Hari ini kesibukan di restoran Min's cafe & resto benar-benar membuat jimin dan pekerjanya kewalahan karena jimin yang di dapur masih terus berkutat dengan alat-alat dapur. Sama halnya dengan di depan sana para pelayan sangat sibuk karena pelanggan yang semakin padat.
"Aish... Kenapa bisa pelanggan jadi banyak sekali." Gerutu jimin dengan tangannya masih melakukan pekerjaannya.
"Tuan muda.. Tuan morikawa meminta pesanan mereka untuk di antar." Hirota masuk ke dapur sambil menaruh sebuah nampan.
"Kamjagiya! Hirota kau mau membunuhku eoh! Jantungku hampir saja lepas." Ucap jimin sambil memukul bahu hirota karena reflek dari keterkejutannya.
"Makanya tuan muda jangan suka melamun seperti itu." Hirota terkekeh melihat jimin terkejut akibat ulahnya
"Kau ini.. Oh ya.. Ini tinggal membawanya saja sudah ku siapkan.." Jimin menunjukan beberapa hidangan yang tertata cantik di atas piring-piring pada hirota dan hirota pun membawanya ke arah ruangan VIP.
"Aya chan bisa kah kau membantu hirota sebentar?"
"Baik tuan."
Pagi sudah tergantikan dengan siang. setelah pagi tadi yang sangat sibuk saat ini sudah tak seberapa banyak orang yang datang meski restoran itu masih full pelanggan.
"Ahhhh... Akhirnya bisa sedikit santai." Ucap jimin sambil memukul bahunya yang terasa kaku.
"Tuan muda mau di pijat?" Tawar hirota.
"Boleh, tapi bisakah kau tak memanggilku tuan?"
"Ne jimin-san"
"Itu lebih baik."
Jimin pun menikmati pijatan dari hirota pada bahunya dia benar-benar merasa lelah. Belum lagi dia juga harus mengurus penginapannya saat kertas-kertas yang menumpuk dari laporan keluar masuknya tamu dan keuangan resto juga penginapannya yang harus ia salin ke laptopnya itu benar-benar melelahkan.
"Hirota-kun, karena di sini sudah lebih santai aku akan ke penginapan."
"Oh ya.. Jimin-san kenapa tak merekrut juru masak saja untuk membantumu?"
"Biar kupikirkan nanti. Baiklah aku pergi ne.." Jimin pun beranjak dari sana dan berjalan keluar ke penginapannya.
"Tuan, dia sudah keluar."
"Lakukan seperti yang aku suruh."
"Baik tuan." Seseorang menggunakan masker berada dalam mobil berwarna hitam terlihat mencurigakan sedang menghubungi seseorang sambil matanya tak lepas dari orang yang ia awasi dari tadi.
Setelah memutus sambungan pada ponselnya dia mulai menghidupkan mesin mobilnya. Setelah dirasa orang yang di maksud berada pada posisinya, mobil yang di kendarai nya melaju dengan kencang dan tanpa basa basi mobil itu menabrak orang yang di maksud.
πΎπ πππππππ©π©...
π½π§ππ π ..
"Aaaaaargh..." Teriak orang itu saat sebuah mobil menuju padanya.
"Akh.. Sial hampir saja berhasil.." Orang itu mengumpat dan memukul setir karena tak tepat sasaran meski sudah menyerempetnya namun harusnya lebih dari itu. Kemudian orang itu pun pergi dengan melajukan mobilnya dengan cepat dan segera menghilang pada tikungan di depan sana..
"Aw! Shh.."
"Jiminie.. Kau tak apa?"
"Eoh? Taehyung? Kapan kau datang.. sshh.." Ucap jimin sambil meringis sakit pada kaki dan tangannya. Dia terkejut karena keberadaan taehyung di depannya.
" Penjelasannya nanti saja. Kita harus ke rumah sakit dulu." Taehyung pun mengangkat tubuh jimin dengan bridal style dan memasukan jimin ke dalam mobilnya. Taehyung pun segera membawa jimin ke rumah sakit.
Setelah sampai di rumah sakit dan jimin yang telah di obati, untung saja tidak ada yang parah hanya luka lecet dan memar saja. Taehyung pun membawa ke rumah nenek yonhwa untuk beristirahat.
"Kenapa dengan jimin, taehyung?" Tanya sang nenek dengan nada khawatirnya
"Jimin tidak apa-apa nek. Hanya lecet dan memar saja." Ucap jimin sambil tersenyum.
"Tidak apa-apa bagaimana? Kau beberapa tidak pulang ke rumah. Dan sekalinya pulang seperti ini. Kau ingin nenek mati berdiri eoh..?"
"Nenek jangan berkata seperti itu. Ish!" Taehyung yang melihat perdebatan dua orang yang ada di depannya hanya tersenyum sambil duduk santai dan minum teh yang sudah ada di tangannya.
Kini jimin melangkahkan kakinya ke arah taehyung dia penasaran ada apa orang itu datang ke jepang.
"Hey tae, kau belum menjawab pertanyaanku." Ucap jimin dengan berkacak pinggang.
"Hm.. Kau bicara padaku?" Ucap taehyung dengan menunjuk drinya sendiri. jimin pun memberi tatapan datarnya pada taehyung.
"Entahlah.. Untuk apa aku kesini ya..?" Ucap taehyung dengan menaruh jarinya ke dagu seperti orang yang sedang berpikir.
ππ‘ππ©ππ π
"Aw! Yakk! Sakit bodoh!" Ucap taehyung sambil mengusap kepala belakangnya yang terkena pukulan maut dari jimin.
"Kau yang bodoh, kesini tanpa tahu alasannya."
"Haha.. Oke.. Oke.. Aku kesini karena paman Chanyeol menyuruhku datang ke jepang untuk menemanimu dan membantumu."
"Aish.. Ayah apa-apaan orang itu. Memangnya aku anak kecil apa.."
"Hey paman sayang padamu makanya dia menyuruhku menjaga anak itiknya ini." Taehyung mencubit pipi chubby jimin karena gemas melihat pipi itu menggembung lucu saat jimin merajuk.
"Tapi kuliahmu bagaimana?"
"Tenang saja aku akan kuliah di sini."
"Terserahlah..." Jimin pun melenggang pergi ke arah kamarnya sambil menghentakkan kakinya ke lantai
Di sisi lain, di sebuah rumah kecil yang jauh dari keramaian kota, seorang pria sedang menghajar suruhannya yang tak becus melakukan apa yang ia perintahkan.
π½πͺππππ
"Dasar tak becus! Pekerjaan seperti itu kau tak bisa melakukannya!"
π½πͺππππ
"Akhhh.. M-maaf tuan. T-tadi seseorang d-datang menolongnya."
"Baiklah kali ini kau ku maafkan. Kalau sampai kau gagal lagi, kau yang akan ku bunuh. Pergilah!"
"N-ne tuan." Orang itu pun pergi meninggalkan seorang pria dengan emosi yang telah merasuki dirinya dengan nafas yang memburu rahang yang mengeras dan tangan yang terkepal erat.
"Lihat saja apa yang akan aku lakukan selanjutnya."
ππ½πΎ