Chereads / Dandelion Finds Love / Chapter 3 - Pertama bertemu

Chapter 3 - Pertama bertemu

Gheisha dan Gerry memulai sesi latihan tinju di atas ring tinju. Awalnya Gheisha begitu bersemangat, tapi tiba-tiba kepalanya merasa pusing dan Gheisha pun terjatuh tidak sadarkan diri. 

"Ghe! Hei!" Gerry terus memanggil nama Gheisha sambil mengoleskan minyak kayu putih di bawah hidung Gheisha. Gery terlihat sangat khawatir, seperti seorang suami yang mengkhawatirkan istrinya.

"Em."

"Ghe, kamu sadar juga akhirnya," ucap Gerry dengan senyum lega.

Gheisha memandang wajah Gery yang tersenyum manis padanya. Senyuman Gery seakan meleburkan semua beban hidupnya. Kehidupan yang selama ini terasa sangat berat pun seakan menghilang untuk sesaat, karena melihat senyum Gerry. Gheisha telah lama memendam perasaan suka pada Gery, tetapi Gery telah memiliki orang lain. Gery sudah bertunangan dengan kekasihnya setahun yang lalu.

"Maaf, aku jadi merepotkanmu," ucap Gheisha. Ia merasa tidak enak hati karena sudah membuat Gerry khawatir. 

"Ghe-Ghe, sudah sadar, ya?" tanya Nanda, tunangan Gery.

Mendengar suara Nanda, seketika kebahagiaan Gheisha hilang. Senyuman Gerry tak lagi menyejukkan hati. Gheisha sejenak lupa jika Gery sudah memiliki tunangan. 

"Sudah, Kak Nanda," jawab Gheisha.

"Syukurlah! Aku sangat khawatir tadi," ucap Nanda.

"Maaf, karena sudah membuat Kakak khawatir," ucap Gheisha pelan.

"Ini, aku bawakan sarapan untukmu. Makanlah!" Nanda memberikan satu mangkuk bubur ayam untuk Gheisha dan satu mangkuk untuk Gerry. "Kalian makanlah dulu! Aku bersih-bersih dulu." Nanda pun pergi meninggalkan Gerry dan Gheisha.

"Terima kasih, Kak," ucap Gheisha. 

"Terima kasih, Sayang," ucap Gery.

"Kembali kasih. Kalian ini, masih saja harus mengatakan terima kasih." Nanda pun berlalu pergi.

Nanda biasa membantu Gery membersihkan sasana sebelum pergi bekerja. Nanda adalah gadis yang selalu bertutur kata dengan lembut, pandai dalam mengurus rumah dan juga pandai memasak. Wajahnya yang cantik dan manis juga menambah daya tarik bagi pasangannya. Wajar saja jika Gery tergila-gila pada Nanda. Setelah selesai menyapu dan mengepel lantai sasana, Nanda kembali menghampiri Gerry dan Gheisha.

"Aku sudah selesai membersihkan sasana. Aku memasak sesuatu untuk makan siang juga. Gheisha sudah selesai berlatih?" tanya Nanda.

"Iya, Kak, sudah." 

"Beristirahat saja dulu! Kamu itu perempuan. Jangan terlalu banyak berlatih tinju! Nanti tubuhmu jadi seperti pria," goda Nanda.

Mereka bertiga tertawa. Nanda berpamitan kepada Gheisha dan Gerry untuk pergi bekerja. Ia bekerja sebagai office girl di kantor jasa ekspedisi. Rencananya tahun depan Nanda dan Gery akan menikah.

Meskipun Gheisha menyukai Gery, Gheisha tidak pernah berniat merebut Gery dari Nanda. Gheisha juga tidak menganggap Nanda sebagai saingan cinta ataupun musuhnya. Bagi Gheisha, bisa melihat Gery dan Nanda bahagia saja sudah cukup. Cinta tidak berarti harus memiliki, itulah yang selalu bisa membuat Gheisha lapang dada. Cintanya pada Gery sedang dihapus perlahan-lahan, karena tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk menghapuskan sebuah rasa cinta.

"Ghe-Ghe juga pergi dulu, bye Gerry," ucap Gheisha. 

Gheisha pergi sasana tinju, tapi dia bingung mau kemana. Ke supermarket belum waktunya bekerja, ke tempat teman-temannya pasti mereka semua tidak ada di rumah. Gheisha pun pergi ke taman, duduk di sebuah bangku yang menghadap ke arah kolam teratai. Gheisha memutar musik dari aplikasi di ponselnya, ia memasang earphone dan memasang kedua ujung speaker earphone di telinganya. Ia duduk bersandar sambil memejamkan mata.

