Chereads / Dandelion Finds Love / Chapter 30 - Hatinya mulai terusik

Chapter 30 - Hatinya mulai terusik

"Lesu banget, Ghe? Kenapa?" 

"Tidak ada apa-apa." Gheisha menjawab singkat. Ia tidak mau mengatakan kepada Yani, jika ia dan Aryk telah resmi berpacaran. Sahabatnya itu bisa menggodanya habis-habisan.

Demi memenuhi permintaan Aryk, ia rela membuat akun sosial media yang sangat dibencinya. Bukan benci karena aplikasi itu jelek, tapi benci saat ia harus membaca komentar miring. Sementara Aryk hanya mengirim stiker senyum.

Sejak tadi, orang-orang yang melihat wajah Gheisha, menjadi sedikit aneh. Ada beberapa pengunjung yang menatapnya tanpa berkedip. Mereka sepertinya melihat postingan Gheisha. 

"Tunggu, deh! Kenapa pengunjung minimarket bersikap aneh hari ini? Apa kau melakukan sesuatu?" Yani bertanya kepada Gheisha sambil melirik ke arah pengunjung yang sedang melihat layar ponsel.

"Apa yang bisa kulakukan? Aku hanya Upik Abu. Pekerjaanku hanya mencari uang dan membersihkan rumah. Aku juga penasaran dengan hal itu." Gheisha berdiri di belakang meja kasir. Ia juga merasa ada yang aneh. "Tolong, gantikan aku sebentar. Aku akan pergi bertanya."

Gheisha benci dengan pikiran buruknya. Lebih baik bertanya daripada berburuk sangka. Ia menghampiri dua gadis yang sedang menatap layar ponsel masing-masing. 

"Permisi, Dek," sapanya.

"Boleh saya bertanya, kenapa kalian menatap wajah saya sejak tadi?" Ia bertanya dengan ramah. Mereka adalah pelanggan minimarket itu. Gheisha harus menghormati mereka.

"Itu karena berita ini," jawab salah satu dari mereka sambil menunjukkan postingan di ponselnya.

"Hah! Kok, bisa? Sammy membagikan postinganku." Gheisha menganga melihat caption yang ditulis oleh Sammy. 'Wanita ini sangat cantik bukan? Dia istriku'. Tulisan itu membuat Gheisha lupa dan akhirnya mengakui bahwa ia adalah model yang bersama Sammy.

"Berarti benar, ya, Mbak?" Pemilik ponsel itu menatap Gheisha dari atas kepala sampai bawah. 

"Em … itu …." Gheisha sulit untuk mengatakan 'ya'. Namun, mereka tahu maksud ucapan Gheisha.

"Aku gak nyangka bisa bertemu model yang bersama Sammy. Minta fotbar boleh 'kan? Satu saja," pinta pengunjung minimarket itu.

Gheisha berfoto bersama mereka berdua. Di meja kasir, Yani menghela napas. Ia sedih karena sekarang, Gheisha menjadi idola. Bukan iri, tapi ia merasa akan kehilangan sahabatnya. 

Pengunjung itu membayar belanjaan sambil menggandeng tangan Gheisha. Yani yang menghitung belanjaan mereka. "Terima kasih," ucap Yani setelah mereka membayar dan berpamitan pada Gheisha.

"Kenapa wajahmu yang lesu sekarang?" Gheisha kembali ke meja kasir.

"Apa kau akan melupakanku setelah menjadi model terkenal?" tanya Yani. Ia menundukkan wajahnya dengan sedih.

"Cintaku! Aku tidak akan menjadi model terkenal. Aku tidak mau menerima tawaran menjadi model lagi. Kamu lihat 'kan! Setelah pemotretan kemarin, banyak sekali masalah yang terjadi." Gheisha mengeluh kepada sahabatnya.

"Tentang nanti malam, bagaimana kamu menghadapinya?" Yani mengkhawatirkan keselamatan Gheisha. Ibu tirinya Gheisha itu tidak mungkin menyerah begitu saja. 

"Aku tidak akan datang. Masa bodoh dengan rencana perjodohan yang mereka siapkan untukku. Aku … adalah Dandelion. Bunga liar yang dapat tumbuh dimanapun. Jangan khawatir padaku, Sayang," ucap Gheisha sambil merentangkan tangan. Mereka berpelukan dan tersenyum. 

"Ekhem! Kalian ….?" Sammy tiba-tiba sudah ada di depan meja kasir. Ia menunjuk ke arah mereka yang berpelukan. 

Yani segera mendorong Gheisha dan pelukan mereka terlepas. "Bu-bukan seperti itu, Mas. Kami tidak begitu," jawab Yani sambil tersenyum canggung.

Sammy menuduh mereka penyuka sesama jenis. Walaupun, ia tidak menanyakannya dengan jelas. Namun, Yani mengerti arah pertanyaan itu.

"Kalau kami memang seperti itu, memang apa urusannya denganmu?" Gheisha bertanya dengan ketus. "Aww!" Gadis itu memekik karena dicubit oleh Yani. Sahabatnya itu melirik Gheisha dengan tajam.

