β’
β’
β’
ππ€π§ππ
"Chanie, aku sangat khawatir dengan jimin."Β
Baekhyun kini merasa resah dia tak ingin putra semata wayangnya celaka. Karena setelah kemarin malam mereka mendapat surat ancaman yang di tujukan untuk jimin, baekhyun kini sangat mencemaskan putranya.
"Aku tahu bagaimana perasaanmu baekhie-ah tapi, sepertinya orang yang mengirim surat ancaman itu tidak tahu kalau jimin berada di jepang. Kalau dia tahu tidak mungkin mengirimnya kesini."
"Benar sekali, semoga saja seperti itu."
π ππ₯ππ£π.
"Tae bagaimana kau bisa kan mengikuti resep ku ini? Dan tolong jangan rubah takarannya ne.."
Hari ini taehyung mulai menjadi juru masak menggantikan jimin di restorannya. Karena jimin mulai kewalahan untuk mengurus dua tempat sekaligus. Saat ini jimin sedang mengajarkan taehyung memasak dengan resep jimin sendiri. Jimin juga membuatkan sebuah catatan tentang takaran-takaran bahan dan bumbu agar tidak merubah rasanya.
"Tenang saja minie-ya aku akan mengikuti resep mu ini agar rasanya tetap terjaga kelezatannya." Ucap taehyung sambil mengamati catatan yang berada di tangannya.
"Baiklah, hati-hati saat kau memasak ne.. Sekarang aku akan kembali ke penginapan, nanti saat makan siang aku akan datang lagi." Ucap jimin sambil mengecek stok yang ada di lemari es dan buku yang ada di tangannya.
"Ah iya aku juga nanti akan ke swalayan karena ada bumbu yang hampir habis." Tambah jimin.
"Kenapa tidak pesan di tempat langganan kita saja jimin-san? Dari pada repot-repot pergi membelinya sendiri." Ucap aya chan yang sedang berada di dapur.
"Hey, tidak boleh begitu aya chan ini hanya beberapa saja yang harus di beli. Kalau stok sudah banyak yang menipis baru kita memesannya."
"Oh.. Hehehe.."
"Sudah kembali ke depan sana. Oh ya.. Aya chan.. Tolong nanti suruh hirota untuk melakukan pengecekan stok di tempat penyimpanan."
"Baik jimin-san."
"Kalau begitu aku pergi dulu ne.. Taetae aku titip resto ku padamu ne.."
"Siap minie.."
Jimin pun keluar dari restorannya menuju ke penginapannya karena mobilnya berada di depan penginapannya. Saat sampai di depan penginapan jimin bertemu dengan jungkook yang baru saja datang.
"Eh.. Jungkook? Dari mana?" Tegur jimin pada jungkook yang baru saja akan masuk ke penginapan.
"Jimin? Aku baru saja keluar bertemu klien ku. Mereka minta bertemu pagi tadi. Kau sendiri darimana?"
"Aku dari restoran mengantar taehyungΒ yang mulai hari ini menjadi juru masak di sana menggantikan ku."
"Eh benarkah? Kalau rasa masakannya tak seenak buatan mu bagaimana? Pelanggan akan kecewa jimin."
"Tenang saja kook, taehyung pandai memasak dan dia juga sudah kuberikan catatan takaran bumbu dari setiap masakannya. Jadi rasanya akan tetap terjaga seperti buatan ku. Oh ya.. Aku akan ke supermarket dulu kook-ah karena ada yang harus ku beli."
"Mau ku antar?" Jungkook menawarkan diri sekaligus ingin memulai kembali pendekatan dengan jimin.
"Tentu." Ucap jimin dengan menampilkan senyum bulan sabitnya.
Jimin memberikan kunci mobilnya ke pada jungkook dan mereka pun segera masuk kedalam mobilnya dan segera menyalakan mesin mobil itu kemudian pergi dari sana namun mereka tidak tahu sebuah mobil hitam mengikuti mereka dari belakang.
Tak berapa lama jimin dan jungkook sampai di depan super market. Kedua nya pun mulai masuk ke dalam. Sedangkan orang yang mengikuti mereka juga ikut masuk kedalam dengan menggunakan topi dan masker untuk menutupi wajahnya dan kemudian orang itu menarik tudung hodie nya menutupi kepalanya.
"Wah kenapa penuh sekali tempat ini?" Ucap jimin sambil mengerucutkan bibir.
"Hey kau lupa?hari ini weekend makanya tempat ini ramai."
