mobil menampilkan nuansa malam yang penuh di hinggapi bintang di langit tak lupa cahaya bulan semakin mempercantik keadaan. Seharusnya ia menyesal membiarkan pria asing membawa tubuhnya entah kemana, seharusnya ia malu akan dirinya namun seperti terhipnotis begitu saja tanpa sadar Vanya segera memasuki lubang masalahnya sendiri.

Pria itu hanya fokus dengan jalanan mungkin entah berapa kali Vanya mencuri-curi pandnag ke arahnya dari mobil sport miliknya Vanya yakin jika pria itu bukan sembarang orang, "Siapa kau?"

"Apa itu penting?"

"Hmmm, tidak juga sih."

'perasaan macam apa ini? detak jantung sialan! kenapa kau berdetak menyebalkan saat ini? bahkan saat bersama Brian aku tak pernah merasakan perasaan aneh seperti saat ini!'

Vanya membatin di temani remasan pelan di area dadanya sampai kedua manik teduh miliknya kembali tersuguhkan oleh bangunan megah nan cantik, sebuah mansion yang tak kalah besar dari milik suaminya terpampang jelas di hadapannya, Vanya menelan salivanya meski pengaruh alkohol masih menguasi dirinya, Vanya tak mampu menghindari perasaan awkward saat ini benar-benar menyebalkan!

Pria itu melepas seat belt lalu turun mengitari mobil, Vanya pikir mungkin ia akan turun sendirian lalu mengekori pria itu di belakangnya namun prediksinya lenyap setelah pintu mobil itu terbuka menampilkan sosok pria dengan tubuh kekar yang sangat terawat itu tengah membungkukkan tubuhnya untuk meraih sesuatu, Vanya terkesiap seketika otak mesum melintasi pikirannya.

Tanpa Vanya duga bahwa pikiran mesumnya berlebihan, pria itu melepaskan seat belt menaruh kedua tangan nya di antara paha dengan punggungnya, Ya. Pria itu kembali menggendong tubuhnya ala bridal style sama seperti saat mereka keluar dari nightclub di mana tempat pertama kali mereka bertemu.

Vanya nampak tertegun melihat interior mansion miliknya dan luasnya sama rata dengan milik suaminya, Ah tiba-tiba aku jadi ingat Brian. Aku pergi tanpa kabar, sialnya ponselku malah mayi total setelah berenang bebas masuk ke dalam minuman beralkohol tadi. Di sela-sela adegan romantis yang pria itu lakukan Vanya sedikit membatin walau bagaimanapun Brian masih suaminya, masih sah pula.

Sampai keberadaan mereka di dalam sebuah kamar mengagetkan Vanya, 'jadi pria itu benar-benar akan melakukannya?' Menyebalkan! kenapa efek alkohol itu justru menyadarkan situasi salahku saat ini, Vanya terduduk kaku di tepi ranjang dengan merutuk dirinya oleh seribu kebodohan yang ia lakukan.

Vanya hendak menengadah pandangannya ketika dengan cepat benda kenyal nan basah itu sudah menyentuh bibirnya tanpa aba-aba, pria itu menciumnya perlahan namun pasti tidak ada paksaan di dalamnya, pria itu benar-benar memberikan kebebasan untuk bibirnya mengeksplor lebih jauh lagi, "hmmmpt." suara yang terbungkam mutlak oleh kedua bibir pria itu membuat Vanya tak bisa lebih banyak protes.

Hanya menikmatinya tanpa enggan protes, toh mubazir juga jika di sia-siakan hanya untuk malam ini dosa indah itu aku lakukan. Batinnya berisyarat untuk mereka melakukan hal yang lebih dari sekedar berciuman.

"Relax, sayang." Pria itu berbisik dengan nada suara pelan nyaris lebih mirip dengan desahan tak tertahankan.

Vanya menelan salivanya susah payah melihat tubuh full naked antara ia dan pria asing itu, "kau yakin akan melakukannya?"

"Tentu saja, malam ini milik kita."

Sial! pria itu benar-benar nikmat!

Satu sentuhan di tempat inti miliknya berhasil membuat tubuhnya bergelinjang panas dingin di buatnya, Vanya menahan desahannya dengan menggigit bibir bawahnya. Membiarkan pria itu menjelajahi tubuhnya sesuka hatinya, "ahhhhhh!" lolos sudah pertahanan nya suara desahan itu muncul kepermukaan tanpa ia sadari dua jemari tangan pria itu sudah menguasai inti miliknya sampai puncak pelepasan itu tiba tak tertahankan, "aahhhhh! aku ingin-"

"Keluarkan saja Baby," ucapnya dengan penuh sensual menjilati hasil karyanya di dua jemari tangannya, "aku suka milikmu ini."

'Sumpah demi apapun itu menjijikan! namun Brian tak pernah melalukannya, foreplay yang benar-benar berbeda.'

"Itu menjijikkan."

"Tapi aku menyukainya-" ucapan pria itu tergantung karena pemandangan dua piramida yang menggembul indah mengalihkan fokusnya, dengan sangat hati-hati pria itu merangkak keatas ranjang lalu menindih tubuh Vanya yang terbaring tak berdaya, wanita itu pasrah akan kenikmatan yang saat ini ia dapatkan Persetan kau!

Dengan sangat cekatan, pria itu segera mengecup kembali leher jenjangnya menelusuri setiap inci lalu mencecap memberikan beberapa kissmark di sana. Vanya kembali mendesah nikmat, kedua manik teduhnya tertutup sempurna hanya satu yang ia tahu bahwa ini nikmat.

Sepertinya malam ini memang khusus mereka berdua, Vanya meremas pelan puncak kepala pria itu, lalu satu tangannya meremas kuat punggung pria itu memberikan sebuah lukisan cakaran oleh kukunya, satu kali hentakan milik pria itu sudah terbenam sepenuhnya, inti miliknya sudah di kuasai, menyesakkan namun Vanya tak naif bahwa ia ingin merasakan hal lebih, Sial! miliknya jauh lebih besar dari Brian!

"Kau sudah sering melakukannya rupanya."

Vanya terdiam sejenak, pria itu tak menggerakkan miliknya. "tentu saja, aku sudah menikah."

Sekakmat! sial aku menyetubuhi istri orang?

Dan setelah mengumpat merutuk akan kecerobohannya, pria itu menghela napas raut wajahnya penuh kekecewaan. Dan tanpa lawan ranjangnya sadari, pria itu memilih menghentikan aktifitas seks mereka, yang benar saja ia harus menikmati tubuh wanita yang sudah bersuami? Come on! meski sangat menyakitkan pria itu memilih menarik kembali miliknya, menyisakan kekesalan yang amat tak berguna.

"Kau bodoh El! nyaris saja kau bermasalah dengan wanita bersuami."

_________________________

Sampai bertemu di next part 😙😙

Jangan lupa dukungannya.

see you 💋💋