Chereads / Dandelion Finds Love / Chapter 26 - Gheisha diusir dari rumah

Chapter 26 - Gheisha diusir dari rumah

Dua hari kemudian

Di sebuah villa di Puncak-Bogor. Lima orang wanita paruh baya sedang berkumpul untuk sarapan. Sharmila sedang merapikan bajunya ke dalam koper. Hari ini, kelompok arisan itu akan kembali ke Jakarta.

Salah seorang teman Sharmila sedang membaca majalah Self. Ia mengamati sebuah artikel dengan judul 'Polos di siang hari, menjadi ganas di malam hari'. Namun, bukan judul artikel yang membuat ia begitu serius melihat gambar itu.

"Jeng Ani! Sedang membaca apa, sih? Sepertinya serius banget," goda Ruli.

"Ini, Jeng. Sini, deh!" panggil Ani.

Ruli yang selesai menata piring untuk sarapan di meja, menghampiri Ani yang sedang duduk di ruang tengah. Mereka hendak sarapan bersama sebelum kembali ke Jakarta. Ia duduk di samping Ani dan memerhatikan gambar yang sedang ditatap oleh Ani.

"Wah, judulnya menggoda sekali untuk dibaca," ucap Ruli.

"Eh, bukan judulnya, tapi gambarnya. Coba lihat, Jeng Ruli! Model wanita ini … rasanya mirip seseorang," ucap Ani sambil mencoba mengingat-ingat wajah model wanita itu.

"Em, sebentar. Sepertinya … mirip dengan anak tirinya Jeng Sharmila. Iya, dia sangat mirip dengannya," kata Ruli.

"Mana!" seru tiga teman mereka yang lainnya. Mereka berkumpul untuk melihat gambar di majalah itu. Mereka sepakat dengan ucapan Ruli.

"Wah! Hebat sekali ya, dia. Bisa jadi model, langsung berpasangan dengan model nomor satu tahun ini lagi," puji Ani.

Tap! Tap! Tap!

Sharmila turun dari kamarnya sambil menarik koper. Ia melihat kelima temannya sedang berkumpul dan melihat serius ke majalah. Penasaran, ia pun menghampiri mereka.

"Sedang membaca apa, sih?" tanya Sharmila.

"Selamat ya, Jeng. Hebat sekarang anak tirinya, Jeng Sharmila." Ani segera memuji Sharmila.

"Hah? Gheisha? Apa hebatnya anak itu?" tanya Sharmila dengan nada sinis.

"LIhat!" Ruli menunjukkan foto Gheisha dan Sammy Orlan. "Dia jadi model dan berpasangan dengan model papan atas. Hebat 'kan."

Kedua mata Sharmila membelalak lebar. Ia merampas majalah di tangan Ruli dan melihat foto Gheisha yang berpose di tempat tidur. Darahnya seolah mendidih seketika.

'Gadis itu! Dia berani mempermalukan aku seperti ini. Awas kamu, Gheisha!' 

Sharmila melempar majalah itu dan pergi sambil menarik koper. Ia tidak ikut sarapan dan langsung pergi dengan mobilnya. Amarah dalam hatinya telah membakar kesabaran Sharmila. Malu melihat anak tirinya seperti itu.

***

Jam sepuluh, Gheisha sudah selesai merapikan pekerjaan rumah. Ia pergi ke kamar untuk mengganti baju dan bersiap-siap pergi ke minimarket. Baru saja ia masuk ke kamar, terdengar suara teriakan dari ruang tamu.  

"Gheisha! Keluar kamu!" teriak Sharmila. Ia mengemudi selama tiga jam dari Bogor ke Jakarta. Di jalan, ia mampir untuk membeli majalah Self. Ia memegang majalah itu dengan kuat dan penuh emosi.

Gheisha tidak memedulikan teriakan itu. Ia tetap melanjutkan kegiatannya mengganti baju. Setelah bajunya menempel rapi di tubuhnya, ia mengikat rambut, dan mengambil tasnya. Keluar dari kamarnya dengan santai.

Di ruang tamu, ia melihat Sharmila sudah menunggunya. "Kenapa, sih? Ini masih pagi. Tidak baik, lho, Ma, pagi-pagi marah-marah. Nanti cepat keriput," seloroh Gheisha.

Plakk!

Sharmila menampar Gheisha lalu menarik rambutnya. Gadis itu melihat kemarahan yang berbeda dari tatapan ibu tirinya itu. Biasanya, Gheisha tidak pernah merasa takut. Se-marah apa Sharmila kepadanya. Namun, kali ini, ia ketakutan menghadapi amarah Sharmila.

