"W-woonie H-hyung?" Jimin terkejut saat seseorang bicara padanya.
"Annyeong jiminie." Wonwoo menyapa jimin yang memandangnya terkejut.
"Bisa kita bicara sebentar?"
"N-nde hyung." Ucap jimin kemudian ia mengikuti wonwoo ke arah halaman belakang.
.
.
.
.
.
Dan di sini lah jimin saat ini. Dihalaman belakang mansion jeon yang terdapat taman kecil juga sebuah gazebo yang terbuat dari kayu. Jimin tengah duduk di samping wonwoo dengan gelisah. Bukan karena jungkook, bukan. Ia gelisah karena wonwoo adalah teman dari kakaknya park sungwoon. Ia takut jika wonwoo akan mengatakan semuanya pada Hyung nya.
"K-kau ingin bicara apa hyung?" Tanya jimin dengan gugup.
"Jiminie, kenapa?" Jimin pun mengernyit bingung.
"Maksud hyung?"
"Kenapa kau menerima jungkook?" Jimin menunduk dan mulai berkaca-kaca.
"Hyung, aku terpaksa. Aku terpaksa menerima jungkook. A-aku... Aku tak ingin jungkook menyakiti bayi ku hyung." Ucapnya dengan air mata yang kini jatuh ke pipinya.
"Bayi? Kau... Kau hamil?" Jimin mengangguk dan menatap ke arah wonwoo dapat jimin lihat pria itu begitu terkejut dengan ucapannya.
"Nde hyung, aku hamil anak taehyung. Karena itu aku lebih memilih mempertahankan bayiku karena dia satu-satunya yang ku punya setelah aku berpisah dari taehyung." Jimin menurunkan pandangannya sambil tangannya mengusap perutnya yang masih datar.
"Kau masih mencintai taehyung?"
"Tak perlu di tanya lagi woonie hyung, tentu saja aku masih mencintainya bahkan sangat dan tak akan pernah tergantikan. Sekali pun ada jungkook yang kini bersama ku, cintaku kepada taehyung tak akan pernah goyah hyung." Wonwoo mengepalkan tangannya kuat setelah mendengar pengakuan yang keluar dari mulut pemuda mungil itu. Ia sangat marah pada adiknya yang tak tahu diri itu. Dengan tega memaksakan kehendaknya pada jimin bahkan kini jungkook nekat mengurung pemuda itu di dalam apartemen pribadinya dan tak membiarkannya untuk keluar selangkah pun dari sana. Bahkan beberapa hari yang lalu sungwoon kakak jimin sempat meminta bantuannya untuk mencari jimin meski ia mengetahui jika jimin bersama jungkook dan ia tak mungkin memberitahu pada sungwoon yang sebenarnya. Karena jika ia sampai membuka mulut tentang keberadaan jimin, di pastikan jungkook akan melakukan hal yang lebih gila dari ini.
"Sedang apa kalian?!" Jimin dan wonwoo pun menoleh ke belakang mereka saat mendengar suara berat yang sarat akan emosi yang melanda orang tersebut. Jimin membelalakkan matanya saat melihat jungkook di sana menatap tajam ke arahnya seakan ingin mengulitinya.
Jungkook berjalan ke arah mereka dengan rahang yang mengeras dan mengepalkan kedua tangannya.
"Sedang apa kalian di sini? Dan kau... —jungkook menunjuk pada jimin yang kini menunduk takut— ingin mengadu padanya hum?" Ucapnya dengan nafas yang memburu karena emosi yang menguasainya.
"Jung, kau sudah keterlaluan pada jimin."
"Jangan ikut campur urusanku! Jimin sudah menjadi milik ku dan sebentar lagi kami akan menikah. Jangan pernah kau menghalangi ku!" Jungkook langsung menarik lengan jimin dengan kasar dan membawa jimin masuk ke dalam.
Saat berada di dalam jungkook menghempaskan jimin kedinding dan menjepit wajah jimin dengan jarinya hingga bibir tepal itu sedikit mengerucut dan membuat kepala jimin sedikit mendongak ke atas untuk menatap langsung mata jungkook.
"Apa yang kau bicarakan dengan wonwoo hyung tadi?" Ucap jungkook dengan penuh penekanan.
"T-tidak ada k-kook." Jungkook berdecih dan menghempaskan wajah jimin.
"Kau akan ku hukum setelah kita sampai di apartemen." Jimin menggeleng keras di tak ingin mendapat hukuman apapun dari jungkook meski ia belum tahu hukuman apa yang akan di berikan oleh jungkook padanya. Yang pasti jimin mengkhawatirkan bayinya. Ia tak ingin sesuatu terjadi pada bayinya itu.
"T-tidak jungkook.. Jangan..."
"Diam! Tutup mulutmu. Sekarang kita pulang!" Ucap jungkook dengan emosi yang semakin menggebu.
