Chereads / HIS VIRGIN LEECH / Chapter 8 - Chapter 8

Chapter 8 - Chapter 8

"Tidak." jawabku dengan cepat, "Tidak perlu, aku ingin tinggal lebih lama di Magnus... kalau boleh." kataku sambil ikut berdiri saat Ia berdiri. Sebastian mengenakan jas abu-abunya yang serasi dengan kedua matanya.

"Kalau begitu... sampai bertemu hari Sabtu, Mr. Moran." ucapku dengan profesional sebelum mengulurkan tanganku untuk bersalaman dengannya. Ia menatap tanganku yang terulur lalu memandangku dengan pandangan bertanya.

"Untuk meresmikan kesepakatan kita." jelasku, masih dengan tangan terulur.

"Ahhh..." balasnya dengan nada yang seakan Ia baru memahami maksudku. Ia membalas uluran tanganku tapi tiba-tiba menarikku hingga aku jatuh ke dalam pelukannya. Sebelum aku sempat memprotes, Sebastian sudah menutup mulutku dengan bibirnya. Aku bahkan tidak sempat larut terlalu lama dalam rasa terkejutku karena Ia menciumku dengan dalam dan penuh gairah. Saat Ia menarik wajahnya menjauh untuk mengecek ekspresiku, wajahnya terlihat puas.

"Maaf, kupikir berjabat tangan kurang pantas untuk meresmikan kesepakatan kita." gumamnya dengan senyuman samarnya.

Aku tidak bisa menjawabnya. Hanya ada satu hal yag ada di dalam kepalaku saat kami berjalan bersama melewati lorong merah kembali menuju lantai VIP Magnus, pria ini benar-benar berbahaya untukku.

***

Keesokan paginya aku masih menerima buket bunga Daisy sialan itu.

Saat aku bermaksud membuangnya ke tempat sampah diiringi oleh tatapan menghakimi Zoey, aku teringat kata-kata Sebastian semalam. Apa Ia sedang memikirkanku pagi ini hingga harus mengirimiku buket bunga lagi? Tanyaku pada diriku sendiri sambil melemparkan bunga itu ke tong sampah terbesar di lantai kantorku karena tempat sampah lain tidak muat.

Sial, aku jadi memikirkan pria itu juga gara-gara bunga yang Ia kirimkan.

Aku kembali ke kubikku lalu menatap layar komputerku sesaat sebelum mengeluarkan bolpoin perekam dari tasku. Aku sudah memindahkan file rekamannya ke komputerku pagi tadi. Kupasang headsetku lalu membuka sepuluh file rekaman yang berhasil ditangkap bolpoinku. Alat itu hanya merekam saat terdeteksi ada suara yang muncul. Tapi kelemahannya setiap rekaman hanya berlangsung maksimal sepuluh hingga lima belas menit.

Sebagian besar rekamannya hanya berisi tentang Sebastian yang berbicara dengan staff Magnus atau sedang menelepon bawahannya di Bank Barclays. Padahal malam itu aku juga melihat Nicholas Shaw di klub malam Magnus, tapi sepertinya mereka tidak mengobrol di kantor Sebastian.

Sebenarnya aku tidak memerlukan rekaman ini lagi karena Sebastian bersedia memberikan seluruh bukti transaksi serta kronologi penggelapan dana yang dilakukan Bill Kovach, tapi rasanya agak sayang kalau aku tidak mendengar isinya karena bagaimanapun juga aku sudah bersusah payah meninggalkan alat perekam ini di meja kerjanya.

Kusandarkan punggungku di kursi sambil terus mendengarkan suara Sebastian yang sedang berbicara. Suaranya bagus, pikirku tanpa kusadari. Di file rekaman terakhir, tiba-tiba suara baru terdengar menyapa namanya.

"Sebastian, apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?" tanya suara pria asing itu. "Aku sudah membuang waktuku dengan mondar-mandir Manhattan-San Fransisco selama delapan bulan terakhir karena kau meminta bantuanku langsung. Tapi kau bilang kau ingin menghentikan proyek bank darah dan rumah sakit kanker yang sudah kita rencanakan sejak dua tahun yang lalu?!"

Aku duduk dengan tegak di kursiku saat menyadari siapa pemiliki suara ini.

"Aku tidak mengatakan akan menghentikannya, aku hanya akan menyingkirkan Bill." jawab Sebastian dengan tenang.

"Biar kuperjelas maksudmu..." lanjut pria itu dengan suara rendah yang terdengar murka, "Kau ingin menyingkirkan Bill, yang sudah dengan susah payah kubersihkan namanya dari kasus korupsi dan suap yang hampir menjeratnya... lalu merencanakan izin pembangunan rumah sakit kanker swasta dari nol lagi padahal kita sudah hampir pasti mendapatkan izin itu jika Bill menang dalam pemilihan?"

