Chereads / SURROGATE HUSBAND / Chapter 3 - Bagian 3

Chapter 3 - Bagian 3

Vanya mendesah kasar ketika area wajahnya tersapu hangat oleh cahaya matahari, dengan malas Vanya membalikkan tubuhnya untuk membelakangi jendela kamar, Sebentar! suasana kamar yang ia tempati jelas bukan kamarnya dan aroma parfum yang sempat menyentuh indra penciumannya sontak membuat Vanya terhenyak kaget.

"Sial! jam berapa sekarang?" Dengan segera wanita itu beranjak dari bantal, mencari jam untuk melihat sudah berapa lama ia pergi meninggalkan Brian. "Astaga! jam sepuluh pagi, matilah kau Vanya."

Hendak mengenyahkan selimut tebal dari tubuhnya, Vanya mengurungkan niat melihat tubuh full naked seketika bayangan panas semalam berhasil membuat Vanya merasa sudah menjadi wanita hina, bersetubuh dengan pria lain apa kata keluarga suaminya?

Vanya meremas wajahnya, wanita itu semakin prustasi ketika secarik kertas berada di atas nakas, sejujurnya ia sangat malas untuk membaca.

Terima kasih untuk semalam, kau benar-benar nikmat.

Elard Hudsonn

Vanya segera merenas secarik kertas tak berdosa itu dengan penuh amarah meski wajahnya memerah karena malu, Shit! ia mengenal siapa pemilik nama Elard Hudsonn pria itu pembisnis yang sangat pintar juga cerdik Vanya sedikit tahu dari suaminya, dan sempat ia mendengarnya jika perusahaan pria itu terkaya di Amerika Serikat.

"Matilah kau Vanya! Affair macam apa ini?"

Seluruh hidupnya setelah ia keluar dari mansion ini sudah jelas akan menjadi masalah baru untuknya. Vanya menjulurkan kedua kaki jenjangnya dari balik selimut, membiarkan kaki telanjangnya itu menyentuh dinginnya marmer. Hanya meratapi penyesalanpun akan terasa percuma, terlalu banyak beban pikiran yang selama ini ia pikul sendiri membuat Vanya merasa jika kepalanya ingin pecah.

"Kau harus melupakan kejadian tadi malam, lupakan pria itu!"

Di sela-sela proses mandinya, Vanya terus mengumpat bahkan merutuki akan kecerobohannya sendiri, seandainya ia tak merajuk lalu tak memilih pergi ke nightclub sialan itu kemungkinan masalah ini takkan menimpang nya saat ini.

Vanya selesai dengan bathrobe serta handuk yang membelit surai panjangnya ketika hendak keluar dan kembali menatap ranjang yang nenjadi saksi bisu akan kebodohannya Vanya segera menampik pandangannya kearah dua maid dengan satu kotak di setiap tangan mereka, kedua maid tersebut membungkuk hormat.

"Kata tuan, ini adalah baju gantinya." salah satu maid menaruh kotak berwarna navy itu atas ranjang di ikuti satu kotak berwarna merah yang ikut serta di letakkan di tepi ranjang.

"Terima kasih, kalian boleh keluar." Vanya to the point jujur ia sangat ingin segera pergi dari mansion ini atau jika ia semakin terlambat mertuanya yang bawel pasti akan menceramahinya siang dan malam, sudah sangat jelas akan membuat kedua telinganya pengang.

Vanya siap dengan dress selutut tanpa lengan berwarna hitam lalu sepatu berhak dengan warna senada, ia berniat keluar kamar sebelum menemukan telepon rumah berada di dekat kursi tepat di depan kamar yang ia tempati semalam.

"Untung saja aku hapal nomer Megan, aku bisa menyuruhnya menjemputku sekarang."

Tanpa ba bi bu be bo Vanya segera menekan sesuai angka tujuannya kedua manik miliknya masih setia mengawasi suasana mansion,  "hallo Megan?"

" Dasar teman laknat! menyebalkan! menyusahkan! kau tahu semalam aku tak bisa tidur karena memikirkanmu!"

"Nanti saja ceramahnya, okay? aku ingin sekarang kau menjemputku di mansion milik Elard Hudsonn."

"APA?! jadi pria yang membawamu pergi dari nightclub itu Elard Hudsonn? pria lajang yang tampan dan sangat kaya? Daebak!"

Vanya meremas dahinya tak jabis pikir, "bisakah kau menjemputku sekarang?"

Megan terkekeh dari sebrang telepon, "Ah, aku lupa baiklah aku berangkat sekarang. Dan kau berhutang penjelasan kepadaku," sahutnya lalu panggilan itu terhenti karena Megan memutuskan sambungan panggilan dari temannya, Vanya.

Ketika mendapati apa yang ia inginkan Vanya menaruh kembali telepon rumah itu di tempatnya semula, kedua manik teduhnya terus mengitari mencari sosok pria yang bermalam dengannya, dengan perlahan namun pasti Vanya mulai menggerakkan kedua kaki jenjangnya mengutari lorong dan berakhir dengan sebuah tangga yang menjulang megah, interior yang mewah membuat Vanya sedikit iri akan pemiliknya dan sejujurnya milik Brian tak begitu buruk dari ini, suminya menduduki peringkat keempat sebagai pengusaha sukses di Amerika tapi ia tak tahu peringkat keberapa seorang Elard Hudsonn? yang ia sedikit tahu bahwa pria itu hanya penikmat wanita.

Mungkin ia salah satunya, terbukti dari ia berbicara penuh sensual dan tatapan mesum darinya membuat Vanya yang memiliki kesadaran seratus persen itu menggidigkan kedua bahunya, menyeramkan jika di ingat saat sadar meski tampan namun Vanya memilih untuk tidak berurusan dengan pria itu.

