Hari ini minggu pagi pukul 08.25am, jungkook dan jimin tengah bersiap-di dalam kamar. Saat ini jimin memakai pakaian yang sedikit tebal karena entah mengapa jimin merasa udara saat ini begitu dingin. Sejak ia hamil, jimin menjadi lebih sensitif akan udara dingin.
"Kau kenapa sayang?" Ucap jungkook saat melihat jimin memeluk tubuhnya dan mengusap kedua lengannya.
"D-dingin." Ucap jimin singkat.
"Kemari lah." Ucap jungkook sambil merentangkan tangannya. Namun jimin ragu untuk mendekat karena jimin merasa risih jika jungkook menyentuhnya. Ia tidak suka.
Jimin masih diam tak bergerak hingga suara jungkook membuatnya kembali menoleh pada pemuda itu, "jimin, kau mengabaikan ku?!" Jimin menggelengkan kepalanya cepat kemudian melangkah ke arah jungkook dan masuk kedalam dekapan jungkook.
Jimin benci.. Jimin membenci jungkook yang mengendalikannya layaknya sebuah boneka. Dia harus menuruti setiap perintah jungkook. Harusnya tak seperti ini tapi, ia juga tak mungkin membiarkan jungkook mencelakai bayinya dan berakhirlah dengan hidupnya yang dalam kendali jungkook seperti saat ini. Jimin merasa terkekang dan tertekan ia ingin seperti dulu. Ia ingin taehyung berada di sampingnya lagi namun semuanya tak akan pernah terjadi karena jungkook sudah mengirim surat cerai yang pernah taehyung berikan padanya ke pengadilan beberapa hari yang lalu.
Kini jimin dan jungkook sudah berada di dalam mobil. Hari ini jungkook berencana membawa jimin ke mansion Jeon untuk memperkenalkan jimin sebagai kekasih sekaligus calon istrinya pada kedua orang tuanya dan hyung nya.
Setelah 20 perjalan jungkook dan jimin pun sampai di tempat tujuan. Jungkook pun turun terlebih dulu dengan senyum lebar yang terukir lebar di bibir tipisnya di ikuti jimin yang kini juga turun dari mobil jungkook dengan raut yang tertekuk.
"Bersikaplah biasa di depan keluarga ku kau mengerti?!"
"N-nde jungkook." Kemudian jungkook dan jimin pun mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam mansion itu sambil melingkarkan tangan kekar jungkook ke pinggang sempit jimin.
"Selamat datang jungkook! Ah apa ini calon istrimu yang kau katakan di telepon kemarin?" Ucap nyonya Jeon yang tengah menyambut kedatangan mereka.
"Nde eomma. Jimin perkenalkan dirimu pada eomma." Ucap jungkook sambil memberikan remasan pada pinggang sempit pemuda mungil itu.
"A-anyeong haseo nyonya, kim ah.. Park jimin imnida." Ucap jimin saat mengenalkan dirinya dan kembali mendapat remasan pada pinggangnya saat ia salah menyebutkan namanya.
"Selamat datang di keluarga Jeon dan panggil eomma saja ne.." Nyonya jeon mengusap pipi jimin yang memerah saat tersenyum malu padanya.
"N-nde e-eomma."
"Baiklah, ajak dia duduk jungkook. Eomma akan mengambilkan minum untuk kalian."
"Baik eomma." Nyonya jeon pun melangkah ke arah dapur untuk mengambil minuman dan sepotong cake.
Disisi lain jungkook saat ini tengah menatap tajam pada jimin yang kini menunduk takut, "sudah ku bilang berapa kali berhati-hatilah saat ingin mengucapkan sesuatu. Kau hampir saja menyebut marga mantan suami mu itu." Lirih jungkook namun masih dengan nada tegasnya.
"M-maaf jungkook." Ucap jimin sambil menunduk.
"Jangan sampai mengulang kesalahan lagi." Ucap jungkook dengan penuh penekanan.
"Nde."
"Kalian sudah datang rupanya. Ah.. Jadi ini yang bernama jimin?" Ucap tuan jeon yang baru saja tiba di ruang tamu.
"Annyeong tuan, park jimin imnida." Ucap jimin seraya bangkit dari duduknya dan membungkuk sopan.
"Santai saja nak jimin tak perlu sekaku itu. Panggil appa saja ne..."
"Nde a-appa.." Tuan jeon pun tersenyum melihat jimin yang menunduk malu. Dan tak berapa lama nyonya jeon pun datang membawa nampan berisi minuman dan cake strawberry dan meletakkannya ke atas meja. Setelahnya nyonya jeon pun mendudukkan dirinya di samping suaminya.
"Jadi jungkook, kau ingin mengatakan apa pada appa dan eomma mu hum?" Tanya tuan jeon langsung ke intinya.
"Begini appa, eomma aku ingin menikahi jimin secepatnya."
"Kenapa terburu-buru nak?"
"Karena jimin saat ini sedang mengandung, jadi aku ingin segera menikahinya."