Selama beberapa saat tidak terdengar suara lagi hingga kupikir rekamannya sudah habis.

"Iya." suara Sebastian muncul lagi diikuti oleh helaan frustrasi dari lawan bicaranya.

"Berikan aku satu alasan." balas lawan bicaranya dengan suara menyerah. "Kalau begitu kau juga harus mengganti seluruh biaya yang sudah kukeluarkan untuk membersihkan nama Bill... dan membayar tarif perjamku dengan harga penuh."

"Nicholas, bukannya aku tidak perlu memberitahumu alasanku jika aku harus membayarmu dengan harga penuh?"

Ah... Sebastian dan mulut pintarnya, pikirku sambil tersenyum.

"Kalau begitu persetan dengan alasanmu." umpat Nicholas Shaw dengan suara rendah. "Aku hanya akan mengingatkanmu San Fransisco adalah tanggung jawabmu dan Devlin. Bagaimanapun caranya nanti harus ada bank darah yang dikhususkan untuk melayani para Volder. Aku tidak peduli jika kau harus membangun rumah sakit atau rumah jenazah sekalipun."

Volder? Keningku berkerut saat mendengar kata asing itu. Kuhentikan rekaman itu lalu mengetik kata 'Volder' di google, tapi tidak ada hasil apapun. Apa itu singkatan dari kata lain? Kuputar kembali rekaman itu, suara Nicholas Shaw masih melanjutkan pembicaraannya.

"Kita tidak bisa membiarkan para Volder atau lebih buruk lagi... Leech yang sedang berkunjung ke kota ini meminum darah manusia langsung dari sumbernya hanya karena mereka kesulitan mendapatkan akses darah."

Tubuhku membeku di tempat. Apa yang sedang mereka bicarakan? Meminum darah manusia langsung dari sumbernya?

"Aku tahu. Apa kasus di Detroit sudah selesai?" tanya Sebastian.

"Bagaimana menurutmu? Aku dan Greg harus bekerja selama satu minggu penuh untuk menghapus ingatan tujuh puluh dua orang yang menjadi saksi mata saat Leech baru milik Charles itu menggigit manusia." sahut Nicholas Shaw dengan marah. Kurasa Greg adalah adiknya yang juga seorang pengacara dan partnernya, Gregory Shaw.

"Apa yang terjadi pada Leech itu?" suara Sebastian membalasnya.

"Aku membunuhnya tentu saja. Charles juga sempat kabur, tapi Greg berhasil menemukannya. Aku ingin membunuh Charles juga jika mengingat tenaga dan waktu yang sudah kubuang untuk membereskan kekacauan itu. Sayangnya Alice sudah mendahuluiku—" Kalimat Nicholas Shaw terhenti karena rekaman itu sudah habis.

Aku hanya terdiam duduk di kursiku selama lima menit penuh sementara kepalaku berusaha mencerna apa yang baru saja kudengar. Satu per satu kuketik kata asing yang diucapkan oleh Sebastian dan Nicholas Shaw dalam pembicaraan mereka, tapi tidak ada hasil yang berarti dari Google.

Hanya muncul satu berita mengenai rencana Bank Barclays membangun rumah sakit kanker di San Fransisco sebagai bentuk Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan untuk masyarakat. Pantas saja acara penggalangan dana amal yang digelar di hotel Langham kemarin ditujukan untuk anak-anak penderita kanker.

Tapi secercah harapan muncul saat aku mengetik nama Devlin yang ternyata memiliki nama akhir Moran juga.

Dr. Devlin Moran adalah profesor di Universitas California sekaligus seorang dokter bedah syaraf yang cukup terkenal hingga memiliki halaman wikipedia sendiri, walaupun isinya sangat ringkas. Sekarang teka-teki di balik sponsor untuk pencalonan walikota Bill Kovach mulai terbaca jelas.

Sebastian Moran dan rekan-rekannya sedang berencana untuk membangun rumah sakit di San Fransisco, hanya saja mereka membutuhkan perizinan yang mulus.

Aku juga mencoba mencari berita tentang seseorang yang sudah digigit atau tindakan kriminal yang bersangkutan dengan itu di Detroit, tapi seperti sebelumnya aku tidak menemukan apa-apa. Apa sebenarnya yang sedang mereka bicarakan... kenapa topiknya terdengar seperti isi novel Twilight? pikirku sambil menggigit bolpoin di tanganku.

Kutulis sebuah kata yang sejak tadi menggangguku di buku jurnalku lalu menggaris bawahinya beberapa kali.

'VOLDER.'