Cukup lama Vanya membelukan diri, akhirnya ia menyerah dan mulai menuruni setiap anak tangga. Suasana mansion sangat sepi hanya suara dari sepatu berhaknya yang menggema, Vanya menuruni anak tangga itu dengan sangat anggun sudah menjadi kewajibannya saat sah menjadi seorang istri Billionaire semua ada tatak ramanya, padahal jika boleh jujut akan sosok dirinya sebelum menikah Vanya seorang gadis yang bar-bar.

Sampai di akhir anak tangga, kedua manik wanita itu akhirnya menemukan sosok yang ia cari. Tunggu dulu! ralat, bukan ia mencarinya hanya sedikit penasaran saja bagaimana wajah yang kata sahabatnya itu tampan jika kesadarannya sudah full. Vanya membatin di sela-sela lamunan sampai seorang maid wanita menghampiri keberadaannya.

Maid tersebut segera membungkuk setelah sampai tepat di hadapan Vanya dengan sangat sopan, "kata tuan, ia menginginkan nona untuk menemaninya sarapan."

'What the hell? ia sudah sangat terlambat dan haruskah ia menurut?'

Vanya nampak kikuk dari raut wajah yang kentara tak suka itu ia hapus jauh-jauh,Vanya tersenyum singkat. "baiklah aku akan segera menemui tuanmu itu."

'Demi film After yang saat ini ingin aku tonton, degup jantungku semakin menyebalkan saat ini dan itu sangat tidak nyaman!' Vanya menarik napas beberapa kali, tatapannya hanya fokus kearah pria dengan pakaian formalnya.

Menyadari ada seseorang duduk di salah satu meja makannya, Elard menoleh ke arah sebelah kanan tubuhnya, tatapannya dingin dan sangat tidak nyaman siapa pun yang melihatnya. Begitu pun dengan Vanya, sejauh ini Brian yang ia klaim pria paling kaku dan dingin namun lihatlah saat ini ada yang jauh lebih parah dari suaminya.

Suasana awkward mulai nampak di antara keduanya, namun di sini Vanya jauh lebih merasa seperti seorang tersangka yang siap menerima keputusan hakim akan kejahatannya, Vanya mengalihkan pandangannya berniat untuk menetralisis degup jantung yang berpacu cepat. Mencari cara agar ia segera bangkit dari kursi makan dan segera pulang untuk menemui suaminya.

"Kenapa melihatku seperti itu?" kata El dengan menyeka sudut bibirnya menggunakan serbet tanda bahwa ia telah selesai.

Vanya segera mengerjapkan kedua manik miliknya, Sial! kenapa ketahuan! wanita itu hanya memainkan jemari lentiknya tanpa segera menjawab pertanyaan.

"aku akan mengantarkanmu pulang." Elard kembali berucap dan menunggu jawaban dari lawan bicaranya.

Vanya seketika menoleh ke arah Elard, "eh, anu-"

"Apa yang ingin kau sampaikan? aku tak memiliki banyak waktu."

"Aku sudah meminta temanku untuk menjemputku, jadi kau tak perlu repot-repot mengantarku." Vanya mengakhiri perkataannya dengan senyuman manis khas milinya.

Elard nampak tak begitu peduli, "bukankah ponselmu mati?"

"Aku menggunakan telepon mansionmu, maaf agak lancang."

Seorang pria dengan pakaian serba hitam menghampiri keberadaan tuannya, "maaf tuan ada seseorang yang ingin menjemput wanita bernama Vanya."

"Itu pasti temanku," potong Vanya dengan segera ia berniat beranjak bangun namun sebelum ia berlalu Elard dengan cekatan mencekal lengan tangannya.

"Aku belum tahu siapa namamu?"

"Namaku?" Vanya menunjuk dirinya sendiri dan pria di hadapannya mengangguk. "namaku Vanya, Vanya Luxio."

Kenapa kau menyebut nama marga suamimu Vanya? batinnya ketika ekspresi Elard seperkian detik merubah jauh lebih menyeramkan. Pria itu melerai cekalannya dan melangkah satu langkah ke arah Vanya yang berhasil membuat dirinya harus mundur untuk menghindar.

Vanya beringsut dengan melangkah mundur semakin jauh, dan Elard justru tersenyum smirk kearahnya. "kemana sifat pemberanimu tadi malam?"

"Itu hanya efek alkohol dan aku benar-benar menyesali kecerobohanku itu."

Elard mengurung tubuh Vanya dari sisi kiri dan kanan, mendekatkan wajahnya untuk mengikis jarak antara mereka. "menyesali rupanya?"

"Terima kasih untuk semalam, dan aku sangat berharap kita tidak akan pernah bertemu kembali." Vanya setengah berbisik dengan mendekatkan kedua bibirnya tepat di telinga kiri Elard, setelah mengumpulkan kebernaian untuk mengatakan hal itu Vanya segera mendorong dada bidang milik Elard dan berlari kecil menuju pintu keluar.

Dan Elard hanya meratapi kepergian Vanya tanpa mengejarnya, menyaksikan surai coklat panjang sepinggang itu bergoyang ke sana kemari mengikuti sang empunya dari lekuk tubuhnya yang sedang setengah berlari tegesa-gesa. Elard pikir mungkin wanita itu ketakutan bahwasanya ia akan mengejarnya dan melakukan hal yang tidak bermoral. Sayang, itu bukan seorang Elard hudsonn ia tak mengejar wanita, wanitalah yang mengejarnya lagi pula sebuah permainan seharusnya di selesaikan dengan sebuah strategi.

"Kita akan kembali bertemu Vanya Luxio."

_________________________

Bagaimana ceritanya? jangan lupa dukungannya ya 🥰