"K-kook..." Jimin bungkam saat jungkook menatap tajam padanya. Kemudian membawa jimin keluar dari mansion itu setelah berpamitan pada nyonya dan tuan Jeon.
***
Di sebuah cafe, taehyung saat ini sesang melakukan pertemuan dengan klien nya dari perusahaan Min Corp. Mereka tengah melakukan pembicaraan bisnis dengan CEO dari perusaan itu.
"Baiklah tuan Min ini proposal kerja sama kita." Taehyung menyerahkan sebuah map berwarna merah ke atas meja mereka.
"Nde, saya akan membacanya terlebih dulu." Ucap pria bernama Min Yoongi itu.
"Nde." Setelah itu, Yoongi pun meneliti proposal yang di berikan padanya namun netranya melirik ke arah taehyung yang kini sedang melamun entah apa yang tengah ia pikirkan saat ini.
"Ada apa tuan Kim? Apa kau ada masalah? Kau tampak tak fokus dan lesu."
"Ah.. Maaf tuan Min saat ini saya sedang ada masalah."
"Masalah? Masalah apa yang membuatmu sampai seperti itu?" Katakan saja mungkin aku bisa membantu."
"Masalah orang ketiga di dalam rumah tangga saya. Dan karena kebodohan saya, saya telah menceraikan istri saya yang sangat saya cintai." Yoongi pun mengangkat sebelah alisnya.
"Bisa kau menceritakannya secara keseluruhan?" Taehyung pun mengangguk dan mulai menceritakannya dari awal mula masalah itu hingga ia mengirimkan surat cerai pada istrinya, jimin.
"Jeon jungkook putra dari Jeon Woobin?"
"Nde tuan Min." Ucap taehyung dengan lesu.
"Hah... Pria itu lagi." Ucap yoongi dengan menghela nafas jengah.
"Maksud anda?"
"Ku beri tahu satu hal padamu tuan Kim. Jeon jungkook, pria itu telah membuat adik dari teman ku depresi dan berakhir bunuh diri." Taehyung sungguh terkejut atas apa yang di katakan oleh kliennya itu.
"B-bagaimana bisa? Dan kapan itu terjadi?"
"Karena sebuah obsesi dengan mengatasnamakan cinta dan telah terjadi 7 tahun yang lalu. dua hari lagi adalah hari peringatan kematiannya." Taehyung sungguh terkejut karena tak pernah tau akan hal itu. Selama ini taehyung mengenal jungkook sebagai sahabatnya adalah orang yang baik dan cerdas keseharian nya pun normal-normal saja. Ternyata selama ini taehyung belum mengetahui sisi gelap dari sahabatnya itu.
"T-tapi tuan saya tak pernah melihat ada ke anehan pada jungkook selama kami menjalin hubungan persahabatan."
"Tuan Kim tak ada penjahat yang mengakui perbuatannya. Jika kau tak percaya padaku, aku akan pertemukan kau dengan saudara dari gadis itu. Bagaimana?"
"Baiklah tuan Min."
"Yoongi hyung. Panggil saja yoongi hyung."
"Ne, hyung. Kalau begitu panggil aku taehyung." Setelah itu taehyung dan yoongi pun melanjutkan pekerjaan mereka dengan yoongi yang menanda tangani kontrak kerja itu dan sepakat melakukan kerja sama dengan perusahaan milik taehyung.
***
𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠
"Akh.. K-kook." Pekik jimin saat jungkook mendorong tubuhnya ke atas ranjang. Kemudian jungkook mencengkeram leher jimin dengan kencang dan menatap tajam pada jimin.
"Siapa yang menyuruhmu menemui wonwoo hyung hum?" Jimin menggelengkan kepalanya.
"T-tidak... Ak-kuh... T-tak me-nemuinya. T-tadi.. T-tak... S-sengaja." Ucap jimin dengan nafas yang tersengal akibat cengkraman pada lehernya.
"Aku tak perduli. Sengaja atau tidak aku akan tetap menghukum mu." Jungkook melepas cengkraman nya. Jimin pun meraup udara sebanyak-banyaknya.
Setelahnya jungkook mulai melepas semua pakaian yang jimin kenakan dan tanpa aba-aba jungkook melesakkan miliknya ke dalam hole jimin yang masih kering tanpa pelumas. Hingga jimin memekik kesakitan namun jungkook menulikan pendengarannya dan terus melanjutkan kegiatannya.
Kini Jimin pun pasrah dengan apa yang jungkook lakukan pada tubuhnya. Jimin hanya bisa menikmati rasa sakit yang ia rasakan pada hati dan tubuhnya. Tanpa memberontak lagi dan hanya buliran air mata yang mengalir dari sudut matanya menjadi bukti kesakitan yang jimin rasakan saat ini.
"T-tae... " Sebuah nama yang sangat ia rindukan dan cintai berhasil keluar dari bibirnya sebelum jimin akhirnya memejamkan matanya.
𝙏𝘽𝘾