"Masih sempat, kamu mengejek Mama, hah?!"

"Ma-mama kenapa? Salah Ghe-Ghe apa, Ma?" tanya gadis itu dengan tubuh gemetar merasakan kepalanya sakit karena rambutnya ditarik. Ia juga gemetar karena ketakutan dengan tatapan ibu tirinya.

"Salah apa kamu bilang? Lihat ini!" bentak Sharmila.

Brukk!

Ia mendorong tubuh gadis itu sampai tersungkur di lantai. Majalah di tangannya dilempar tepat ke wajah gadis malang itu. Wajah gadis si gadis malang itu membiru karena terkena ujung majalah.

Dengan tangan gemetar, ia mengambil majalah itu. Melihat satu persatu fotonya bersama Sammy Orlan yang diambil dua hari yang lalu. Bibirnya bergetar melihat judul artikel yang memicu pikiran liar pembacanya.

"I-Ini … kenapa … ini?" Gheisha tidak percaya melihat fotonya ternyata diberi judul seperti itu.

"Ini, ini. Apa ini, hah?! Kamu berani mempermalukan Mama dengan foto-foto vulgar seperti ini. Keluar kamu dari rumah ini sekarang juga!" usir Sharmila.

"Jangan usir Ghe-Ghe dari rumah, Ma. Ghe-Ghe tidak punya tempat tinggal lain selain rumah ini, hiks. Hiks, tolong maafkan Ghe-Ghe, Ma," ucap Gadis itu memelas. Ia menangis sambil memeluk sebelah kaki Sharmila. Namun, ibu tirinya itu acuh tak acuh melihat ratapan Gheisha.

Sisi keluar dari kamarnya sambil menguap, "hoam. Ada apa, sih? Masih pagi sudah ribut-ribut," gerutu Sisi. Hari ini, ia tidak pergi ke kantor karena baru pulang jam empat pagi. Ia menghampiri mereka di ruang tamu. 

Ia mengernyitkan dahi saat melihat Gheisha bersimpuh di depan ibunya sambil memeluk kaki. Pemandangan yang tidak biasa itu membuat Sisi tertarik. Tidak biasanya, ia bisa melihat Gheisha menangis dan ketakutan seperti itu.

"Ada apa, sih, Ma? Dia … kenapa?" tanya Sisi dengan telunjuk menunjuk ke arah Gheisha.

"Kamu lihat saja majalah itu!" 

Sisi mengambil majalah yang tergeletak di lantai. Matanya membulat saat melihat Gheisha berpasangan dengan model nomor satu tahun ini. Iri dan cemburu karena gadis itu selalu saja lebih unggul darinya.

'Brengsek! Bisa-bisanya dia mengenal model tampan incaran para artis ini. Kenapa sih, dia selalu saja disukai banyak pria?' Sisi menggerutu dalam hati sambil menatap sinis ke arah Gheisha.

"Sekarang juga, kamu keluar!" bentak Sharmila. Ia menendang gadis itu sampai terjengkang. Namun, Gheisha kembali merangkak dan memeluk kaki Sharmila.

"Jangan usir Ghe-Ghe, Ma. Hiks …."

Sisi tersenyum melihat Gheisha memelas pada Sharmila. Tiba-tiba, ia menarik tangan ibunya dan membawanya ke kamar. Gheisha hanya bisa menangis tersedu sendirian di ruang tamu.

Sampai di kamar, Sharmila menepis tangan Sisi. "Apa-apaan kamu, Sayang? Mama mau mengusir dia daru rumah. Kenapa kamu menghalangi Mama? Bukannya kamu tidak suka sama dia?" 

"Sisi memang tidak suka, tapi ini kesempatan bagus, Ma."

"Kesempatan apa?" tanya Sharmila bingung. Ia tidak mengerti jalan pikiran putrinya itu. 

"Mama, ingat 'kan dengan syarat pembagian warisan? Ini kesempatan bagus untuk memaksa Gheisha menikah dan menandatangani surat-surat itu. Setelah itu, baru bisa kita usir," usul Sisi.

Wajah Sharmila yang sejak tadi tegang, kini mengendur. Ia tersenyum mendengar ide dari Sisi. Mereka bisa memanfaatkan keadaan ini untuk memaksa Gheisha menikah.

Sharmila sudah membayangkan seperti apa rasanya memiliki seluruh kekayaan mendiang suaminya. Ia jelas tidak akan membiarkan Gheisha memiliki warisan yang lebih besar dari bagiannya. Ia bisa meminta Gheisha menyerahkan bagiannya untuk dirinya dan Sisi.

====BERSAMBUNG====