"Kamu kemana seharian ini, Ryk? Icha menunggumu sejak pagi."
"Aryk tidak ingat kalau menyuruh Icha ke rumah. Ada apa dengannya? Apa dia pikir, dia sudah menjadi nyonya di rumah di rumah ini," gerutu Aryk dengan emosi.
Icha sedang membuat teh untuk Surendra. Ia menggertakan gigi saat mendengar Aryk memaki dirinya di belakang. Dulu, Aryk tidak berani berbicara kasar tentang Icha. Namun, setelah wanita bernama Dandelion itu hadir, Aryk mulai berubah.
Walau tidak mencintainya, juga tidak ingin menyakitinya. Sekarang Aryk seolah tidak peduli apakah kata-katanya akan menyakiti hati Icha atau tidak. Ia sangat marah jika ada yang bertanya padanya saat ia baru saja bertemu dengan Dandelion.
"Jangan keras-keras! Icha ada di dapur."
"Aryk tidak peduli. Aryk punya sesuatu yang harus dibicarakan dengan, Papa."
"Masalah pernikahan kalian?"
"Bukan. Tapi … ini soal Mama. Aryk memergoki seseorang menyusup ke ruang perawatan Mama. Aryk curiga kalau dia berniat jahat."