"Ah benar sekali, ayo kita ke tempat bumbu dapur." Jimin pun menarik jungkook ke tempat yang di maksud dengan berdesak-desakan.Β Dan mereka pun sampai di tempat itu jimin pun mulai mencari bumbu yang dicarinya dan jungkook hanya memperhatikan jimin yang sedang sibuk mencari tanpa jimin sadari seseorang berhodie hitam itu sudah berada di samping jimin dengan memegang pisau kecil menunggu orang yang menjadi targetnya lengah.
"Kook-ah tolong ambilkan dua botol bumbu penyedap di atas tanganku tidak sampai."
"Ne.. Yang ini?"
"Bukan yang itu, yang sebelah kirinya kook." Saat jimin mengarahkan jungkook untuk mengambil bumbu yang jimin maksud dengan cepat sebuah pisau kecil menusuk punggung jimin dan orang yang melakukan penusukan dengan cepat melesat keluar menembus keramaian di dalam toko swalayan itu.
"AKHHH..." Teriak jimin saat merasakan sakit di punggungnya dan darah segar merembes keluar dari sweater putihnya. Jungkook terkejut dengan teriakan jimin dan saat menoleh, jimin sudah tergeletak di lantai. Orang-orang yang tak jauh dari sana berteriak histeris melihat ke adaan tubuh jimin yang bersimbah darah.
"JIMIN!! Astaga! Apa yang terjadi..?" Jungkook meraih tubuh jimin dan melihat kesadaran jimin yang mulai hilang.
"Tuan sepertinya dia menjadi target penusukan seseorang. Segera bawa ke rumah sakit." Ucap salah satu pria paruh baya yang ada di sana mendekat ke arah jimin dan jungkook.
"Ne tuan permisi saya akan segera membawanya." Jungkook pun mengangkat tubuh jimin di ikuti pria tadi sampai di depan mobil jimin. Pria itu membukakan pintu mobil bagian belakang agar jungkook bisa memasukkan jimin dan merebahkan tubuhnya setelahnya jungkook menutup pintu itu dan bergegas menuju pintu depan ke sisi kursi kemudi.
"Terima kasih tuan."
"Ne semoga dia baik-baik saja."
Jungkook pun mengangguk merespon ucapan pria itu dan segera masuk kedalam mobil dan segera beranjak menuju ke rumah sakit.
Dalam perjalanan jungkook merasa tak tenang. Fikiran nya melayang kemana-mana.
"Siapa yang tega melakukan ini? Target? Benarkah jimin adalah target dari seseorang? Tapi kenapa? Apa jimin punya musuh? Tapi sepertinya tidak mungkin, orang seperti jimin tidak mungkin punya musuh." Jungkook terus meracaukan segala kemungkinan dan akhirnya dia sampai di rumah sakit.
Jungkook pun membuka pintu belakang dan segera mengangkat tubuh jimin yang mulai memucat karena banyaknya darah yang keluar. Jungkook mulai memasuki gedung rumah sakit itu.
"Dokter! Suster! Tolong temanku cepat.." Teriak jungkook memanggil-manggil dokter dan suster di rumah sakit itu.
"Ada apa ini?" Ucap seorang dokter yang berlari mendekati jungkook.
"Dokter tolong temanku."
"Suster bawa brankar kemari. Cepat!" Tak berapa lama sebuah brankar datang dengan beberapa perawat yang membawanya. Jungkook pun segera merebahkan tubuh jimin yang berlumuran darah ke atas brankar itu.
"Tuan anda tunggu saja di sini kami akan segera menolongnya." Dokter dan beberapa perawat membawa brankar jimin ke ruang UGD.
Jungkook pun berjalan mondar mandir di depan ruang UGD itu. Dia bingung, ingin menghubungi taehyung tapi tak memiliki nomornya ah dia ingat seseorang. Jungkook pun mengeluarkan ponsel yang ada di dalam kantong celananya dan segera menekan nomor seseorang untuk menghubunginya.
"Hyung! Tolong kau ke restoran jimin beritahu taehyung sepupu jimin untuk segera ke rumah sakit xxxxxx secepatnya."
"....."
"Nanti saja ku jelaskan, cepatlah bawa taehyung datang ke sini." Jungkook pun mematikan sambungan telpon nya. Dia sangat cemas takut terjadi sesuatu pada jimin.
"Jimin-ah bertahanlah, kumohon."
ππ½πΎ