"Kamu itu istriku," kelakar Sammy.

"Enak saja! Aku cuma berperan sebagai istrimu di pemotretan. Satu lagi, kenapa kamu membuat postingan seperti itu? Aku tidak berteman denganmu, tapi kenapa kau seenaknya saja membagikan postinganku. Mana captionnya menjijikan," gerutu gadis itu.

Sammy hanya tersenyum simpul. Pacarnya ini tidak tahu bahwa dia adalah Aryk. Permainan menyembunyikan identitas ternyata sangat menarik bagi Aryk. Mungkinkah, itu adalah alasan ia jatuh cinta pada Dandelion? Karena gadis itu menyembunyikan identitasnya dengan rapat.

***

"Sejak bekerjasama denganmu, dia jadi sering datang ke minimarket ini. Apa dia tidak takut ketahuan fansnya?" Yani bertanya kepada Gheisha. 

Gadis itu malas untuk membicarakan Sammy. Pria itu dan manajernya telah menipu Gheisha. Walaupun, ia tidak mempermasalahkan itu, tapi gadis itu tetap merasa kesal.

"Ghe! Aku sedang bicara padamu," rajuk Yani.

"Yani, cintaku, kamu bicara apa saja boleh. Tapi, jangan membicarakan pria mesum itu," sahut Gheisha. 

"Ekhem …. Kenapa kau sangat membencinya? Awas jatuh cinta," goda Yani. 

"Tidak akan!" jawabnya dengan tegas.

Mereka selesai merapikan minimarket dan bersiap-siap untuk pulang. Gheisha mengganti bajunya di loker. Satu jam yang lalu, Aryk mengirim pesan bahwa ia akan menjemput Gheisha.

Saat Gheisha keluar dari ruang loker, Yani mendorongnya kembali masuk. "Ghe! Kenapa ganti baju di sini? Tidak takut penggemar gila kamu itu memergoki kamu?" tanya sahabatnya itu dengan cemas. Namun, Gheisha hanya tersenyum dengan kekhawatiran Yani. "Kenapa malah tersenyum. Tidak tahu kalau aku sedang cemas, hum," gerutu Yani sambil mencubit pipi gadis itu.

"Aduh! Ampun, Yan. Sakit!" Gheisha mengusap pipi yang dicubit oleh Yani. "Dia sudah tahu siapa aku. Aku sudah lelah bersembunyi darinya. Jadi, aku memutuskan membayar hutang taruhanku dengannya," ucap Gheisha.

"Hah? Berarti … kamu jadian sama dia?" 

"Terpaksa. Lagipula, aku 'kan tidak punya pacar, haha. Anggap saja, pengawal gratis," seloroh Gadis itu.

"Hati-hati, jangan sampai, hatimu yang bersih ini terluka karena patah hati. Akan lebih baik jika kamu tidak jatuh cinta padanya," ucap Yani sambil menunjuk bagian dada Gheisha.

"Hem." Gheisha menjawabnya dengan gumaman pelan. Ia tidak yakin dengan perasaannya sendiri. Sahabatnya itu menyuruhnya berhati-hati. Namun, hatinya sudah mulai terusik oleh kehadiran Aryk.

Perhatian dan kenyamanan yang diberikan pria itu, membuat Gheisha bahagia. Ia merasa di dunia ini masih ada orang lain yang memperhatikannya dengan tulus, selain ketiga sahabatnya, dan Johan.

Aryk menelepon gadis itu dan memberitahu kalau ia sudah di depan minimarket. Yani dan Gheisha keluar dari loker. Mereka mengunci pintu minimarket lalu menarik pintu rolling door.

"Biar aku saja!" cegah Aryk. Ia menyuruh kedua wanita itu berdiri di belakangnya. Aryk menutup semua pintu rolling door. "Sudah. Tinggal dikunci" Aryk menunggu Gheisha dan yani mengunci pintu itu.

"Aku pulang duluan, Ghe. Hati-hati di jalan," pamit Yani sambil melirik ke arah Aryk. Tatapan kedua matanya seolah mengancam pria itu untuk tidak berbuat macam-macam kepada sahabatnya. Yani pergi dengan motor maticnya. Ini pertama kalinya, ia pulang tanpa membonceng Gheisha.

Aryk memberikan helm kepada gadis itu. Mereka melaju dengan motor sport berwarna merah. Aryk memacu motornya dengan kecepatan sedang. Ia takut gadis itu marah, jika ia mengebut di jalanan.

Tidak hanya pertama kalinya, Yani pulang tanpa mengantar Gheisha terlebih dulu. Ini juga pertama kalinya, Gheisha pergi ke club malam bersama orang lain selain Yani. Gadis itu sudah berpakaian lengkap berikut topengnya. Ia berharap, tidak ada yang akan mengetahui identitasnya sebagai DJ, selain Aryk.

====BERSAMBUNG====