Brukk!

Tiba-tiba Gheisha merasakan bangku itu bergetar sebentar lalu berhenti lagi. Seperti ada seseorang yang duduk di sampingnya. Gheisha membuka mata dan menoleh ke samping. Seorang pria mengenakan jaket hoodie hitam tengah duduk di samping Gheisha. Kaca mata hitam menutupi kedua bola mata pria itu, membuat Gheisha tidak bisa melihat seperti apa bentuk mata pria itu. Hanya bibir dan wajah bagian hidung ke bawah yang terlihat. Gheisha memperhatikan wajah pria tersebut. 

"Kulitnya putih dan bersih. Pipinya sedikit merona seperti memakai blush on. Hidung yang mancung, bibir tidak terlalu tebal dan tidak hitam. Sepertinya dia memakai lip gloss. Dia tidak mungkin pria yang menyimpang, kan?" gumam hati Gheisha. Matanya tidak lepas dari wajah pria itu, hingga sebuah teguran membuat Gheisha sadar dan segera berpaling.

"Hei, Nona! Memandangku begitu lama dan duduk disampingku, itu seharusnya dikenakan biaya," ucap pria itu sambil memalingkan wajahnya ke arah Gheisha.

Gheisha mengerjapkan mata dan mulutnya menganga. 

"Hah? Kamu bilang apa? Aku duduk disampingmu? Heh! Yang duduk lebih dulu di sini adalah aku. Jadi, siapa yang mau sengaja duduk di sampingmu! Pakai minta biaya segala, dasar cowok aneh!" ucap Gheisha. Daripada melayani pria yang tidak jelas, Gheisha bangun dan melangkah pergi meninggalkan pria itu.

Tap! Tap! Tap!

Dua orang pria memakai setelan jas hitam berlarian kesana kemari seperti mengejar seseorang. 

"Kita berpencar! Kamu ke kanan! Aku ke kiri," ucap salah satunya.

Pria yang tadi duduk di samping Gheisha itu segera berlari mengejar Gheisha dan menarik Gheisha ke dalam pelukannya.

Gheisha terkejut dan memberontak.

"Lepaskan aku!" ucap Gheisha dengan menahan emosi.

Salah satu dari pria berjas hitam itu melewati Gheisha dan pria yang memeluk Gheisha.

"Yang benar saja? Mereka berpelukan di taman pagi-pagi begini," ucap pria berjas hitam itu. Pria itu pun pergi dan berlari kembali. Entah siapa yang sedang dicari pria itu. 

"Lepaskan! Atau kau akan menyesal!" Gheisha mengancam pria itu. Gheisha menyadari sesuatu, sepertinya pria berjas tadi sedang mengejar pria yang tiba-tiba memeluknya. Pria itu pasti memeluk Gheisha untuk menyembunyikan dirinya. Gheisha pun akhirnya menggigit pundak pria itu.

"Akhh! Kau …." Pria itu segera menjauh dan melepaskan pelukannya pada Gheisha. Ia memegangi pundak yang digigit oleh Gheisha.

"Kau apa, hah?! Itu belum seberapa. Jika aku bertemu lagi denganmu dan kau mengulangi kejadian yang sama, kau akan habis di tanganku!" Gheisha pergi setelah mengancam pria itu. Gheisha pun menghentikan sebuah angkot dan pergi menuju tempatnya bekerja. Sudah jam sepuluh dan Gheisha memang biasa berangkat bekerja jam setengah sebelas ke supermarket. 

Sementara pria yang memakai jaket hoodie itu hanya tersenyum tipis. "Gadis yang sangat unik. Biasanya gadis-gadis sangat ingin berkenalan dan dekat denganku. Baru kali ini ada gadis yang tidak mau aku peluk, bahkan mengancamku. Aww! Sakit sekali. Apa gadis itu titisan siluman singa?" gerutu pria itu.

Pria itu adalah Aryk Surendra. Orang lain lebih mengenalnya sebagai Sammy Orland, model papan atas yang terkenal sangat tampan dan memiliki tarif mahal untuk satu kali pemotretan ataupun tampil di atas catwalk. Baru Gheisha seorang lah gadis yang tidak ingin dekat dengannya. Namun, hal itu justru membuat Aryk senang dan ingin berkenalan dengan Gheisha.

"Aku akan mengingat wajahmu di dalam hatiku," gumam Aryk. Ia pun berlari ke arah yang berlawanan dengan Gheisha. Aryk kembali ke parkiran dan pergi melaju dengan mobil merahnya. Ia harus segera kembali ke tempat pemotretan atau dia harus mendengar ocehan super pedas dari manajernya.