"A-apa? Hamil?" Ucap nyonya jeon terkejut namun pandangan matanya berbinar ke arah jimin sedangkan jimin sudah menunduk takut dan malu karena jungkook menggunakan kehamilannya sebagai alasan untuk memilikinya. Nyonya jeon pun beranjak pindah duduk ke samping jimin.
"Nak jimin benar yang di katakan jungkook kalau kau hamil?" Ucap nyonya jeon sambil merengkuh bahu sempit jimin. Dan jimin pun mengangkat kepalanya dan menatap ke arah jungkook yang memasang tatapan tajam ke arahnya. Jimin kembali menatap ke arah nyonya jeon dengan terpaksa jimin mengiyakan nya.
"Nde eomma, yang di katakan jungkook benar." Nyonya jeon pun memekik senang.
"Kyaa.. Mama turut bahagia sayang. Berapa usianya sekarang?" Ucap nyonya jeon sambil mengusap perut jimin yang masih rata.
"Baru berjalan satu bulan."
"Ikut eomma ke dapur sekarang ne.." Nyonya jeon pun menarik lengan jimin dengan antusias untuk mengikutinya ke arah dapur.
"Lihatlah eomma mu sangat senang mendengar calon istrimu tengah hamil. Kenapa kau terburu-buru sekali untuk membobolnya. Apa kau takut jika kami tak merestui mu karena dia seorang pria?" Tanya tuan jeon.
"Nde appa dan aku tak percaya ternyata di beri kelebihan itu. Aku sangat senang saat ia bilang tengah hamil."
"Kau sangat beruntung jungkook." Tuan jeon pun tertawa sedang jungkook, dalam hatinya tengah menggerutu. "Ya aku sangat senang appa karena aku bisa memanfaatkan kehamilannya untuk segera memilikinya."
***
๐ฟ๐ ๐๐๐ฅ๐ช๐ง
"Sayang, kau makanlah buah ini dulu, eomma akan buatkan sesuatu untukmu." Ucap nyonya Jeon sambil meletakkan sepiring buah apel segar yang sudah di kupas pada jimin.
"Eomma tak perlu repot seperti ini." Ucap jimin yang tak enak hati.
"Tidak apa-apa sayang, eomma sangat senang saat ini. Eomma ingin memanjakan calon menantu eomma yang sedang hamil. Kau ingin sesuatu yang lain?"
"Tidak eomma, jimin sedang tak ingin apa pun saat ini." Ucap jimin sambil tersenyum. "๐๐ฌ๐ถ ๐ฉ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ช๐ฏ๐จ๐ช๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ข๐ญ๐ช ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ด๐ข๐ฎ๐ข ๐ต๐ข๐ฆ๐ฉ๐บ๐ถ๐ฏ๐จ ๐ฆ๐ฐ๐ฎ๐ฎ๐ข. ๐๐ฌ๐ถ ๐ฉ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ช๐ฏ๐จ๐ช๐ฏ ๐ช๐ต๐ถ." Ucap jimin dalam hati. Saat ini jimin sangat merindukan taehyung, Ingin sekali memeluknya namun itu akan sangat sulit sekarang karena ia dalam pengawasan jungkook. Bahkan beberapa hari yang lalu jungkook memasang kamera CCTV di setiap sudut apartemennya.
"Eoh? Apa kau tak mengidam sayang?" Tanya nyonya jeon heran.
"Tidak eomma,ย bahkan jimin tidak pernah mengalami morning sicknes. Pernah sekali mengalaminya saat awal mengetahui jika jimin tengah hamil." Nyonya jeon pun mengangguk kanย kepalanya paham.
"Yah... Sayang sekali padahal eomma ingin memanjakan mu." Jimin pun terkekeh saat melihat nyonya jeon cemberut.
"Begini saja, bagaimana kalau eomma membuatkan jimin sesuatu. Nanti jimin pasti akan memakannya."
"Eoh? Benarkah?" Nyonya jeon pun menoleh ke arah jimin dengan tatapan berbinar.
"Nde eomma."
"Baiklah. Eomma akan buatkan pudding buah untukmu!" Ucapnya dengan semangat.
"Jimin bantu ya eomma."
"No.. No.. No.. Jimin duduk diam dan melihat tanpa membantu. Eomma tak ingin kau kelelahan mengerti." Jimin pun mengangguk menurut dari pada terkena omelan tanpa henti. Jimin pun menghela nafasnya lelah. " Aku jadi rindu eomma Kim."
Nyonya kim pun sedang sibuk dengan kegiatannya saat ini sedang jimin tengah bosan hanya duduk dan melihat saja. Saat jimin sedang sendiri di meja makan dan nyonya jeon berdiri di dapur dengan kesibukannya dan tubuhnya yang membelakangi meja makan, tiba-tiba seseorang berjalan mendekat ke arah jimin dan membuka suaranya yang membuat jimin kembali sedih dan ingin menangis,
"Apa kau yakin akan menikah dengan jungkook? Sedangkan kau sangat mencintai taehyung." Ucap orang itu membuat mata jimin kini berkaca-kaca.
"H-hyung..."
๐๐ฝ๐พ